Jennie POV
Pagi ini, aku terbangun dengan mata yang berat namun aku sendiri tidak merasakan mengantuk, apa kalian tahu rasanya? Aku sendiri sejujurnya tidak mengerti kenapa aku tidak bisa tidur dengan nyenyak kemarin malam, padahal kasur di unit apartemen ini sudah membuatku merasa nyaman di malam-malam sebelumnya.
Agar tidak membuat tuan rumah menunggu lama, aku memang sangat mandi setelah bangun, seperti sekarang, aku menggunakan kaus rumahan berwana coklat tua dan celana panjang yang sebenarnya sedikit kebesaran di pinggangku, mungkin ini adalah milik Chayeoung, gadis dengan hati malaikat yang pertama kali melihatku terduduk lemah di pinggir jalan beberapa hari yang lalu.
Chayeoung dan Jisoo sendiri membawa begitu banyak baju untukku, bahkan Lisa juga mengatakan aku boleh memakai baju yang ada di lemari nya, mereka sangat baik karena aku yakin semua baju milik mereka adalah dari brand ternama.
Bisa aku tebak jika aku memang bertemu dengan orang berada yang sangat baik hati, tidak ada kata yang bisa aku ucapkan selain terima kasih, setelah rasanya bertahun-tahun berada di neraka, aku seperti bisa bernafas dengan bebas sekarang meski aku sendiri tidak tahu, sampai kapan Lisa akan menampungku yang sebatang kara sekarang.
Jika tidak ada Lisa dan kakak sepupunya, mungkin saja aku tidak akan bertahan sampai keesokan paginya, tapi aku masih hidup sampai detik ini, semua berkat mereka sungguh, dan aku juga masih belum memiliki clue apa yang harus aku lakukan di masa depan, apa aku harus mulai bekerja? Tapi aku takut jika paman dan bibiku menemukan keberadaan ku, aku tidak mau kembali dengan mereka.
Katakan aku memang tidak tahu diri sekarang karena aku menumpang di unit apartemen seorang gadis asing yang mencuri ciumanku kemarin, jelas hal ini yang membuatku tidak bisa tidur dengan nyenyak dan membuat mataku begitu berat pagi ini.
Aku tidak mengerti kenapa Lisa kembali lalu mengatakan dia menyukaiku dan memintaku menjadi kekasihnya, lancang bagiku karena dia tiba-tiba mencuri ciuman di bibirku, aku tidak memiliki bibir yang perawan lagi sekarang, ciuman pertamaku hilang begitu saja.
Aku ingin marah, ingin sekali aku mendorongnya yang sudah lancang seenaknya mencium ku, tapi aku tidak bisa melakukannya, bagaimana jika aku malah diusir kemarin? Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika aku membuatnya marah, sungguh, aku tidak mau lagi menambah beban dalam hidupku yang sudah berantakan ini.
Jadi aku memilih untuk pasrah meski jantungku berdebar tak karuan, Lisa hanya menempelkan bibirnya diatas bibirku selama beberapa detik, untung saja dia tidak bertindak terlalu jauh kemarin.
Layaknya tidak melakukan kesalahan apapun, Lisa bersikap seperti biasa saja setelah dia menjadi pencuri, dia bersikap begitu santai dan aku tidak mengerti kenapa dia bisa melakukan hal itu setelah membuatku berdebar dan ketakutan, kakiku bahkan langsung lemas kemarin, tapi mulutku terkunci rapat.
Dia langsung merapikan barang-barang yang dia beli dari supermarket dan aku membantunya saat dia memerlukan bantuanku menyusun beberapa barang di kulkas, ada banyak camilan yang dia beli untukku, agar aku tidak merasa bosan sendirian di unit apartemen, begitu katanya.
Setelahnya dia langsung mandi lalu memesan makan malam untuk kami, sungguh, aku jadi tidak berani banyak bicara setelah kejadian dia mencium bibirku kemarin, tapi sebaliknya, dia jadi banyak berbicara, seolah dia memang menunjukkan ketertarikannya padaku.
Aku melihat diriku sendiri dari pantulan cermin dan merapikan rambutku, area bawah mataku jelas menghitam, tapi itu bukan menjadi masalah, aku hanya perlu waktu tidur yang cukup setelahn ini.
Aku kemudian keluar dari kamar dan melihat Lisa yang berada di meja pantry, dia tetap tidur di sofa kemarin, rasanya aku tidak enak karena dia yang adalah tuan rumah malah tidak tidur di kamar utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVEN - JENLISA [G×G]
FanficLisa hanya berniat memberikan bantuan pada gadis yang dia temui dalam keadaan menyedihkan. Lisa sendiri tidak suka diatur, dia adalah gadis lajang yang bebas, hal yang dia inginkan hanya bersenang-senang dengan teman-temannya. Namun siapa sangka pad...