Berdasarkan undangan yang dikasih Dian kemarin, hari ini tepat dimana sohib gue mau nikah. Tenang aja dari jauh-jauh hari, gue udah menyiapkan kado buat dia. Nggak kerasa cowok pendiem itu mau meminang anak gadis orang.
Vera, Vino, Dian, semuanya sudah menemukan teman hidupnya, lah gue kapan?
Tenang saja semuanya sudah ada yang ngatur kok, dan pernikahan itu bukan ajang perlombaan. Bukan siapa yang pertama datang, tapi siapa yang paling lama bertahan.
Gue pergi sendiri ke acara pernikahan yang di selenggarakan di hotel milik Dian, hotel bintang lima lho! Permintaan Dian yang waktu itu nggak gue turuti, lagian siapa yang mau jadi partner gue?
Tadi gue udah salaman ke Dian juga Putri. Niatnya sih pengen balik karena nggak kerasa juga udah seharian di sini.
Gue lagi asik-asiknya jalan, eh ada yang nabrak!
Bruk
"Aduh!" Etdah! Gue menggerutu dalam hati, ini cowok jalan kok nggak liat-liat. Main tabrak aja, badan semok gue jadi sakit-sakit nih.
"Heh, lo kalo jal-"
Deg.
Ucapan gue terhenti karena orang yang berdiri di hadapan gue ini ternyata Elgar. Iya, Elgara Putra Sadipta-first lovenya Diana Asteria Ailivena.
"Diana?" Elgar melangkah maju lalu narik tubuh gue buat dia peluk.
"Saya kangen sama kamu, kamu kemana saja? Saya cari-cari tapi nggak ketemu." Tangan pria itu tidak tinggal diam, dia sesekali mengusap rambut dan nyium kening gue berkali-kali.
Deg.
Deg.
Deg.
Satu detik sampai lima detik berlalu, gue langsung ngedorong Elgar setelah sadar apa yang dia lakukan. Bodoh banget sih lo Diana! Bisa-bisanya ngefreez!
Author pov on:
Kaki jenjang Diana melangkah meninggalkan Elgar di tempatnya tadi. Ia masih merutuki kebodohannya, bahkan degup jantungnya menggila, tidak bisa ia kendalikan.
Tapi tampaknya Elgar tidak menyerah begitu saja, pria itu mengejar Diana dan menggapai lengan gadisnya. "Sayang, kamu mau kemana? Acaranya belum selesai."
Diana langsung menarik kembali lengannya dari genggaman Elgar, ia memutar badan kemudian menatap pria di hadapannya dengan jengah. "Mau lo apa sih? Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, jadi jangan panggil gue sayang! Gue enek dengernya! Dan kalo bisa, jangan ganggu hidup gue lagi."
Elgar menyeringai, satu alisnya terangkat, dan mulai melangkah mendekati Diana. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga sangat gadis dan membisikkan sesuatu. "Setelah saya menemukan kamu, jangan berharap kamu bisa lepas dari saya. Kita belum resmi putus, kita masih sepasang kekasih. You're mine." Diana melangkah mundur, ia merinding dengan apa yang pria itu ucapkan. Bagaimana suara yang seksi itu menyapa indra pendengarannya.
"Nggak usah macem-macem, gue udah punya cowok!"
Elgar-pria itu tersenyum manis, ia menatap gadisnya dengan senyum lebar. Tapi Diana tahu, bahwa dari balik senyum manisnya itu terdapat rencana negatif yang sudah pria itu siapkan
"Berarti saya harus melakukan sesuatu agar kamu tidak bisa lepas dari saya."
Sial! Sebenarnya apa yang pria itu rencanakan?!
--
"Ck, ya udah gue ke sana sekarang."
Tut.
Diana mematikan sambungan telepon dengan kesal, tadi Keina-sepupunya menelepon dan memintanya untuk menjemput dia di club. Dengan hati yang tidak ikhlas, ia mau menjemput sepupunya yang selalu membuatnya susah seperti itu.
Diana mengganti baju tidurnya dengan dress lengan spaghetti hitam yang panjangnya di atas lutut, sangat kontras dengan kulitnya yang putih mulus.
Ia melangkah menuju basement , mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Tidak butuh waktu lama sampailah di club, Diana langsung turun dan masuk ke dalam.
Saat ia masuk, banyak pria yang menatapnya dengan tatapan lapar. Seolah binatang buas yang sedang mengincar mangsanya, Diana ingin menghajar wajah pria yang menatapnya itu sampai babak belur. Namun Keina lebih penting sekarang.
Ia naik ke lantai atas, namun dirinya dibuat kaget karena melihat Elgar tengah digoda oleh seorang perempuan. Diana yakin, Elgar sudah tidak sadar karena minuman alkohol itu. Awalnya Diana tidak peduli, dan ingin meninggalkan tempat itu namun setelah melihat tangan perempuan itu bergerak membuka kancing kemeja Elgar, entah kenapa ia malah menghampiri mereka.
Sisi kemanusiaannya berkata 'tolong dia, dia sedang membutuhkanmu' jadi dengan rasa kasihan, Diana menghampirinya.
Diana mendorong perempuan berdandan menor itu dengan kencang, membuat perempuan itu terjatuh. "Maksud lo apa hah?!"
Oke kita sebut saja nama perempuan berdandan menor itu dengan nama Resti. Resti berdiri dan menatap nyalang Diana, yang sudah berani mengganggu aksinya.
"Kenapa? Lo mau ons sama cowok ini? Tapi sayangnya nggak bisa, dia tunangan gue, dan bentar lagi kita mau nikah." Dengan berani, Diana duduk di pangkuan Elgar dengan tangannya yang melingkar di leher pria itu.
Resti tampak terkejut, sedetik kemudian ia menyeringai, "Gue nggak percaya kalian tunangan, lo nggak bisa bohongin gue!"
Diana mengibaskan rambutnya, tak lupa dengan wajah songong andalannya. "Gue bakal buktiin"
Cup
Diana mengecup bibir Elgar, dia berani seperti ini karena ia yakin bahwa Elgar pasti sedang dipengaruhi oleh alkohol dan sudah tidak sadar. Kalau sedang sadar sih mana mau! Malunya nggak ketolong.
Diana menjauhkan bibirnya dari bibir Elgar, dan menatap Resti dengan ekspresi kemenangan. "See? Masih nggak percaya?"
Resti menggeleng kuat. "GAK MUNGKIN!"
"Mungkin lo bakal percaya setelah yang satu ini."
Tanpa diduga, Elgar menarik tengkuk Diana dan melumat bibir Diana dengan rakus.
"Hmphh-" Diana memukul dada Elgar memberi kode bahwa ia kehabisan nafas. Elgar yang mengerti pun melepaskan ciumannya dan kembali mencium bibir Diana sekilas.
"PERGI!" bentak Elgar yang ditunjukkan untuk Resti, Resti pergi dari sana dengan perasaan malu.
Elgar yang masih memiliki sedikit kesadaran menoleh ke gadis yang duduk di pangkuannya. Tangannya mengusap bibir Diana. "Mau dilanjut lagi, hm?"
Tolong bawa Diana menghilang dari bumi ini! Wajahnya akan ia taruh dimana setelah ini?!
---
Wkwk jadi gimana sama part ini?
Komen dong, asal jngn hate comen ya! Aku marah loh😤😤😤Agak plus plus, punten aja ini mah.
Tapi emang itu, oh ya kalo ada typo tandain ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
From the past
Random"Dih, ngapain gue balikan sama si Elgara, ogah! Najis banget!" -Diana "Ati-ati lo ngomong begitu, plot twistnya lo kawin sama si Elgar." -Vera "Awas, nanti jilat ludah sendiri!" -Dian "Mending sama gue, iya gak?" -Galih