Chapter 10

22 1 0
                                    

"Aku mohon, Shaka."

Aiolia membunguk dengan rendah di hadapan saint virgo tersebut.

"Aku hanya memintamu untuk mengubah memorinya saja. Sisanya akan aku urus."

"..."

Shaka membuka matanya yang bewarna biru terang itu dan menatap Aiolia.

"Dan kenapa kamu ingin melakukannya?"

"Karena...jika  tidak, aku akan kehilangan anggota keluarga terakhirku."

"Begitu ya."

Shaka akhirnya berdiri dari posisi meditasinya.

===========================================================================

Aiolos tidak mampu menatap mata Shaka.

Ide Aiolia sungguh-sungguh gila. Namun siapakah yang rela saudara yang mereka sayangi terbunuh begitu saja?

"Saga," Aiolos meletakkaan tangan ke pundak sang gemini dan berkata dengan suara serak. "Kita cari saja memory spirit itu dan pergi dari sini."

Saga menggangguk, dan meminta kawannya itu untuk membuka buku tersebut. Begitu dibuka, sebuah cahaya menyilaukan kelura dari buku tersebut dan mengubah pemandangan di sekeliling mereka.

Aiolos melihat Aiolia, Mu, dan Milo, berdiri di kuil Virgo yang berserakan dengan petal-petal berwarna merah muda, dan Saga, Camus, dan juga Shura.

Hanya saja, ketiga orang tersebut memakai...bukankah itu surplice?!

Aiolos tercekat.

Namun tidak hanya itu, dia melihat masing-masing sisi mengambil posisi yang selama ini hanya pernah dibayangkannya, dan seperti hendak menjawab keraguannya, kedua sisi beradu cosmo yang begitu kuat sampai-sampai sanggup meruntuhkan kuil tersebut.

Athena Excalmation.

Klotak!

Buku itu terlepas dari tangan Aiolos dan Aiolos tersadar dari mimpinya yang mengerikan itu. "Apa-apaan....?"

Itukah yang seharusnya terjadi? Sesama kawan saling berusaha untuk membunuh?

"Aiolos," Saga cepat-cepat membantu Aiolos untuk berdiri. "Kamu tidak apa-apa?"

"I-iya," Aiolos menjawab sembari tersenyum lemah. Dia kemudian kembali bangkit berdiri, mengetahui bahwa dia harus melanjutkan misinya jika dia ingin menyembuhkan dimensi ini dan adikknya.

Shaka memberikan anggukan kecil.

"Mungkin sebaiknya begitu," katanya sembari menatap punggung Aiolos yang sudah hendak keluar dari kuil Virgo. "dan Aiolos..."

Aiolos berhenti dan menatap Shaka dengan pandangan bertanya-tanya.

Shaka menggelengkan kepalanya, "Lupakan saja. Hanya...Jangan menyesali apa yang akan terjadi, karena semuanya ada hikmahnya tersendiri."

Aiolos terdiam, tidak tahu bagaimana harus merespon. Kemudian, dia menoleh ke Saga saat sinar matahari sudah menerpa wajahnya sekali lagi dan membuka buku itu dengan tangan gemetar.

Namun, tulisan sebelumnya sudah hilang.

Saga, yang agak terkejut, langsung menyambar buku itu.

"...?"

Dia membolak-balik halamnnya dan malah menemukan tulisan berikut:

Di desa yang terasing
Seorang pembunuh muda menumpahkan darah untuk pertama kali baginya
Darah seseorang yang tidak berdosa
Darah milik orang yang telah menyelamatkan sang dewi

Aiolos dan Saga hanya dapat membisu.

"Siapakah pembunuh ini...?!"


Saint Seiya : The MemoirWhere stories live. Discover now