PROLOG

497 30 9
                                    

🍃🍃🍃

Sinar matahari terasa hangat di kulit lelaki berambut putih. Angin musim semi berhembus membawa daun daun kering. Memainkan anak rambut remaja itu.

Remaja lelaki itu menggenggam erat tongkat ditangannya. Tongkat ditangannya ia gerak gerakan kedepan untuk memeriksa jalanan. Mungkin saja ada batu atau apapun itu yg akan membuat ia terjatuh.

Langkahnya pelan dan ringan memecah jalanan setapak di tepi sungai Han. Walaupun sudah sering ia berjalan melewati jalan ini, ia tetap harus hati hati. Karena tidak ada yg akan menolongnya jika ia terjatuh.

Setelah cukup jauh berjalan, remaja lelaki itu mendudukan dirinya di bangku taman yg kebetulan tidak ada orang. Ia letakkan dengan hati hati tongkat itu disebelahnya.

Ia kembangkan senyuman indah di wajahnya membayangkan betapa indahnya air sungai yg jernih mengalir dan bunga sakura yg berjatuhan.

Remaja lelaki itu hanya duduk dan diam di bangku taman itu hingga berjam jam tanpa melakukan apapun.

"Appa.. Eomma.. Ayo kita duduk disana.." Pekik seorang anak lelaki yg suaranya tak jauh dari remaja lelaki itu.

Remaja lelaki itu masih saja diam bagai penghuni di bangku taman itu.

"Aaaaakkh... Khamcagiya.." Teriak anak itu.

Orang tua dari anak itu segera menghampiri anaknya yg terjatuh ke tanah karena kaget oleh remaja yg bagai patung itu.

"Mingyu.. Kau tak apa apa nak? Sekarang berdiri dulu.." Ajak seorang wanita yg memiliki suara yg lembut.

"Sayang.. Kita duduk disana aja.." Ucap seorang lelaki dengan nada yg biasa di dengar oleh remaja lelaki itu.

"Iya sayang.. Ayo kita pergi jauh jauh dari sini.." Timpal wanita itu dengan ketakutan.

Remaja lelaki itu segera berdiri sembari menggenggam erat tongkatnya. "Tidak perlu ahjussi, ahjumma.. Biar saya saja yg pergi.. Anda bisa menempati tempat ini.."

Terjadi keheningan sementara.

"Ya sudah.. Kau pergilah.." Ucap lelaki itu acuh.

Remaja lelaki itu tersenyum sendu lalu membungkukkan kepalanya sedikit. "Jeongsonghamnida (maafkan aku).."

Tidak ada sahutan dari orang orang yg remaja lelaki ketahui masih ada di dekatnya.

Remaja lelaki itu kembali meraba raba jalanan itu dan berjalan pelan menyusuri jalan yg mulai ramai di lalui orang orang.

Orang-orang yg melewatinya memberi jalan dirinya dan mungkin saja ada yg menatap sinis dirinya walau ia tak bisa melihat nya namun ia yakin orang orang memandangi dirinya kasihan.

Remaja lelaki itu tetap melangkahkan kakinya pelan dan ringan. Ia rasakan melalui kulitnya angin yg berhembus. Ia hirup dalam aroma musim semi memenuhi rongga hidungnya. Ia dapat mendengar dengan sangat baik orang orang berlalu lalang sembari mengobrol. Ada yg tertawa sembari menceritakan lelucon.

Remaja lelaki itu tersenyum sendu. "Seperti apa dunia sekarang? Apa masih seperti dulu?" Gumamnya lirih.

🍃🍃🍃







SEMUA AKU DIRAYAKAN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang