4.

13 3 0
                                    

"Apa masih ada pertanyaan?" Tanya Gajalea lagi.

"Emm ada" jawab Angkasa ragu.

Gajalea mengakat sebelah alis nya.

"Boleh minta nomor wa lo gak?", tanya angkasa gugup.

Gajalea melirik pria di samping nya itu.

"Nggak"

Gajalea langsung pergi dari hadapan angkasa.

"Sombong banget" gumam angkasa sambil mengikuti jejak gajalea yang semakin jauh dari nya.

****

Gajalea kembali masuk ke dalam rumah kai, semua orang kini duduk di sofa  sambil mentap kedatangan Gejalea yang di ikuti Angkasa di belakang nya.

Tapi Angkasa tidak melihat andre duduk di sana, tadi nya mereka berjanji akan pulang bersama.

"Mana andre?" Tanya Angkasa pada teman teman nya.

"dia udah pulang duluan kaya nya, katanya dia pusing" jawab Biru saudara kembar langit.

Tanpa pikir panjang angkasa mengangguk mengiyakan.

"Ya udah Kai kita pulang dulu ya kalo gitu, lo udah membaik juga kan?"kata langit.

"Iya, gw baik baik aja kok, gw gk ngerasa apa apa juga, pegel dikit doang" ujar kai sambil mengusap punggung nya.

"Ya udah kita pulang ya kalo gitu" langit mulai berdiri dan pamit pada ibu dan ayah kai dan di ikuti teman teman kai di belakang nya.

"Ya sudah hati hati ya" bram memperingati anak anak muda itu.

"Siap om" biru segera berjalan paling depan untuk pulang mereka meninggalkan gajalea, aini, kai, dan orang tua kai di sana.

"Kira kenapa ya dok kai sering kesurupan?" Tanya Iriana, dia tentu sangat khawatir dengan putra kesayangan nya itu.

Gajalea berjalan ke arah Kai, dan duduk di samping kai  dengan santai.

"Saya juga kurang tau tan, soal nya  saya juga kurang paham soal itu " jawab Gajalea.

Kai menatap Gajalea dengan lekat, wanita lembut di samping nya ini sungguh membuat diri  nya nyaman, lagi pula cinta tidak mandang umur kan.

Gajalea ini gadis pintar, dia tamat S3 dalam 5 tahun, cepat sekali bukan, siapapun tidak akan menyangka hal tersulit itu bisa terjadi,  saat ini gajalea berumur 22 tahun. Dia lulusan terbaik di kampus  nya.

Sedangkan Kai sekarang berumur 19 tahun, kenapa kai setua itu masih SMA, itu karna kai sering sakit di waktu kecil itu sebab nya dia telat sekolah.

"Kenapa? Gw cantik ya" Gajalea yang sadar di pandangi seperti itu merasa risih.

"Jelek" jawab kai berbohong, karna jujur saja Gajalea memang secantik itu.

Btw gajalea adalah tetangga Kai, jadi sejak kecil sering bermain bersama.

Hanya saja  bram dan Iriana jarang menamai gadis itu dengan sebutan nama, secara dia sudah mendapat gelar dokter sekarang, tentu saja harus di hormati.

"Oh ya, Kai kamu kok bisa kesurupan ya, papa bingung deh, soal nya kamu aja kaya setan loh, jelek, badan cungkring" canda Bram membuat kai menjadi malu ayah nya berkata seperti itu du depan teman masa kecil nya.

"Pahh..." iriana menegur bram sambil menjewer telinga paruh baya berkepala empat itu.

"Sudah tua tapi tetap saja seperti anak kecil" gumam iriana.

"Tau tuh mah, pacar mamah perlu teguran tuh" tambah Kai kesal.

Gajalea dan Aini terkekeh geli medengar percakapan keluarga itu.

****

Pagi ini di rumah kecil dan sederhana ada dua pria sedang menikmati teh hangat dan sarapan pagi di meja bulat berbahan kayu di rumah itu.

Dua pria tampan itu adalah Langit dan biru, dua saudara kembar sahabat kai.

"Hari ini gw gak masuk sekolah"  Langit mulai membuka suara.

"Tumben kenapa lo?" Tanya Biru mengintrogasi.

"Gak papa lagi males aja" jawab Langit, sambil menikmati nasi goreng sebagai sarapan pagi hari ini.

Biru menatap langit lekat, tak biasanya kembaran nya yang terkenal rajin itu seperti ini.

"Lo bener baik baik aja kan?" Tanya Biru meyakin kan.

"Hmm" jawab Langit singkat masih menikmati nasi goreng nya, tanpa berniat melirik Biru sedikit pun.

Biru hanya diam, dan melanjutkan kegiatan pagi pagi itu.

"Ya udah gw berangkat" pamit Biru pada adik nya.  

Hanya di balas anggukan oleh langit.

Biru segera mengambil helm dan mengendarai motor supra di halaman rumah nya.

Langit menatap kembaran nya itu yang semakin jauh hingga tak terlihat.

Langit mulai memegang kuat kepala nya yang terasa sakit dari tadi dia mulai jongkok di depan pintu.

Tes tes

Darah segar mulai menetes mengenai tanah di halaman  rumah nya, ternyata dia mulai mimisan lagi  setelah beberapa minggu dia baik baik saja. Langit  langsung menyadari itu dan segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan sisa darah di hidung nya.

Keluar dari kamar mandi langit langsung memakai jaket putih, topi beani berwarna hitam dan masker menutupi wajah nya.

Pria itu segera pergi mengendarai sepeda motor nya yang terparkir di halaman rumah.

Motor supra itu terlihat sangat bersih, tentu saja karna itu adalah motor kesayangan yang di beli dengan hasil keringat nya sendiri, dia selalu menjaga dan membersihkan motor nya itu.

Langit dengan santai mengendarai motor nya, bertujuan segera ke rumah sakit, hari ini adalah jadwal nya cuci darah.

Sesampai nya di parkiran rumah sakit langit langsung masuk ke rumah sakit, dia sudah tau arah nya harus ke mana, hingga dia sampai di depan pintu ruangan yang di sana sudah ada dokter duduk sambil memegang heatphone nya.

Dia adalah Gajalea,  dia yang merawat langit selama ini.

"Gimana kabar kamu?" Tanya Gajalea pada pasien di hadapan nya itu.

"Biasa saja" jawab langit sambil tersenyum.

Gajalea gadis yang begitu peka, dia mengerti di balik senyuman yang begitu manis ada rasa sakit yang begitu dalam.

"Jangan bohong, saya tau yang kamu rasakan, berapa kali kambuh dalam bulan ini?" Tanya Gajalea.

"Sering" jawab langit namun tetap menunduk.

"Ouhh" Gejalea mengangguk.

"Saya boleh minta tolong?" Tanya Langit.

"Apa?" Tanya Gajalea  mulai menatap langit.

"Saya mohon, jangan beri tau siapapun mengenai penyakit saya" mohon  langit.


Kai Aldenara Dirgantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang