Jika aku dan Veren bertemu dengan Deril, aku seperti tidak ada sampai Deril hanya menegur Veren.
Apa memang aku sudah tidak di anggap sama Deril? Ya sudah kalau di udah enggak anggap aku ada, aku juga anggap dia enggak ada aja.
4 hari kedepan aku ada ujian, aku harus semangat, lebih giat belajar dan tidak usah memikirkan orang yang menyebalkan itu.
Setelah selesai ujian di hari terakhir, aku menunggu jemputan bersama Veren.
Aku duduk di lobby bersama Veren, saat aku memainkan handphoneku aku mendengarkan suara Deril, karena aku penasaran, aku langsung mengangkat kepalaku dan melihat apa yang terjadi.
Ternyata benar itu Deril dan teman-temannya termasuk juga Claudie. Aku melihat Deril dan Claudie duduk bersama, aku melihat Deril memakai handphone Claudie untuk bermain.
Mereka bercanda bersama, saat Claudie ingin pulang Deril menahan handphone Claudie, mereka berlari-lari didepanku.
Saat Claudie sudah mendapatkan handphonenya, dia langsung pulang tapi Deril berteriak
"Ihh... Ngak pamit"Claudie menenggok ke belakang dan menjawabnya.
"Aku duluan yah Deril..."Aku melihat mereka sampai mataku berkaca-kaca. Tak lama kemudian, handphoneku bergetar dan ternyata papaku sudah sampai untuk menjemputku.
Sesampainya di rumah aku hanya berdiam diri didepan TV, sambil menghayal.
Kenapa mereka pamer kemesraan didepanku?, apa memang ini rencana Deril untuk membuatku cemburu?.
Claudie dan Deril sepertinya memang jadian, kalau mereka tidak jadian kenapa mereka bisa sedekat itu?
Sudalah aku enggak boleh cemburu, kalo memang takdir Deril untuk bersama Claudie, aku enggak boleh ngapa-ngapain.
Aku harus melupakannya, aku ngak boleh membuat perasaanku ini lebih dalam kepada Deril.
Hari ini aku pergi sekolah agak cepat, tapi Veren sudah ada.
"Eh ... Ada kabar baik nihh" kata Veren
"Apaan?" balasku?
"Hari ini kita udah fokus latihan lagu untuk penamatan nanti, kita latihannnya di aula" jelas Veren
"Oh iaia, mksh udah dibilangin" balasku
Kami semua disuruh pergi ke aula, aku dan Veren pergi bersama-sama, tapi tempat duduk kita sangat jauh jaraknya.
Setelah beberapa hari latihan kami sudah diberi tempat duduk yang sudah tidak bisa diubah.
Aku menoleh ke depan, samping, dan belakangku. Dan ternyata Deril duduk 3barisan kursi di belakangku. Jadi, kita lumayan dekat.
Suatu hari aku bosan hanya duduk terus, soalnya guru yang akan melatih kami belum ada.
Aku mengajak teman yang dibelakangku yaitu sonia bicara, sambil aku melihat Kearah Deril, beberapa kali dia menatapku.
Aku sangat bingung, kenapa dia menatap aku yah?.
"Apa yang loh mau bilang?" kata sonia
"Eh..e...gini.." jawabku kaku
"Eh...e..eh mulu, cepat ceritain" bentaknya
"Gue galau nih.." jawabku
"Kenapa loh galau?" tanya sonia
"Coba deh loh rasain jatuh cinta sama seseorang, trus saat kamu mulai mencintai dia, dia malah menjauh darimu" jelasku
"Owhh... Itu mahh memang sakit.." kata sonia

KAMU SEDANG MEMBACA
Hoping
Teen FictionApakah aku yang terlalu berharap kepada semua perhatian yang dia berikan? Entah dia menganggap aku hanya sahabat atau temannya, yang pasti aku menganggapnya lebih dari itu.