Chapter 10: Luka Masa Lalu

33 17 2
                                    

Catatan Penulis

Halo semuanya para readers, maaf ya lama publish nya🤭 Chapter 10 di jamin bikin kalian makin penasaran 😆🤭

Selamat membaca!

🌀🌀

Setelah istirahat, bel masuk tiba-tiba berbunyi, memecah suasana cair di antara Aurora dan Edgar. Mereka saling bertukar pandang, tersenyum kecil, lalu bersama-sama beranjak dari tempat duduk mereka menuju ruang kelas. Namun, sebelum mereka berhasil sampai, panggilan tiba-tiba datang.

"Pengumuman..., Edgar dan Aurora kelas 11 IPA 1, diharapkan untuk datang ke ruang BP sebentar? Terima kasih," suara Bu Risma, wali kelas mereka, terdengar melalui pengeras suara di seluruh koridor.

Aurora dan Edgar saling berpandangan dengan kebingungan sejenak. Mereka bergegas menuju ruang BP, berjalan di samping satu sama lain sembari berbicara pelan.

"Ada apa sih? Kenapa Bu Risma panggil kita ke ruang BP?" tanya Aurora dengan ekspresi penasaran.

Edgar mengangkat bahunya, "Entahlah," jawabnya singkat.

Ketika mereka tiba di ruang BP, Bu Risma sudah menunggu dengan serius di meja nya. Mereka duduk di depannya, merasa sedikit gugup dengan situasi ini.

"Terima kasih sudah datang, Edgar, Aurora," ucap Bu Risma serius. Wajahnya terlihat begitu serius dan tidak seperti biasanya. "Sebaiknya kalian jujur. Ada laporan bahwa kalian berdua sama-sama telat masuk sekolah? Tapi kenapa kalian malah bolos di jam pertama?" Bu Risma menatap mereka berdua dengan serius.

Aurora dan Edgar bertukar pandang dengan ekspresi kaget dan sedikit panik. Mereka sama-sama terbata-bata mencoba menjawab dengan sedikit gugup.

"A-ada yang salah, Bu. Saya dan Edgar nggak bolos kok, Bu. Kami berdua tadi..."

Edgar melanjutkan kalimat Aurora, "Kami sempat mengalami situasi di kantin, jadi kami agak terlambat, Bu."

Bu Risma tampaknya merasa ragu dengan penjelasan mereka, "Situasi apa yang kalian maksud? Sampai-sampai membuat kalian terlambat?"

Aurora berusaha menjelaskan, "Kami sedang berbicara tentang..."

Edgar menyelipkan kata, "Tugas pelajaran dan..."

Mereka saling menatap, mencoba menemukan alasan yang tepat, tetapi terdengar seperti alasan yang kurang masuk akal.

Bu Risma tetap serius, "Kalian tau? Bahwa waktu pelajaran sangat berharga, bukan? Saya harap ini hanya kejadian sekali dan tidak terulang kembali. Apalagi buat Aurora yang notabene adalah murid baru pindahan dari Bentara Indonesia."

Aurora yang mendengar kata "Bentara Indonesia" terlintas di pikirannya tentang masa lalu yang dulu dia pernah alami. Temannya, sahabatnya, dan semuanya kembali terlintas di pikirannya.

"IBUUUU, TOLONG JANGAN BAWA-BAWA SEKOLAH ITU KE SINI. SEKOLAH ITU NGGAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN SEMUA INI!" tutur Aurora, ucapnya tak terkendali.

Edgar juga kaget melihat Aurora yang seperti itu, baru pertama kali melihat Aurora yang terkejut dan penuh emosi seperti yang terjadi tadi, dan Bu Risma tersentak oleh reaksi tiba-tiba Aurora yang emosi. Matanya melebar dalam kejutan, dan wajahnya berubah merah karena kemarahan.

Catatan Awan di Langit Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang