Terlalu Cepat

463 24 3
                                    

"Ohh... jadi kamu gak suka durian? Sama dong, aku juga gak suka. Nyium baunya aja udah bikin enek." Tawanya sangat manis. Memang sensasi berhadapan dengan lelaki berumur 18 tahun dengan 27 tahun sangat berbeda. Aku merasa lebih santai dan gak khawatir keceplosan saat berbicara dengannya.

"Iya, durian itu walau kulitnya tebel, aromanya kecium sampe jarak 5 kilometer. Jadi kalo orang tuaku lagi beli buah durian, aku nyuruh mereka makan di luar rumah."

"Waww!! Berarti jarak antara rumah sama halamanmu 5 kilometer? Hahahahah!!"

"Bukan.. bukan halaman rumah. Mereka akhirnya makan di luar kompleks gara-gara aroma 5 kilometer itu. Hahahaha!!"

"HAhahahaha!! Via, Via... kamu ada-ada cerita ngawurnya!" kak Irvine terbahak sangat keras di depanku. Saking terbahaknya, pipinya menjadi kemerahan. Dia manis sekali. Tapi mengapa aku tak jatuh cinta padanya? Dari pada menunggu ketidakpastian dari seorang Raihan Agus itu! Tapi dengan pengakuan terdalam, memang pak Raihan jauh di atas kak Irvine soal tampang dan postur tubuh. Lagipula.... Kak Hardita pasti bakal mencincang tubuhku jika hal itu terjadi... hiii ngeri!!

Tak terasa bel masuk kembali terdengar. Untuk hari ini, istirahat kali ini, aku ditemani kak Irvine. Tiara? Oh ya ampun! Ke mana dia? Dia tadi ada di sampingku. Tapi sekarang sudah tak kutemui wujudnya. Harusnya aku sudah sadar itu, karena sejak tadi aku terlalu sibuk ngobrol dengan kak Irvine. Ohh, Tiara... maafkan aku.

"Aku masuk kelas dulu ya, Via.. makasih waktunya. Aku harap ini akan terulang setiap hari." Dia tersenyum.

"Oke, kak." Akupun membalas senyumannya.

"Kapan-kapan, kita makan siang bareng yuk, sepulang sekolah!"

"Emm...kapan-kapan ya, kak."

"Oke, aku kabari nanti." Badannya yang tidak terlalu tinggi, tidak terlalu pendek itu berputar arah dan menuju keluar kantin. Namun dia kembali mendatangiku dengan berlari. "Nice to meet you, Via." Dia menyodorkan tangannya. Berniat berjabat tangan denganku.

Aku menyambut tangannya. "Me too."  


Sepulang sekolah...

Hmm... tumben banget sih jam segini, belum ada bus yang melintas sama sekali? Cacing di perutku ini udah pada demo minta diberi jatah. Udah lapar banget selama setengah jam nunggu di sini. Kalo aja aku bersahabat dengan Doraemon, pintu ke mana saja udah bisa buat aku duduk santai di warung padang. Sayangnya... aku cuma punya Tiara, di perutnya emang ada kantong, kantong makanannya sendiri.

Tak lama kemudian, ada sebuah mobil yang tak asing berhenti di hadapanku. Aku ingat! Ini kan mobil..

"Nunngu taxi, Vi?", tanya seorang wanita cantik setelah menurunkan kaca mobil. Itu bu Diyang. Yaa.. kami bertemu lagi di titik yang sama.

"Saya nunggu bus, bu."

"Bareng lagi aja, yuk!" senyum bu Diyang melebar.

"Hah!!!" Semobil lagi sama mereka berdua? Ohoo, bukannya apa ya, saya cuma menyayangi hati saya satu-satunya. Udah cukup yang kemaren.

"Lhoh kenapa kaget seperti itu? Hihihi... lucu banget." bu Diyang tertawa kecil melihat tingkahku. Makasih atas pujiannya..

"Hehe... nggak papa kok, bu. Saya itu cuma...."

My Mister✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang