5

1.3K 193 5
                                    

Winter sampai di tempat dia janjian dengan Taeyong, bahkan orang yang menjemput nya mengantar langsung winter sampai kehadapan taeyong yang menunggu di ruangan private salah satu restoran berbintang itu.

"Kau bisa menunggu diluar." Ucap taeyong pada orang suruhannya yang langsung diangguki dan membungkuk sebelum keluar.

"Imo?"

"Bagaimana kabarmu?"

"Seperti yang imo lihat."

"Bagaimana? Sudah bicara dengan jaemin? Kau tidak mungkin akan egois bukan? Ini demi kebaikan jaemin. Melihat kondisimu, kau tak akan mampu memberikan penerus bagi keluarga kami. Dan lagi, kau tahu aku dan suamiku bahkan anak bungsuku terpaksa menerima mu sebagai istri na jaemin, dan keluarga ini."

"Ya, aku mengerti imo. Aku sudah mengatakan pada jaemin oppa. Tapi, dia tetap menolak."

"Apa harus aku yang turun tangan Kim winter? Ingat ini, kalau aku sampai turun tangan untuk semua ini, itu berarti aku akan membuat kau dan jaemin berpisah. Kau paham bukan? Aku tidak ingin jadi orang jahat, tapi aku tak mau puteraku tak memiliki penerus dalam hidupnya. Sudah? Kalau begitu aku pamit." Ucap taeyong lalu diapun keluar dari ruang private itu dan mengkode orang suruhannya untuk membawa winter kembali dengan selamat.

Winter meneteskan airmatanya mendengar penuturan mertuanya itu, dia memang sudah sangat sering mendengar hal itu, dan dia tahu kalau ini yang terbaik bagi suaminya tapi dia harus melakukan apa? Bagaimana agar suaminya mau? Dia tak punya keluarga lain selain suaminya, dan dia tak mau kehilangan suaminya itu, mungkin akan sangat menyakitkan tapi itu adalah hal yang pantas karena dia tidak sempurna.

"Aku akan pastikan jaemin oppa mau, aku pastikan itu." Monolog winter.








At. Tokoh cake.

Renjun membuka kembali tokoh cake untuk mencari banyak uang demi pengobatan ibunya dan tambahan yang tak pernah dia pikirkan. Bayi. Tapi, dia melakukannya karena tak mau bayi itu pada akhirnya mendapatkan kehidupan yang buruk setidaknya dia bisa merawatnya saat bayi itu keluar dari rumah sakit. Renjun menutup matanya lantas membukanya kembali dan tersenyum ceria seperti tak ada beban berat yang dia pikul saat ini.

"Ayo semangat renjun. Kau pasti bisa. Untuk Mama dan baby!" Ucapnya pada diri sendiri lalu diapun mulai memakai apron dan membuat beberapa cake baru yang telah habis terjual.

Tring!

"Selamat dat—tuan?!" Kaget renjun pasalnya pelanggan yang datang adalah pria yang membantu mengantarkan wanita yang hendak melahirkan walaupun tak selamat.

Jaemin, pria yang membantu renjun itu hanya diam dengan wajah datarnya dia tak percaya kalau dia bisa berada di tokoh cakr yang bahkan bukan langgannya ini, ntah kenapa kakinya menuntunnya sampai ke tempat ini.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Ucap renjun tersenyum sangat manis. Jaemin tertegun melihat senyuman itu, ntah kenapa pikirannya langsung terpikirkan satu orang yang selama ini ia cari, tapi dia langsung mengenyahkan pikiran itu.

"Tuan?"

"Saya butuh satu cake rasa bluberi."

"Baik tuan, tunggu sebentar saya siapkan dulu" Ucap renjun lalu diapun langsung mengambil kotak tempat cake itu dan memasukkan secara hati-hati cake itu agar tak hancur.

Setelah selesai diapun langsung memberikan pada jaemin, dan jaemin langsung memberikan kartunya lalu renjunpun melakukan pembayarab setelahnya mengembalikan pada jaemin.

"Terimakasih tuan, semoga suka." Ucap renjun tersenyum dan jaemin hanya diam saja lalu pergi dari tokoh itu. Disaat bersamaan dengan sahabat renjun yang datang ke tokohnya.

"Hai njun!" Ucapnya sembari tersenyum, renjun ikut tersenyum lalu diapun duduk dihadapan sahabatnya itu dengan sepotong cake rasa matcha yang sangat disukai sahabatnya sejak kuliah itu.

"Makasih." Senangnya.

"Sama-sama. Tumben kau kemari? Bukankah sangat sibuk?"

"Kau meledekku. Dulu juga kau sangat sibuk dari padaku pelukis Nakamoto."

"Itu kehidupanku yang lalu, sekarang mungkin semua orang tak mengenalku bukan?"

"Maafkan aku njun." Ucap sang sahabat sembari menggenggam tangan sang sahabat.

"Hmm. Kenapa kau kemari?"

"Selain merindukan cake buatan mu ini aku juga merindukan sahabatku dan ini." Ucapnya mengulurkan undangan pernikahan.

"Akhirnya kau akan menikah juga, aku senang mendengarnya."

"Hmm, kau harus datang mengerti."

"Hmm, akan aku usahakan."

"Aku juga ingin kau yang membuatkan cake pernikahan milikku."

"Ne, akan aku lakukan." Ucap renjun tersenyum.

"Bagaimana keadaan yima?" Renjun terdiam dengan wajah sendu nya lalu diapun menarik nafas panjang.

"Aku selalu berharap ibuku akan bertahan dan sadar, karena aku hanya punya dia sebagai keluarga. Aku tak ingin kehilangannya."

"Hmm, aku juga selalu berdoa untuk yima, kau juga harus semangat mengerti? Jika kau butuh sesuatu langsung katakan padaku mengerti?"

"Aku tak enak jika melakukan itu."

"Kenapa harus merasa tak enak? Lagian dulu kau membantuku, kalau bukan karenamu aku tak akan menjadi aku hari ini, jadi aku akan membantumu."

"Hmm, makasih "

"Hmm." Angguk sang sahabat.



































<TBC>

Not Your Fault (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang