Di rumah sakit...
"Dok tolong bawa anak ini ke dalam ya, korban tabrak lari" Gajalea menyuruh salah satu perawat di sana untuk membawa anak itu.
"Baik dok" perawat itu segera mengangkat nya dari mobil Gajalea.
Gajalea menatap seragam putih nya menjadi banyak darah dan kursi mobil nya juga sangat kotor akibat darah anak itu.
Gajalea mengelurkan heatphone dari saku celana nya dan mengetik nama seseorang di sana.
"Halo"
"Halo dok, ada apa ya?" Jawab seseorang dari sebrang sana.
"Ki, tolong jemput mobil saya bawa ke door smeer"
"Oo, siap dok saya segera meluncur" jawab sopir pribadi gajalea.
Tut..tut..
Gajalea mengakhiri telefon nya dan segera masuk ke dalam rumah sakit.
"Dok, anak itu koma dok" salah satu perawat memberikan informasi kepada gajalea yang sedang memakai master dan memakai seragam untuk merawat anak itu.
"Oke saya tangani" jawab Gajalea.
Gajalea segera membersihkan semua luka di kepala, Badan, dan semua darah di bagian tubuh anak itu.
"Sus perban"
Suster itu menyerahkan perban.
"Gunting"
"Oke"
*****
Di rumah kai...Kini di rumah kai ada beberapa pria tampan duduk di atas sofa,
Mereka adalah sahabat kai dari masa SMA.
Angkasa Dirgantara, Kalandra Adinata, dan Biru anggara bersama kembaran nya Langit Anggara,
"Gimana kai, udah enakan?" Tanya Andre.
"Udah kok, cuman pegel dikit aja" jawab Kai santai.
"Kalo kabar dokter Gajalea?" Tanya Biru
Semua mata kini menatap tajam Biru, Biru ini memang agak lain, karna dia suka pada dokter Gajalea, kalo kata biru udah cantik, baik, pinter,sukses lagi ga ada alasan deh ga suka dokter muda itu.
"Mana gua tau pea gua bukan bapak nya" jawab Kai
"Ya mana tau, kan dia dokter pribadi lo, sekali kali boleh lah kenalin gw" rayu Biru
"Dia kaga bakal mau sama lo Ru, orang gw lebih ganteng dari pada lo" ledek Langit
"Kita kembar pea, kalo gw jelek lo juga jelek,.kalo gw ganteng lo tetep jelek" balas Biru
"Udah si, lo semua bakal kalah sama gw, yang anak sultan kaya raya, ganteng nya melebihi satelit bumi" tiba tiba suara Kalandra terdengar di perdebatan itu.
"Omongan lo tuh setinggi satelit bumi" sarkas kai mulai geli dengan sahabat nya itu.
"Iya deh si paling kaya raya" jawab Biru dan Langit bersamaan, tanpa ingin melanjutkan perdebatan dengan Kalandra yang tak akan pernah Usai.
Kalandra tersenyum bangga di puji oleh sahabat nya.
"Lo gak ngerasa apa apa gitu Kai, pas lo kesurupan terus?"Tanyaa angkasa serius, keadaan kini mulai hening.
"Nggak" jawab Kai singkat.
"Lo kurang ibadah nih" canda Andre mulai membuka suara.
"Kita ke gereja bareng bangke" jawab Kai tak mau kalah.
"Gini ya kai, gw bilang sama lo, ke gereja gak cuman tetang, datang terus pulang gitu aja, tapi tentang gimana lo di gereja, dan apa tujuan lo ke gereja itu, kalo kegereja cuman buat ngikut temen, gw rasa gak bakal guna" jelas Angkasa.
Kai termenung sesaat.
"Tapi menurut gw, yang penting gereja" jawab Kai lagi.
"Gereja bukan bukan gedung nya Kai, melainkan orang nya" balas Angkasa.
"Dengerin tuh pak pendeta ngomong" Langit memecah keheningan di tengah pembicaraan yang serius.
Angkasa menatap tajam langit.
Hingga hening kembali di tempat itu.
****
Gajalea menatap wajah anak itu, sambil duduk di samping nya.
Anak itu koma, dan Gajalea tak tau dia anak siapa, bahkan dia tidak tau dia tinggal di mana, mungkin dia tinggal di daerah dia tertabrak, tapi ntah lah Gajalea hanya Kasian pada anak ini.
Perlahan Mata anak itu terbuka melihat ke kanan kiri, perlahan menatap mata Gajalea.
"Hey, kamu sudah sadar" Gajalea berusaha mengusap kepala anak itu.
Tiba tiba RENZO menutup mata memasang wajah pucat ketakutan di sana.
"Hey, kamu kenapa?" Gajalea bertanya dengan lembut karna khawatir akan anak itu.
Renzo diam, dan mulai merasakan hangat gengaman tangan Gajalea.
"Seperti nya anak ini mengalami trauma berat dok" suster di samping Gajalea berpendapat.
Gajalea menatap mata Renzo yang hanya diam di sana.
"Di mana rumah kamu?" Tanya Gajalea.
"Ru- Rumah aku di-disana" jawab Renzo terbata.
"Kamu tinggal sama siapa?" Tanya Gajalea lagi dengan lembut.
"Sa-sama papa, ma-ma, dan adik kak" jawab Renzo gemetar.
Seperti nya anak ini memang trauma sekali.
"Kamu kenapa takut?" Tanya gajalea lagi.
"Mereka selalu mukul aku kak, sama adik juga" tutur renzo pelan.
Gajalea menatap suster sekaligus asisten pribadi nya yang tetap stay mendengarkan.
Pandangan gajalea kembali lagi pada Renzo.
"Kenapa kamu di pukul, kamu nakal?" Tanya nya lagi.
Renzo menggeleng pelan.
"Kalau begitu ketika kamu sembuh antar kakak ke rumah kamu ya, kakak mau ketemu sama ibu dan ayah kamu"
Renzo mengangguk pelan.