04. Sebuah alasan

3 0 0
                                    

Happy Reading!

---
-
-
-

Seminggu setelah kejadian di club waktu itu, gue semakin menjauhi dan menghindari lelaki bernama Elgar itu. Elgar selalu minta maaf atas perlakuannya di club, tapi ga begitu gue pedulikan. Bukan ga peduli, tapi emang sudah memaklumi dan enggak mempermasalahkan. Gue cuma enggak mau berhubungan sama cowok itu lagi. Susah susah gue moveon, masa iya sih dia dengan seenak jidatnya malah balik lagi?

Dia pikir, gue cewek apaan?

Sekarang ini hari sabtu, kebetulan semua temen-temen gue lagi pada libur. Rutinitas biasa, yaitu kumpulan sama sohib-sohib gue, siapa lagi kalau bukan Dian, Vino, Vera, sama si Galih. Kali ini, kami ngumpul di rumah Dian. Kalau kata si Galih, sekalian aja ngerecokin pasutri baru itu.

“Lo pada tau gak, kalau si Elgar ternyata balik lagi dong ke Indonesia!” seru Vera dengan semangat.

Gue tau sih kemana arah pembicaraannya, sudah pasti buat ngegibah.

“Loh, bukannya dia tinggal di London ya?” tanya Galih bingung. Tangan dia masih ngambil ciki yang udah si Dian sediain, gak berhenti bjir.

Gue mendelik gak suka, lagian kenapa jadi bahas si Elgar dah! Kayak gak ada topik yang lain aja.

“Udah si, kenapa jadi bahas dia. Skip ah, kali ini gue gak mau ikut ngegibah!” Gue akui memang suka banget ngegibah, tapi kalau untuk gibahin Elgar, ya gak mau lah!

Sekarang giliran si Dian yang nyahut, “Si Elgar nemuin lo.” Kata dia yang gak bisa gue mengerti.

“Bisa gak kalau ngomong itu gak setengah setengah? Yang jelas lho gitu,” berdecak kecil lalu melirik Dian yang ternyata natap gue juga.

Dian terlihat menghela nafas, “Lo nyadar gak sih, Elgar itu nyariin lo selama ini? Dia suka sama lo, waktu dia pergi ke Belanda, sebenernya itu gak benar-benar pergi. Dia cuma pengen moveon yang ternyata masih aja gak bisa.”

Ah, yang itu.

“Tau nih si Diana, Elgar itu baik lho, secinta dan se-effort itu lo tetep gak suka,” komentar Vino yang masih fokus dengan benda pipihnya.

Gini ya, biar gue jelasin. Sebenernya gue juga tahu kok kalau si Elgara itu memang suka sama gue, mungkin cinta juga. Tapi ada satu hal yang bikin ilfeel sama dia, hal ini yang gak pernah gue ceritain ke siapapun, termasuk sohib-sohib tercinta ini. Nah karena mereka itu mengatakan seolah si Elgar yang dipihak kasian, maka mau gak mau, gue kudu ngasih tahu alasan yang sebenarnya.

“Gue juga tahu kok, bagian mana yang gue gak tahu tentang dia? Dia yang masih suka sama gue? Atau dia yang berusaha moveon? Kalian jangan lupa, gue juga pernah pacaran sama dia. Dan, gak mungkin juga 'kan ninggalin orang yang bener-bener baik? Coba deh kalian pikir, gak mungkin kalau si Elgar baik, tapi akhirnya putus.” jelas gue sambil ngambil gelas yang sudah berisi air, dan minum.

Entahlah, setiap hal yang berkaitan dengan Elgar, itu bikin gue merasa sakit.

“Tapi kalian tahu gak tentang si Elgar yang affair pas masih sama gue? Sampe ke hotel-hotel lagi, gue lihat itu semua! Dia sering dateng ke club, pernah waktu itu gue samperin dia di sana. Lo tahu dia lagi ngapain?” Mata gue udah berkabut, mungkin kalau ngedip sekali aja, air mata bisa netes. “dia kissing sama cewek.” lanjut gue lirih.

Sedangkan temen-temen yang denger itu, langsung keruh mukanya. Mungkin karena gak enak kali ya? Apapun itu, gak masalah, yang penting mereka tahu kelakuan busuk Elgar di belakang. Cuma mau negasin ke mereka kalau, ‘ini gue loh yang tersakiti, bukan dia’, tapi kenapa seolah-olah gue yang menyakiti?

Ekspresi mereka jelas kaget, mungkin mereka masih belum percaya kali ya kalau si Elgar tuh busuk di belakang. Bahkan Galih yang lagi fokus makanin ciki aja sampai berenti, dia natap gue dengan tatapan yang ... kasihan.

Kali ini gue akui, kalau ternyata emang se-ngenes itu.

“Apa liat-liat?” Gue mendelik penuh permusuhan.

Apa bedanya si Galih sama Elgar, sama-sama tukang selingkuh. Tapi kok gue merasa aneh ya, waktu diselingkuhin si Galih itu sama sekali gak kaget dan gak sakit hati, mungkin karena emang sejatinya itu cowok yang playboy. Sementara Elgar, dia itu cowoknya yang keliatan polos-polos bangsat, gimana gitu.

“Sumpah gue gak tahu kalau—”

Belum sempet Vera menyelesaikan ucapannya, gue langsung berdiri buat ngambil tas dan pergi tanpa pamit gitu aja. Jujur, kesel banget sama mereka, padahal gue udah bilang, jangan bahas Elgar lagi, eh tetep aja dibahas.

Diana pov end.


Author pov on.

“Ini gimana dong? Si Diana jadi marah tuh,” keluh Galih seraya menatap semua temannya.

“Udah, biarin dia tenang dulu. Nanti setelah dia tenang, dia juga pasti bakal biasa lagi kok,” tutur Vera yang diangguki semua orang. Sejujurnya, ia juga merasa bersalah, tadi kan dia yang memulai topik.

Vino menatap Dian, “Gue gak nyangka, ternyata si Elgar se-brengsek itu.”

Dian hanya mengendikkan bahu acuh. “Kita gak berhak nyimpulin itu, kita gak tahu di posisinya Elgar itu kayak gimana.”

Perkataan itu menyulut emosi Galih, pria itu menarik kerah Dian. “MAKSUD LO APA HAH?!” teriaknya dengan emosi. “Lo mau diem aja setelah tahu Diana disakitin sama cowok berengsek itu?! Masih mau belain Elgar?” Kepalan tangan itu hampir saja mengenai wajah Dian, namun untungnya sebelum itu, Vino dan Vera memisahkan mereka.

Memang, yang paling emosian dan gampang tersulut amarah diantara mereka adalah Galih. Cowok itu sedari sekolah sering sekali berantem dengan temannya, dan berujung dipanggil ke ruang bimbingan konseling. Ternyata sifat buruknya itu terbawa sampai sekarang.

Dian menatap tajam Galih, “Lo juga berengsek, kalau lo lupa.”

Galih kembali ingin menerjang Dian dengan tinjuan, namun Vino dengan sigap menahan cowok yang sedang tersulut emosi itu. “UDAH! kenapa pada ribut sih?”

“Udahlah biarin, kita gak usah ikut campur urusan mereka. Ayo kita pulang,” Vera menggandeng lengan sang suami, sebelum benar-benar pergi, dia menoleh ke arah belakang. Memandang kedua sahabatnya. “Jangan sampai pertemanan kita rusak, dan jangan kasih tahu Diana tentang kejadian ini.”

Setelah mengatakan itu, Vera dan Vino pergi meninggalkan rumah milik Dian.

----

Bersambung..

Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa manteman❤

From the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang