terik matahari sama sekali tidak menggusik duo cecungguk yang sedang asik memetik buah belimbing. entah sudah berapa kantong kecil yang mereka lemparkan kebawah.rencananya rumi ingin mengajak satu komplek syukuran karena sekarang dia sudah resmi jadi murid SMA.
"eh, di balik tembok sana kayaknya ada pondok" suara ujin menarik perhatian kami. "win, coba cek ada jalan buat tembus keluar gak?"
cukup sulit bagiku untuk menembus semak belukar yang ditunjuk ujin. namun usaha kecilku sepertinya membuahkan hasil manis. "ada lubang gede dibawah sini. bisa sih buat kita tembus"
"sipp" ujin tersenyum lebar. dengan gesit dia turun dari pohon dan menghampiriku. "kayaknya dulu pernah ada senior yang jadiin pondok itu buat spot nongkrong deh"
"dari semaknya yang tinggi dan gak kejamah, kayaknya sekarang udah gak ada lagi yang kesini" sambungku sambil ikut tersenyum tak kalah lebar. "sekarang tempat itu jadi punya kita"
akhirnya sebentar lagi aku bisa pulang ke rumah. masa pencarian kami sudah berakhir. nyaris dua jam kami mengelilingi area sekolah ini. mencari-cari spot keren dan nyaman yang bisa kami sebut basecamp.
ibu sampai menelponku karena heran kenapa daftar ulang sekolah bisa selama itu. beliau gak tau kalau anaknya sedang terjerumus dalam sekte yang baru saja diresmikan rumi. sekte bernama 'jagoan neon' yang meyakini bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah. sehingga tidak boleh berlalu begitu saja. harus dijalani dengan penuh kisah dan drama.
andai rumi tau, jauh di lubuk hatiku yang paling dalam. aku sudah bertekad untuk menjalani kehidupan SMA yang tidak mencolok, dan jika bisa aku ingin tidak dikenali oleh siapapun kecuali mereka berdua. aku tidak ingin kehidupan SMP ku terulang lagi. apalagi setelah aku tau kalau kak karin juga bersekolah disini. aku ingin jauh jauh dari radar mata semua orang.
begitu juga dengan ujin yang sebelumnya pernah berkata kalau dia sudah memantapkan niatnya untuk aktif dalam keorganisasian sekolah sehingga dia harus bersih dari catatan kriminal di ruangan BK.
ujin juga sudah mulai mendisiplinkan rumi dengan ancaman dia tidak akan berbicara dengan gadis itu jika dia berani ke sekolah dengan kepala merah.
rumi memang berencana untuk mewarnai rambutnya sebelum mos di mulai. entahlah, mungkin dia kira mos itu panggung debut kali ya.tapi terlepas dari itu semua, mengikuti kemauan rumi yang ingin memiliki basecamp sejujurnya tidak terlalu sulit untuk kami penuhi. jadi aku dan ujin manut manut saja mendengar celoteh rumi soal visi misi jagoan neon.
"ohoo~ gue suka tempat ini" ujar rumi riang. dia sudah merebahkan badannya di atas susunan meja. "ini lesehannya masih kokoh juga" sambungnya sambil berguling-guling.
kami berdua sama sekali tidak kaget dengan kemunculan rumi yang tiba-tiba. sudah bisa di pastikan monyet yang satu itu memanjat tembok langsung dari dahan pohon. sepertinya keseleo bukan hal yang dia takuti lagi. sudah langganan.
aku perhatikan pondok yang baru saja kami temukan. bentuknya seperti saung di sawah. tidak ada dinding. atapnya dari seng tua berkarat. dan alasnya terdiri dari susunan 5 meja sekolah.
"ini juga masih kokoh" ucapku setelah memukul kayu penyangga atap.
"aku baru tau di belakang SMA 1 Bhakti Utama ada ladang bawangnya" gumam ujin sambil memandangi hamparan hijau yang cukup luas di depan mata.
posisi ladang bawang itu kurang lebih 2 meter dibawah pijakan kaki kami. aku rasa bakalan sulit untuk naik ke atas jika sempat kami tergelincir kebawah.
"ya iyalah, lo kan baru hari ini kesini" balas ujin. "tapi gue udah firasat sih. soalnya aroma bawangnya ketara. hidung gue kan tajam"
aku dan ujin saling bertukar pandang sesaat sebelum ujin berkata "udahlah rum.. stop pake lo gue. gak cocok tau" kami sudah cukup sabar menghadapi 'lo gue' rumi selama seminggu belakangan.