Chapter 5: Belantara Hati

48 24 14
                                    

Catatan penulis

Maaf agak lama publish hehehe, semoga suka ya sama ceritanya

Happy Reading

🌀🌀

Tanpa memperdulikan Edgar, Aurora langsung tancap gas menuju ke tempat tujuannya. Aurora tertawa kecil melihat reaksi panik Edgar. Dia kemudian menepuk pundak Edgar dengan ramah, mencoba menenangkan dirinya.

"Relaks, Gar. Lo bisa tenang gak? bukan apa-apa kok, lagian tempat ini beneran tenang kok, gak ada satu orang pun yang bakal ganggu kita." kata Aurora dengan nada percaya diri.

Otak Edgar pun berpikir keras, mencoba berpikir positif namun arahnya tetap ke sana. Edgar bergidik ngeri melihat Aurora mengabaikan kekhawatirannya dan tetap tancap gas menuju tempat tujuan tanpa rasa bersalah.

"Justru itu masalahnya, gua takut lo bakalan-" sebelum melanjutkan kalimatnya Edgar berhenti.

Aurora menghentikan mobilnya sejenak di pinggir jalan dan menatap Edgar dengan serius, "Gar, tatap mata gua, lo yakin cewek pinter dan cewek teladan di sekolah bakalan ngelakuin hal yang lo pikirin?"

Aurora mendekatkan wajahnya dan matanya terbelalak menatap Edgar dengan serius. Tatapan Aurora seperti elang yang sedang menatap mangsanya dari jauh.

Edgar sedikit memundurkan tubuhnya, "nggak sih." jawab Edgar kembali Relaks.

"Dasar, otak mesum." Aurora membenarkan posisi nya menghadap ke depan kembali jalan ke tujuan dengan ekspresi kesal.

"Lah, lagipula lo gak ada angin gak ada hujan ngajakin gua ngobrol, di tempat sepi lagi, dan lo bilang 'gak ada seorangpun yang gangguin kita' kan gua jadi over thinking." sanggah Edgar.

Aurora menoleh ke arah Edgar dengan wajah tidak percaya. "Lo beneran punya pikiran begitu? Padahal gua cuma pengen ngobrol aja, kok bisa diinterpretasikan jadi yang lo pikirin sih, apa namanya kalo lo emang mesum?"

"Gak ya, jangan dianggap gitu dong. Gua cuma... mungkin terlalu paranoid. Ya sorry, kalo gua salah mengartikan niat baik lo." kata Edgar dengan wajah sedikit mengkerut.

Aurora tak kuat menahan tawanya, "Hahaha, sorry ya, Gar. Gak nyangka lo bisa paranoid segitunya. Tenang aja, lo gak usah khawatir. Gua janji, Lo gak bakalan nyesel ikut gua."

Edgar merasa sedikit lega mendengar tawa Aurora. Meskipun merasa malu dengan reaksinya yang paranoid, dia juga merasa lega karena Aurora tidak marah atau kesal dengannya.

"Ya udah deh, lupakan aja." kata Edgar sembari melihat-lihat suasana sore itu yang begitu syahdu.

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, cahaya jingga mulai menyeruak keluar, Matahari mulai terbenam namun cahaya masih terang. Kemudian, Aurora mulai masuk ke daerah hutan, pemandangan makin terasa indah, pohon pinus menjulang tinggi, udara semakin sejuk.

Kemudian sebuah danau mulai terlihat dari kejauhan, dikelilingi oleh pepohonan dan Padang rumput hijau yang luas. Aurora memperlambat mobilnya dan memasuki jalan setapak di pinggir jalan, suasana mulai mencekam ketika mobil mulai masuk hutan dan akhirnya berhenti di kejauhan. Dia mematikan mesin mobil dan mereka berdua turun.

"Akhirnya sampai juga." ucap Aurora sembari menghela nafas lega.

Aurora dan Edgar berhenti di kejauhan, danau itu terlihat sepi, tak ada satu pun orang di sana, suasananya begitu sendu hingga membuat Edgar terdiam kaku. Aurora memandangi danau dengan senyuman, dia merasakan ketenangan dan kedamaian yang mengalir di sekelilingnya. Setelah beberapa saat berdiam diri, dia membalikkan pandangannya ke arah Edgar.

Catatan Awan di Langit Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang