"hidup emang gak adil ya" nisa menatapku kesal. "kamu kerjaannya tidur di kelas, tapi setiap ada kuis nilai kamu selalu lebih tinggi dari aku"
aku tertawa kecil. "salah kamu sendiri yang berasumsi aku tidur.. aku gak pernah tuh tidur di kelas"
"kamu kan emang tidur" nisa mempraktekan posisi mager ku. yang suka merebahkan kepala di atas meja dengan kepala mengarah ke jendela.
"salah.." aku menopang dagu menatap ke arah guru yang sedang menuliskan rumus- rumus di papan tulis. "aku ini tipe orang yang lebih fokus ketika mengaktifkan satu indra aja" sambungku sambil mengenakan kedua earphoneku.
nisa menatapku lama sebelum ikut memfokuskan pandangannya kedepan.
setelah berhasil mencerna dan memahami langkah-langkah yang ada di papan tulis. aku melepaskan earphone dan mengalihkan pandanganku ke jendela.
kejadian pagi tadi kembali berputar di kepalaku. saat dimana aku memantapkan hati untuk mendatangi kelas kak isana.
aku sengaja melakukannya di pagi hari karena akan ada bel sekolah yang jadi pemutus komunikasi nanti.
ujin menawarkan diri untuk menemaniku. tapi aku menolaknya. berdiri di samping ujin hanya akan menarik lebih banyak perhatian. aku ingin segera menyelesaikan ini sendiri dengan caraku. sok berani sekali gayaku ini. padahal aslinya mental udah ketar ketir.
tekad ku hanya ada dua. yaitu:
1. memenuhi permintaan kak isana untuk datang ke kelasnya
2. terus terang menolak perasaan kak isana.aku akui paras kak isana sangat indah. dia manis dan matanya penuh binar. suaranya lembut dan sedikit clingy. seperti karakter di manga yang aku baca.
tapi aku benar-benar gak punya waktu untuk meladeni emosi manusia yang disebut cinta.
rumi masih menyarankan ku untuk mengikuti alur kak isana. jangan terburu buru mengambil keputusan. dia ingin aku mencoba hal menarik yang di sebut dengan kencan.
diantara kami bertiga memang hanya aku yang belum pernah melakukannya.
rumi sudah punya 2 mantan sebelum hatinya terikat dengan nindy. tapi sifatnya rumi yang friendly membuat dia memiliki friendzone yang tak terhitung jumlahnya. rumi sangat pandai merebut dan menyenangkan hati perempuan. kecuali Nindy tentunya.
ujin tidak pernah pacaran. tapi dia punya beberapa hts-an. dan sering pergi berkencan. dia pandai memposisikan seseorang untuk terpikat dengannya tanpa memberikan harapan. jadi kisah percintaan ujin selalu berjalan tanpa drama yang berarti. berbeda dengan rumi yang penuh huru hara dan sering di cap buaya. padahal rumi hanya senang membuat orang senang.
ujin bilang dia hanya akan pacaran dengan orang yang benar-benar dia cintai dan sejauh ini orang itu belum ada. rumi bilang dia hanya mencintai nindy, tapi dia sadar cintanya itu mustahil dan harus dipendam hingga hilang sendiri.
sedangkan aku, aku pernah bilang kalau aku tidak akan pernah pacaran. hancurnya kak temi karna cinta, dan menghilangnya kak karin secara tiba-tiba membuat aku tidak mudah percaya lagi dengan orang baru dan apatis dengan cinta.
jadi.. maaf kak isana
"windu..? kamu dari kapan disini?" kak isana sedikit berlari menghampiriku. aku berdiri tidak jauh dari pintu kelasnya.
"belum lama kak"
"bentar, kakak tarok tas ke dalam dulu ya" ujarnya dengan senyum yang merekah.
dalam hitungan detik dia sudah berdiri lagi di hadapanku. tinggi tubuh kami yang tak jauh berbeda membuat aku bisa melihat dengan jelas rona merah di pipinya. entah kenapa dia terlihat lebih pemalu dari kemarin.