Jennie POV
Sejujurnya, aku sekarang merasa begitu menyesal dengan apa yang baru saja aku lakukan, mengirim pesan rindu pada Lisa? Aku tidak berhenti mengutuk diriku sendiri karena Lisa bahkan tidak menjawab pesanku.
Aku hanya kesepian sendirian di unit apartemen dan waktu sekarang menunjukkan pukul setengah lima sore, maksudku.. kemarin Lisa kembali sekitar pukul empat, bukankah dia sudah pergi terlalu lama?
Aku tidak ingin menjadi orang yang tidak tahu diri dengan meminta si tuan rumah selalu menemaniku karena aku merasa kesepian di rumah, Jennie, bagaimanapun juga kau sudah dibantu oleh mereka! Kau diberi tempat tinggal yang layak dan makanan yang lezat saja seharusnya kau mensyukuri hal itu.
Karena adanya tanda baca pada ruang obrolan kami, aku jadi tahu jika Lisa sudah membaca pesan yang aku kirimkan untuknya, hal itu yang membuatku merasa begitu malu sekarang, dan rasanya untuk menarik pesan itu kembali juga sia-sia, dia sudah mengetahui.
Merindukannya.. rasanya itu hal paling bodoh yang pernah aku katakan selama aku tinggal di unit apartemen ini, seharusnya aku tidak langsung mengatakan aku merindukannya meski aku merindukan Lisa sekalipun, seharusnya aku bisa mengganti kalimatku dengan mengatakan.
"Apa pekerjaanmu sudah selesai? Jam berapa kau akan pulang?"
Bukankah itu terdengar lebih sopan? Aku cemas rasanya, entah dimana Lisa sekarang, aku tidak tahu dia akan benar-benar pulang atau tidak, bahkan jika tidak juga bukan masalah, aku tidak memiliki hak untuk mengatur dimana Lisa harus berada.
Aku duduk di sofa sambil memeluk kedua kaki ku sendiri, sudah berapa lama aku berada di unit apartemen ini? Empat hari? Rasanya aku cukup bosan, tapi disisi lain aku juga merasa nyaman karena aku benar-benar aman di tempat ini.
Tidak memungkinkan jika aku pergi keluar dari unit apartemen, maksudku.. sebenarnya bisa saja, hanya saja, hari sial tidak ada di kalender, bagaimana jika aku bertemu dengan paman dan bibiku lalu aku diseret untuk kembali dengan mereka? Sungguh, aku tidak mau.
Tapi aku juga tidak memiliki keberanian untuk mengatakan pada Lisa jika aku bosan hanya berdiam diri di unit apartemen ini, aku tidak mau banyak merepotkannya, jadi mari bertahan selama yang aku bisa disini.
Mungkin kalian belum banyak mengenalku, namun bisa dikatakan aku memang tidak seberuntung anak-anak pada umumnya, aku yatim piatu karena orang tuaku meninggalkan aku saat usiaku masih sangat kecil.
Akhirnya aku diadopsi oleh paman dan bibiku, dulu, mereka adalah orang yang sangat baik, saat orang tuaku masih hidup, aku ingat mereka sering membawa mainan untukku setiap kali mereka datang berkunjung.
Sayangnya, mereka memang tidak dikaruniai seorang anak, aku tidak tahu jelas apa penyebabnya, tapi salah satu mereka divonis tidak bisa memiliki anak seumur hidup, aku tidak tahu apakah itu bibi atau pamanku, aku juga mengetahui hal ini karena aku menguping pembicaraan mereka sewaktu aku masih kecil.
Mungkin karena hal ini juga mereka menjadi menyalahkan keadaan, emosi mereka tidak stabil, aku sering melihat mereka bertengkar, seolah orang dewasa itu tidak bisa mengontrol emosinya, saat usiaku delapan tahun, bibiku pernah mengatakan jika aku tidak berguna, seharusnya aku bisa dijadikan pemancing agar mereka memiliki anak, tapi juga tak kunjung membuahkan hasil.
Bisnis pamanku juga sempat bangkrut, dan karena hal ini aku jadi dituntut membantu mereka mencari uang padahal usiaku baru sepuluh tahun, mereka tidak lagi membayar uang sekolahku, aku ingat jika aku pernah makan telur dan mie isntant selama satu Minggu penuh karena mereka mengatakan tidak memiliki uang yang cukup meski mereka masih bisa memakan daging ayam, hanya saja, aku tidak mendapatkan bagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVEN - JENLISA [G×G]
FanfictionLisa hanya berniat memberikan bantuan pada gadis yang dia temui dalam keadaan menyedihkan. Lisa sendiri tidak suka diatur, dia adalah gadis lajang yang bebas, hal yang dia inginkan hanya bersenang-senang dengan teman-temannya. Namun siapa sangka pad...