Seorang kakak

254 8 0
                                    

Lovya POV

"Halahh~ masih menunggu beberapa hari lagi?" aku mengerucutkan bibirku.

"Ya tunggu kakimu benar-benar bisa digerakkan, sayang." Ujar papa yang berada di sisi kananku.

"Tidak akan lama, kok. Selama sering latihan berjalan sedikit demi sedikit, pasti akan cepat bisa. Pokonya kalau merasa capek, jangan diteruskan supaya tidak terkilir." Ujar dokter yang sedang melepas gips di kedua kakiku.

Aku hanya mengangguk. Sedih rasanya, harus belajar berjalan lagi seperti batita. Namun setidaknya aku sangat terharu, di hari pelepasan gips kakiku, banyak orang di luar sana yang sedang menungguku. Banyak sekali. Karena sekarang sudah jamnya pulang sekolah, semua teman sekelasku ikut serta menungguku di luar ruangan bahkan saking tidak cukupnya lorong rumah sakit, mereka yang tersisa ada yang menunggu di kantin rumah sakit. Memang terhitung sangat lama aku tidak masuk sekolah, sekitar 1 bulan 2 minggu, hampir 2 bulan!

"Pa, setelah ini kita adakan syukuran, yuk! Kita ajak mereka makan di rumah makan di ujung kompleks." Pintaku pada papa yang dijawabnya dengan anggukan mantap.

Setelah selesai dengan kakiku, dokter memberiku secarik kertas, resep obat yang harus aku minum untuk percepatan pemulihan kakiku. Saat aku keluar dari ruangan itu, lorong rumah sakit yang tadinya sunyi, berubah menjadi sangat ramai. Hiruk pikuk kebahagiaan teman-temanku yang terlihat sangat jelas terdengar sehingga tindakan mereka mendapat teguran dari seorang suster.

"Kalian tau Rumah Makan Ayam Bakar Sunda, kan?" aku bertanya pada sepuluh orang di hadapanku.

"Tau, tau! ada apa? Kamu mau traktir kita, Vi?!" celutak Tiara tidak tau malu.

Aku mengangguk. Seketika mulut mereka hendak bersorak lagi, namun "Hus! Jangan rame! Nanti susternya marah-marah lagi. Mending kita sekarang langsung cus ke sana aja!"

"Eh gak sopan! Gimana sama Via?"

"Kalian duluan aja, kasih tau di grup kelas biar pada tau semua yang ada di luar. Aku mau tebus obat dulu." Jelasku pada mereka. Akhirnya mereka kegirangan keluar rumah sakit dan meninggalkan kami berempat. Ya, berempat. Aku, Mama, Papa, dan Tiara. "Via tebus obat sama mama aja ya, pa. Papa sama Tiara cepet susul mereka, nanti mereka linglung sampai sana kalau gak ada bos(orang yang menraktir)nya."

Dan kini tinggallah aku dan mama. Mama mendorong kursi roda yang beberapa hari ke depan akan menjadi pengganti kakiku. Sebentar lagi aku akan cepat berlari kian kemari. Aku hanya butuh latihan yang rutin. Tiba-tiba aku merasa ponselku bergetar. Ada sms masuk.

Dari : Andi

Hei pendek:b aku denger, hari ini kamu melepas gips. Apa kamu udah benar-benar sehat?

Aku tersenyum membaca pesan itu. Kapten itu, apa kabar ya? Sudah sangat lama tidak bertemu.

Kepada : Andi

Udah baik kok, kapten:v Ayo gabung di Ayam Bakar Sunda. Aku ngadain syukuran kecil-kecilan di sana:)

Tak menunggu lama, ia langsung membalas smsku.

Dari : Andi

Jangan panggil aku seperti itu!

Sayang banget:( Siang ini aku ada latian futsal. Mungkin nanti malam aku boleh ke rumahmu?

"Ma, nanti malam Andi ke rumah, boleh?" tanyaku kepada mama setelah membaca pesan itu.

"Boleh, sayang."

My Mister✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang