Tiga tahun umur pernikahan sedang diambang batas tiga puluh hari menuju sidang perceraian
Antara Ya atau tidak, bertahan atau lepaskan.
⚠️ Bahasa non-baku
Note : semua foto dalam cerita diambil dari Pinterest tercinta❤️
Keesokan harinya pasangan suami istri itu mengawali pagi dengan 'tanpa saling sapa, entah, mungkin hanya Vanessa yang merasa atmosfernya terasa berat setelah dia menyadari hubungannya tak berarti apa-apa.
Shaka yang sudah siap berangkat kerja itu menoleh sekilas pada Vanessa yang menyantap sarapan dengan tatapan tatapan kosong, padahal laptopnya menyala menampilkan tugas deadline-nya.
"Sa?" Panggilnya pada akhirnya, namun Vanessa yang pikirannya sedang melayang entah ke mana itu tetap bergeming tak menyahut. Shaka menarik napas sabar, "Vanessa!" Panggilnya sedikit nge gas. Membuat istrinya itu terkejut dan menoleh dengan tatapan innocent.
"Ngapa?" Sahutnya gak ada sopan-sopannya.
"Kamu tuh yang ngapa?" Kesal Sakha balik bertanya.
"Aku?" Vanessa menunjuk dirinya sendiri. "Ngapa?"
Hilang sudah mood Shaka untuk mengawali hari dengan senyuman. "Au ah. Males." Acuhnya lalu pergi meninggalkan Vanessa yang kebingungan sendiri.
****
Baru sampai kantor, Shaka langsung celingukan mencari seseorang yang biasanya on time dan sudah siap di mejanya. Tapi ini, jangan batang hidungnya, bayangannya aja gak nampak.
"Jak!" Panggilnya pada teman kantornya yang baru saja datang counter membawa dua cangkir kopi yang satunya langsung diberikan pada Shaka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Um?" Sahutnya sambil menyeruput kopi hangatnya.
"Gea mana?"
Jaka mengerling malas. Gea lagi.. Gea lagi. "Dia izin sakit, kan kemarin keserempet truk." Entengnya memberi tahu.
Shaka syok. "Kok lu gak ngabarin gue dari kemarin?!" Protesnya agak nge gas.
Gaktahu tempe juga nih orang, batin Jaka malas. "Buat apa seng? Emang dia siapa lu?"
"Ah bacot. Dia di rumah sakit mana?" Desak Shaka.
"Ya.. mana gue tau! Emang dia siapa gue?" Lagi-lagi Si Jaka Jaka itu lambenya membuat Shaka emosi sampai mau menyiramkan kopi ke muka setengah bule itu.
"Ngomong sekali lagi gue cekek lo!" Ancamnya tak main-main.
Belum selesai war antara Shaka dan Jaka datang lagi si admin lambe turah yang langsung membawa kabar terkini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senopati Dewara.
"Heyy lu berdua, curut kampay! Ribut mulu, itu di luar ada emak-emak ngamok tuh minta tanggung jawab! Lu kan' pasti pelaku nya!" Cerocosnya lalu tiba-tiba menodong Shaka dengan kuas cat yang baru dia beli.
Shaka diam, kalem, bukan berarti dia mengakui yang fitnah jahanam itu.
"Lo tau kata lain dari shibal, No?" Shaka bertanya, lalu Seno menggeleng dengan senyum jumawa. "Sibangke!"
"Apakah itu artinya gue terlalu tamvan?"
"Tamvan cocotmu!"
"Weii ada apa nih rame-rame, ghibah ya?" Ajun sang big boss datang menyapa para rakyat jelatahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dah lah! Bubar bubar!" Seru Jaka membubarkan perkumpulan tak sehat itu.
****
"Jun,"
"Shut up! Kalau lo udah masuk kawasan gue, panggil gue Pak Juna. Understand Pak Shaka?"
"Gue mau cerein Vanessa."
"APAA?!!"
Hubungan yang terjalin lama itu, menjadi cerita singkat yang Shaka beritahukan kepada Arjuna. Sekilas info katanya, tapi setengah roh Juna melayang tertiup angin saat Shaka bercerita dengan begitu entengnya.
"Lo bisa nggak, kebelakangin dulu urusan perasaan dan kenyamanan yang lo embel-embelkan itu? Ini soal komitmen Drul! Lo udah mengucapkan ijab kabul berarti lo harus pegang kuat itu sampai lo koit, bukan apa-apa emang, tapi laki-laki itu dipegang tanggung jawabnya!" Juna yang biasanya senewenan itu langsung mode seriosly sampe berhujanan air liurnya menceramahi Shaka.
Sedangkan Shaka, menghela nafas panjang. "ya gimana lagi? Gue udah hopeless banget sama rumah tangga gue,"
Bener ya, kata Jaka, motivasi doang gak bikin orang goyah kalau gak disertai golok.
"Sekerep mu weh! Aku mah apa atuh!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.