Tiga tahun umur pernikahan sedang diambang batas tiga puluh hari menuju sidang perceraian
Antara Ya atau tidak, bertahan atau lepaskan.
⚠️ Bahasa non-baku
Note : semua foto dalam cerita diambil dari Pinterest tercinta❤️
"Sa!" Rain memanggil sambil menyorotkan kameranya belakang hpnya pada Vanessa yang baru keluar kelas Pak Sumanfo.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cekrek!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Buset dah, masih pagi loh, lo udah kayak abis melalui badai aja." Celetuk Rain lalu menata rambut Vanessa telaten.
"Kenapa ya, dulu gue gak masuk fakultas teknik aja? Gue lebih suka bongkar pasang sumpah, daripada tata menata gini." Keluh Vanessa lelah.
"Percuma bah, udah mau skripsi lo baru ngeluh. Btw lo mau bikin baju model kek gimana nanti? Pinang gue jadi model lo dong!"
Vanessa terdiam, dulu dia udah berencana bikin baju pengantin, Shaka dan dia yang jadi modelnya kHan sOswit berasa nikah lagi. Tapi apalah daya, bulan depan dia menjanda.
Jadi doi mikir-mikir lagi, bikin baju apa ya?
"Oke deh, kalau gue gak berubah pikiran." Putusnya membuat Rain kegirangan.
Drttt
Getar ponsel membuat langkah Vanessa terhenti. Rain yang tidak tahu apa-apa bertanya-tanya.
"Napa lo?"
"Tau nih, badan gue tiba-tiba banget bergetar." Adunya dengan wajah panik.
Rain langsung meraba-raba tubuh Vanessa tanpa menghiraukan tatapan aneh orang-orang, "Hp lo kocak!" Kesal Rain keki. "Lagian getar hp ngalah-ngalahin getaran gempa bumi. Panik kan lo?!"
Vanessa merogoh handphone di saku celana jeans-nya, "Shaka nelpon."
"Ya anggkat!"
Vanessa menerima panggilan itu, "Sa, kamu di mana?" Suara diseberang sana seketika membuat mood Vanessa anjlok.
"Di tempat yang gak ada kamu."
Terdengar decakan di sana, "serius, aku ada perlu nih."
"Tau kok, kan kamu emang gitu, kalau ada perlunya aja cari aku." Sindirnya agak keras.
"Jadi gak mau bantu aku? Yaudah aku minta sama yang lain aja."
"Ck! Apa yang bisa saya bantu Tuan?"
Shaka di seberang sana cekikikan kaga jelas, membuat Vanessa mengerling malas. "Ambilin buku sketsa aku dong!"
"Ya."
"Oke, tengkyu."
Tut!
****
Pertama kali bagi Vanessa memasuki ruang kerja Shaka, membongkar-bongkar isinya. Sampai dia menemukan buku sketsa yang dimaksud.
Jiwa-jiwa keponya meronta-ronta meminta agar membongkar lebih ruangan pribadi itu. Tapi hatinya bilang jangan. Jadi dia langsung keluar dengan buku sketsa di tangannya.
Kalau dipikir-pikir, dia dan Shaka punya kesamaan ya? Shaka arsitek dan dia anak tata busana, sama-sama suka menggambar. Tapi sayangnya tidak bisa menggambarkan kehidupan agar lebih baik lagi.
Dibukanya buku sketsa itu, langsung disambut dengan gambar seorang cewek kiyomi yang membuat hati Vanessa retak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah!" Kesalnya lalu menutup kasar buku itu. "Kan gue udah bilang jangan buka tolil!" Amuknya pada dirinya sendiri.
"Wa'alaikumsalam warohmahtullah wabarokatuh!" Sahut Vanessa nge gas juga.
"Sahh!!"
Tiba-tiba sah. Kang siomay di samping mereka mengangkat tangannya berdoa, "Barrakallahu fiik."
Ajun tersenyum kesenangan, sementara Vanessa berusaha memahami situasi. "Udah sah nih kita, cium dong."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ouhh, paham-paham." Vanessa baru understand. "Tutup mata dulu coba." Titahnya, walau tau gak bakal menghasilkan apa-apa Ajun tetap nurut dan tutup mata dengan gantengnya.
"Apa aja asal jangan spatula kang haji Maste." Pintanya agak was-was.
"Mau di mana?"
"Di bib- di jidat aja, jidat."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.