Hilang

204 5 0
                                    

"Via sayaang.. ayo bangun! Gak baik masih gadis bangun siang!"

Senang bisa mendengar suara itu lagi. Mataku memicing merasa sebuah cahaya memaksa masuk dari celah jendela kamarku. Ku tarik senyum simpulku ke arah wanita yang sedang berdiri tepat di hadapanku. "Kalo pak Raihan tahu kamu malesnya kayak gini, ya mana mau??"

"Aishh... mamaa, pagi-pagi udah bahas itu!" aku bersusah payah mengambil posisi duduk di ranjang.

"Yang baru dari Bali apa gak ada embel-embel yaa?" suara papa menggema dari balik pintu kamar. Menunjukkan kepalanya dan cengingisan.

"Ada! Sini-sini..." aku berlari menuju tasku. Papapun masuk dan duduk di atas ranjangku. Mama juga terlihat tertarik dengna apa yang akan aku keluarkan dari tas. Aku mengorek isi tasku dan, "Tara!! Ini buat mama... ini buat papa!" aku memberikan sebuah dompet kulit berwarna cokelat tua kepada papa dan sebuah tas cantik kepada mama.

"Wuuuo! Bagus banget dompetnya!kamu tau aja selera papa! Makasih ya sayaaang.."

"Iya, Vi.. makasi ya, tasnya cantik!"

"iya, sama-sama... seneng deh bisa beliin papa sama mama." Akupun melanjutkan obrak-abrik tasku dan aku tak sadar mengeluarkan KTP itu. KTP....

Flashback on-

"Baju kotor sudah dimasukkan? Hp??" tanyaku selidik melihat tingkahnya yang grasak-grusuk karena terlambat bangun. Pagi ini para guru mengadakan rapat singkat untuk merundingkan kepulangan menuju Jawa agar tidak terjadi kejadian yang tak diinginkan, seperti kejadian tertinggalnya pak Raihan dan aku saat keberangkatan lalu.

"Oh ya, Hp!" dia berlari menuju sofa –tempat tidurnya selama di Bali-. Setelah sukses merusak kerapian sofa yang baru saja aku tata, benda tipis berkilau itupun ia temukan. "Lov, kamu kunci pintunya ya. Aku mau langsung ke lobi. Gak enak sama guru-guru kalo aku gak ikut rapat walaupun rapatnya singkat. Aku langsung tunggu di taman, nanti kan semua ngumpul di sana dulu. Ntar pulangnya kamu tetep sama aku. Yaudah ya, aku duluan."

Aku menatapnya selama ia berbicara panjang lebar seperti emak-emak saja. Ouhh.. menyebalkan! Sofanya berantakan lagi.

Wait.... Apa itu? melihat benda aneh di bawah lantai, aku mendekatinya. "KTP pak Raihan!"

Flashback off-


"Ohh ini KTP pak Raihan!" mataku berbinar melihat wajah kakunya di kartu itu ckckc.

"Lho, kok bisa ada di Via?" Tanya mama yang juga memerhatikan KTP tersebut di tanganku.

"Sini! Papa mau lihat siapa lelaki yang dibilang lebih tampan dari papa." Papa menyodorkan tangannya. Aku menyerahkan KTP itu agar papa puas_-

"Vi, cepet hubungi pak Raihan. Kasihan kalo dia kebingungan nyariin ke mana-mana."

"Iya, ma." Aku keluar kamar sambil mambawa ponsel untuk menghubungi pak Raihan.

Malam ini sedikit temaram. Bulan nampak bersembunyi di belakang gulungan awan hitam kelabu di atas sana. Dari jendela kamarku, aku dapat menyaksikan itu semua. Mereka bagaikan saksi bisu penantianku menunggu kedatangannya malam ini untuk mengambil KTP. KTP membawa berkah.

Hmm... aku tiba-tiba terpikirkan kepada kak Hardita. Bagaimana kabarnya sekarang? Bagaimana rencananya untuk kak Irvine? Sudah sangat lama rencana itu berjalan, apakah ada hasil? Aku lupa pada mereka setelah banyak hal yag kualami. Semoga saja berhasil dan mereka baik-baik saja. Lama aku tak berjumpa. Saat masuk sekolah nanti, aku harus menemui kak Hardita ke kelasnya.

My Mister✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang