Chapter 15: Pintu Masa Lalu

32 16 6
                                    

Catatan Penulis

Maaf, baru publish🥺 banyak sekali kendalanya 😄 sebagai gantinya aku akan publish bab 15 agak panjang 🥳

Selamat Membaca!🤗🤗🤗

🌀🌀🌀


"Luna." Edgar memanggil Luna sedikit malu.

Luna Menoleh dengan santainya, "Iya, ada apa?"

"Karena Lo udah mau bantuin gue, ikut gua yuk? Kita ke cafe tempat favorit gue dulu?"

Luna tersenyum, "Oke, tapi gue mau mandi dulu setelah ini. Bauk, apalagi setelah jogging."

Suasana terasa akrab, Edgar tertawa kecil, "Okdeh, kalo gitu, gua minta nomer lo dong, ntar gue jemput."

Luna tersenyum lebar, "Hadeh, oke. catet, 085xxxxxxxxx. Dah, gua pulang dulu," kemudian Luna menjauh. Edgar tersenyum melihatnya kemudian kembali pulang.

Edgar akhirnya menghubungi Luna setelah beberapa waktu bersiap-siap. Dengan penuh semangat, dia berbicara melalui telepon. "Halo, Luna. Ini Edgar. Gua udah siap. Mau aku jemput sekarang?"

Kemudian Luna mengangkat telpon dari Edgar, "Oke, ntar gua Sherlock alamat gue." Luna share location rumahnya dan Edgar bersiap-siap menuju alamat Luna.

Dia gugup, senang sekaligus karena ini adalah pertama kalinya mereka akan pergi bersama. Sesampainya di depan rumah Luna, Edgar mengetuk pintu dan menunggu dengan tegang. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan Luna muncul dengan senyuman lebar.

Edgar hanya terpaku padanya beberapa saat melihat Luna dari ujung kepala sampai ujung kaki, Luna pun tertawa kecil sembari bertanya, "Edgar, kenapa lo ngeliat gue sampe kayak gitu? Apa ada yang aneh sama penampilan gue?"

Pada saat itu Luna mengenakan kaos berwarna merah yang mencolok, dipadukan dengan celana jeans hitam yang dihiasi oleh beberapa potongan kain denim berwarna abu-abu di sisi-sisinya. Sepatu Nike berwarna abu-abu cerah menambahkan sentuhan warna pada outfit-nya. Rambutnya yang panjang dikepang menjadi bergaya double hair bun, dan dia juga memakai sepasang anting berbentuk bintang di telinganya.

Edgar agak kaget sedikit, lalu menjawab, "Bukan, bukan ada yang aneh. Tapi ini kedua kalinya gua jemput cewek selain Aurora, ini buat gue jadi agak gugup, hehehe. Apalagi Lo siswa dari sekolah itu, gak sembarang orang bisa masuk sekolah lo, pasti pinter-pinter. Gua jadi insecure."

Luna tersenyum lembut mendengar kejujuran Edgar, "Tenang aja, gue cuma orang biasa kok. Lagipula, kita cuma mau pergi ke cafe aja kan? Bukan ujian masuk sekolah."

Mereka berdua tertawa, meredakan ketegangan yang mungkin ada. Kemudian, Edgar dan Luna melanjutkan perjalanan mereka ke cafe favorit Edgar, cafe yang menjadi tempat favorit nya dulu saat Edgar masih seorang pendiam. Saat mereka memasuki kafe itu, aroma kopi yang harum memenuhi udara. Setelah memesan kopi, mereka duduk di sudut yang tenang jauh dari orang-orang.

Lalu Edgar memulai pembicaraan, "Luna, dulu kafe ini adalah tempat di mana gue merenung, memikirkan banyak hal - " Edgar menceritakan latar belakang cafe ini bagi dirinya.

Kemudian pelayan datang, "Eh, mas Edgar? Apa kabar mas?" Ucap seorang pelayan yang tampaknya mengenal Edgar dengan baik.

Edgar tersenyum dan menjawab, "Iya, udah lama saya nggak kesini. Ini pertama kali saya datang lagi setelah sekian lama. Oiya, mas. Tolong seperti biasa ya, mas? Lalu untuk teman di depan saya?" Edgar mengkode Luna agar memesan.

"Oh saya Caramel Macchiato, mas." Ucap Luna santai.

"Oh iya, mba. Btw ada yang beda ya, sekarang, mas Edgar." pelayan itu mengalihkan perhatiannya pada gadis yang duduk bersama Edgar dan berkata, "Ada yang beda, nih. Mas Edgar datang sama gadis cantik. Jadi bukan lagi mas Edgar yang sendirian."

Catatan Awan di Langit Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang