Chapter 1:Di Balik Kamera dan Kopi Hitam

131 32 22
                                    

Catatan penulis

1). Dalam cerita ini sistem pendidikan tahun 2019 kebawah masih berlaku seperti UN, UTS, UAS dll.

2). Mohon maaf atas kesamaan nama tokoh, tempat, dan kejadian karena itu murni kebetulan.

Selamat membaca!

🌀🌀


Sebuah kota kecil yang penuh dengan kafe-kafe vintage, banyak orang sedang berkumpul di sana, mengobrol, bercanda bersama teman sebayanya. Kecuali satu cowok bernama Edgar Mahendra Dewantara, seorang penulis muda yang menjalani hidupnya dengan menulis, ia hanya terpaku pada layar laptopnya sembari memikirkan inspirasi untuk karya tulisnya. Tidak ada seseorang yang berbicara atau mengobrol dengannya.

Edgar adalah seorang cowok yang memiliki kepribadian pendiam dan penyendiri, ia terbiasa berdiam diri dalam keheningan, menemukan ketenangan di dalam keheningan kata-kata yang terpampang di depannya. Di antara keramaian dan riuhnya kafe, Edgar tetap menjadi pribadi yang misterius, mengisolasi diri dari kehidupan sehari-hari yang tak ia rasa cocok untuknya.

"Mbak. Seperti biasa, ya?" Edgar sambil menarik bangku tempat duduk di sebelahnya dengan lembut menganggukkan kepalanya kepada pelayan yang melintas.

"Caffe Americano ya, mas?" pelayan itu tampak mengenali Edgar dengan akrabnya, karena Edgar selalu datang ke cafe ini.

Edgar hanya mengangguk dan tersenyum tipis sembari menunggu pesanannya datang. Edgar melanjutkan fokusnya pada laptopnya, kata demi kata, baris demi baris, ia menulis hingga mencapai dua paragraf ia berhenti, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari inspirasi. Hingga suatu ketika, ia memincingkan matanya kepada salah satu pengunjung kafe.

Edgar melihat seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang dilihat Edgar memiliki penampilan yang menarik, rambutnya panjang dan lurus, berwarna hitam pekat, memakai pakaian yang kasual namun tetap stylish, dan ia mengenakan kaos berwarna putih dengan motif simpel, dipadukan dengan jaket jeans yang terbuka dan terlihat nyaman.

Sambil menikmati kopi di tangannya, gadis itu duduk dengan sikap yang santai. Ia memegang kamera di tangannya, menunjukkan minatnya pada fotografi. Tapi wajahnya terlihat muram ketika ia melihat hasil foto-foto di kameranya. Entah kenapa? Tapi Edgar menjadi penasaran dengan gadis itu hingga sebuah suara membuyarkan semua pikirannya.

"Woy, lagi ngeliatin apa, lo?" Ujar cowok itu dengan spontan bertanya hingga mengagetkan Edgar yang asyik memandangi cewek tadi.

Edgar tersentak dengan lamunannya. "Eh, gua kira siapa lo. Ngagetin gua aja, emang kapan balik?" Edgar terkejut dengan interupsi tiba-tiba itu.

Dia memperhatikan orang yang berbicara dengannya dan menyadari bahwa ia adalah seorang teman lamanya yaitu Jonathan. Freddie Jonathan Prasetya adalah teman semasa SMP-nya. Waktu SMP, ia adalah teman Edgar satu-satunya yang masih kontakan sampai sekarang.

"Lagi ngeliatin apa, lo?" ucap Jonathan dengan senyumnya yang tampak tahu apa yang sedang dilihat Edgar.

"Apaan sih? Jangan becandain gue deh." Sanggah Edgar tegas.

"Iye, dah. Percaya gue." Jonathan sembari menarik kursi yang ada di depannya dan duduk di depannya dengan santai.

Kemudian datanglah Caffe Americano yang Edgar pesan. "Ini mas, Caffe Americano-nya," pelayan itu langsung menaruh kopinya di meja dengan anggukan senyuman dari Edgar.

"Mas, Freshly Brewed Coffee-nya satu," ucap Jonathan tiba-tiba kepada pelayan yang tepat berada di depannya itu.

Pelayan tersebut mengangguk dan segera pergi untuk mengambil pesanan Jonathan. Edgar masih terlihat agak terkejut dengan kehadiran Jonathan di hadapannya.

Catatan Awan di Langit Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang