Trauma

205 52 10
                                    

Aleitheia membuka kedua matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah khawatir ayahnya yang tengah duduk di sisi ranjangnya. Aleitheia tak mengatakan apapun. Tatapan matanya kosong saat ia mengubah posisi menjadi duduk di ataa ranjang.

"Kau telah membuat semua orang takut, Theia." Ucap Sang Raja namun Aleitheia tak menjawab. Matanya menoleh sekilas lalu memandang kosong sekitarnya.

"Aleitheia.." panggil Sang Raja tapi sayang Aleitheia tak mengubris panggilan ayahnya membuat Sang Raja khawatir dan langsung berteriak memanggil tabib kerajaan yang berdiri tak jauh dari ranjang Aleitheia.

Tabis kerajaan menunduk, meminta ijin memeriksa pergelangan tangan Aleitheia. Tabib kerajaan nampak serius. Sesekali dahinya berkerut, alisnya menyatu binggung lalu memberanikan diri menatap Sang Putri untuk menguatkan dugaan sebelum memberitahukan kepada Sang Raja.

"Apa yang terjadi pada Putriku?"

"Maafkan hamba, Yang mulia. Mungkin saja ini salah tapi sepertinya Tuan Puteri mengalami serangan trauma atau takut berlebihan pada sesuatu."

"Apa maksudmu?"

"Maafkan hamba sekali lagi, Yang mulia. Hamba juga berpikir ini salah tapi gejala yang terjadi pada Tuan Puteri menunjukkan hal tersebut."

"Kalau begitu cepat ambilkan obat untuk Putri Theia."

"Sekali lagi, maafkan hamba, Yang mulia tapi kasus ini sangat jarang terjadi dan belum ada obat untuk itu."

"Apa katamu? Cepat! Upayahkan sesuatu, lalukan apapun untuk menyembuhkan Putriku." Titah Sang Raja membuat tabib kerajaan tak membuang waktu lagi langsung saja berpamitan keluar dari sana.

Sepeninggalnya tabib kerajaan dan beberapa dayang. Sang Raja memandang sedih Aleitheia yang tidak mau bereaksi. Tatapan matanya kosong, sesekali Aleitheia berkedip akan tetapi gadis manis itu masih saja diam seolah tak mempedulikan sekitarnya.

"Theia, ini ayah, sayang. Apa yang sebenarnya terjadi padamu. Tolong bicaralah pada ayahmu ini." Pinta Sang Raja dengan nada memohon.

"Ayah, apa yang terjadi dengan Theia?" Tanya Vincent entah sejak kapan telah berada dalam kamar Aleitheia.

Vincent sengaja meninggalkan pesta perayaannya karena tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mengetahui keadaan adik bungsunya. Hal serupa juga terjadi pada Valerie akan tetapi dia satu-satunya yang harus tinggal dan tidak boleh meninggalkan pesta.

"Entahlah, kata tabib adikmu terkena serangan trauma dan ketakutan berlebihan. Ayah binggung apa yang di pikirkan oleh Theia hingga menjadi seperti ini."

"Ayah kembali saja ke pesta perayaan, biar aku yang bicara dengan Theia di sini."

"Tapi."

"Ayahanda, tamu dari Kekaisaran Euphoria masih ada di sana. Ayahanda sebagai Raja negeri ini akan di anggap tidak sopan jika tidak ada di sana."

Sang Raja terdiam merasa yang di katakan oleh Putra tertuanya adalah kebenaran tapi di sisi lain dia juga tidak ingin meninggalkan Aleitheia.

"Baiklah. Kalau begitu ayah titip Theia padamu ya."

Sebelum benar-benar meninggalkan kamar Aleitheia. Sang Raja menatap putri bungsunya sekali lagi dengan harapan Aleitheia akan membalas tatapannya namun sayang harapan itu sirna karena Aleitheia sedikitpun tak bergeming dari tempatnya.

Sementara itu, di ruang pesta. Kaisar Euphoria tengah menikmati acara dengan kegundahan di hati karena terus mengingat keadaan Aleitheia meski gadis manis itu hanyalah calon menantunya tapi Sang Kaisar telah menyayangi Aleitheia layaknya Putri kandungnya.

The Lost PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang