6. An Invitation?

3.1K 260 28
                                    

Memang dewi fortuna nampaknya sedang tidak berada di pihak haechan. Niat yang semula ingin berjarak sejauh mungkin dengan mark ternyata gagal, dan haechan kali ini malah berakhir di depan pintu rumah mark dengan baju yang basah kuyup, mencoba menggedor pintu mark.

"Kak, Kak Mark!" panggil haechan sambil sedikit menggigil, dan tangannya mencoba menelpon ponsel mark. Namun sayang keduanya tak membuahkan hasil.

'Malu banget gak sih... habis gue diemin kak mark di mobil, sekarang gue malah gedor-gedor rumahnya minta dibukain pintu' batin haechan kepada dirinya sendiri.

Sepanjang perjalanan pulang mereka tadi, mereka memang berakhir saling mendiamkan. Haechan sibuk membuang muka dan menatap hujan deras yang membasahi jalan dari jendela di sampingnya, sementara mark masih tetap diam tak mau mengganggu sahabat cantiknya yang memang nampak tak ingin bertukar obrolan dengannya. Dan bahkan saat mark menghentikan mobilnya di depan rumah haechan, haechan hanya mengucapkan terimakasih dengan dingin dan langsung keluar dari mobil tanpa menatap lelaki di balik kemudi tersebut.

Dan anggap haechan mendapatkan karma, setelah ia sampai di rumahnya, ternyata rumahnya terkunci. Kunci cadangan yang biasanya disimpan di tempat rahasia oleh ayah atau ibunya tidak ada. Bahkan ketika haechan mencoba menelpon orang tuanya mencari konfirmasi tentang keberadaan mereka, haechan hanya mendapat jawaban bahwa orang tuanya belum bisa pulang cepat dan mereka lupa menyimpan kunci cadangan di tempat biasa.

"Diem di rumah temen-temen kamu dulu aja ya sayang. Nanti jam 8an ayah sama ibu balik." ucap ibu haechan di seberang telepon ketika haechan merengek agar ibunya cepat pulang.

Dan di situlah haechan merasa dirinya mendapatkan karma. Karena satu-satunya sahabat haechan yang saat ini ada di rumah hanyalah Mark. Chenle dan Jisung tiba-tiba ada kegiatan tambahan, dan Jeno, Renjun, serta Jaemin akan kerja kelompok sore ini.

'Gue harus ke rumah kak mark....' guman haechan lesu

Namun mau bagaimana lagi? Kalau saja haechan tau ayah dan ibunya meninggalkan rumah tanpa menaruh cadangan kunci di tempat kunci rahasianya, kalau saja haechan tau chenle dan jisung ada kegiatan tambahan, dan kalau saja haechan tau Jeno, Renjun, dan Jaemin ada kerja kelompok, haechan pasti tidak akan berlagak membuat jarak dengan mark. Mana sekarang dia benar-benar tidak membawa payung dan hujan malah semakin deras. Benar-benar kombo karma untuk haechan yang tadi sempat bertingkah sedikit kasar ke mark.

***

"Kakkk, kak mark" haechan kembali mencoba memanggil mark, berharap tuan rumah segera membukakan pintu untuknya, karena demi Tuhan bibir haechan bahkan sudah bergetar sekarang. Dan jika mark tetap tidak keluar, haechan berpikir dia akan kembali ke rumahnya dan memilih untuk menunggu di teras dan meratapi kesialan dirinya.

Untungnya tak lama setelah panggilan terakhir haechan, haechan dapat mendengar suara langkah kaki yang nampak terburu-buru mendekat ke arah pintu, bak orang yang sedang berlari. Dan haechan pun akhirnya bisa bernapas lega. Persetan dengan rasa malunya, karena sekarang dia benar-benar kedinginan. Yang ia butuhkan hanya mark membukakan pintu secepatnya dan meminjamkannya baju ganti.

"Haechan..." ucap mark terdiam melihat haechan yang basah kuyup dengan rambut yang sudah menempel lepek di dahinya. Dapat mark lihat jelas, teman di depannya menggigil dengan tangan yang memeluk lengan dan bibir yang bergetar.

"Dari kapan lo depan rumah gue? Maaf gue tadi nggak ngeh kalau lo manggil dan nelpon gue." ucap mark tak enak dan haechan yang merasa kedinginan pun memutuskan mengabaikan apapun yang mark ucapkan dan memilih untuk masuk dan langsung berjalan ke kamar mark.

"Kak, nanti gue jelasin di atas. Biarin gue pinjem baju lo dan ganti dulu" ucap haechan cepat sambil berteriak karena ia sudah mulai menaiki tangga. Dan mark, ia pun bergegas menutup pintu rumahnya dan menyusul haechan yang sudah lebih dulu berjalan ke kamarnya.

Tension (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang