chapter one

622 72 3
                                    


cinta sama benci beda tipis. sama-sama punya luapan perasaan di dalam hati. saking tipisnya, seseorang kadang susah untuk membedakannya. - J

***

jevano kaya buaya, monyet, bekantan. jelek, bau, ngga guna. gue benci dia. titik. - R

***

Hal rasional yang bisa menjelaskan definisi cinta adalah perasaan semu yang membuat setiap insan yang merasakannya menjadi sakit hati. Tentu saja pemikiran tersebut tidak muncul begitu saja dari pikiran sang wanita berambut pirang yang kini melenggang santai menggunakan heels hitam berkilau ke arah kantor dimana tempat ia bekerja. Setidaknya, kesimpulan itu muncul ketika Reia sudah beranjak memasuki umur 20-an, umur dimana cinta bukan menjadi hal yang sangat penting di hidupnya selain uang dan karir yang cemerlang.

Namun tak bisa dipungkiri bahwa dulu, ia juga pernah berpikiran sangat naif, menganggap dengan sebuah cinta Reia yang berumur remaja akan bisa hidup dengan bahagia tanpa perlu apapun lagi. Impiannya kala itu sangat amat sederhana, di hiruk pikuk dunia sekolahnya yang membosankan, ia ingin ada seseorang yang bisa menjadi tempat berbagi tawa dan keluh kesah.

Seorang yang bisa mengasihinya dengan sepenuh hati juga tempat bersandar di saat penat sedang datang melanda. Seorang pacar, singkatnya seperti itu. Tapi sayangnya, ketika itu ia amat bodoh dan naif, menganggap dunia pasti selalu berputar untuknya. Menganggap semua keinginannya bisa terwujud sesuai apa yang dirinya mau, tanpa tahu bahwa kadang dunia memang bisa setega itu.

Impiannya yang sederhana hancur lebur tak bersisa. Cinta yang bersemi dan menggebu tak mampu membuat seorang pemuda yang baru sebulan berkencan dengannya, dengan amat tiba-tiba memutuskannya tanpa ada alasan yang jelas. Bahkan sampai saat ini, ketika waktu sudah berjalan jauh, Reia masih begitu akrab dengan perasaan patah hatinya di tahun ketiganya bersekolah di sekolah menengah atas. Dan sungguh, itu adalah kejadian putus cinta tertragis yang pernah Reia rasakan.

Sampai akhirnya setelah 6 tahun berjalan, Reia masih tidak bisa mendapatkan kekasih lagi yang benar-benar di kencani. Untuk hitungan pria yang hanya sekedar menunjukkan rasa tertarik tentu jauh dari kata sedikit, namun Reia masih merasa takut untuk menjalin hubungan yang serius lagi. Bahkan ketika umurnya sudah matang seperti saat ini.

Setidaknya ada hal baik yang bisa diambil dari hidupnya. Mengesampingkan jalan cintanya yang tragis, perjalanan karirnya jauh lebih bisa dibanggakan. Setelah lulus kuliah, Reia langsung beruntung bisa lolos masuk menjadi karyawan di perusahan periklanan bernama 'BlackCity Company' sejak tiga tahun yang lalu.

Tentunya banyak suka dan duka yang ia rasakan, banyak hal asing yang membuatnya tidak nyaman, juga tidak sedikit hal yang membuatnya hampir merasa bahwa pekerjaan yang sedang ia jalani tidak cocok dengan passionnya. Namun semua itu sudah berlalu, kini Reia sudah bisa lebih beradaptasi dan menikmati arus kerja yang kadang santai atau kadang sibuk seperti kerja rodi.

Langkah kaki wanita pirang itu makin bersuara ketika memasuki lantai dua, dimana kubikelnya ada disana.

" Pagi semuanya~"

Wanita dengan potongan pendek yang berada dua sekat dari kubikelnya memutar kursi dan menyipitkan mata ke arahnya. Tangannya bersedeku untuk membuat gesture curiga.

" Widihhh seger banget mood nya bok, lo habis menang judi ya, Rei? Ngaku lo sama gue." Tuduh Anika, rekan kerjanya yang berumur 2 tahun diatasnya.

Reia mendudukan dirinya di seberang Anika, menunda sebentar untuk langsung duduk di kubikelnya sendiri. Pandangan wanita itu sempat berkeliling memantau situasi sejenak sampai akhirnya berbisik.

Love-HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang