🍃🍃🍃
Sudah tiga hari hyuka demam tinggi. Ia hanya terbaring di kasur empuk yg hanya seukuran tubuhnya. Matahari telah bersinar kembali terpantul melalui jendelanya. Jendela kamarnya sengaja dibuka oleh bibi irene agar cahaya matahari di musim semi nan hangat masuk ke kamar empat kali empat itu.
Hyuka kecil membuka matanya perlahan. Kepalanya masih pusing dan nafasnya terasa panas. Hyuka menyentuh cool fever yg menempel di dahinya. Hyuka sendiri bisa merasakan betapa panasnya tubuhnya hari ini.
"Bibi..!" Panggil hyuka dengan suaranya yg lemah. Ia sangat haus namun tak ada air yg biasanya di sediakan oleh bibinya itu.
"Bibi..." Panggil hyuka lagi. Namun tak ada sahutan dari bibinya itu.
Hyuka menghembuskan nafas dalam. Bibirnya secara alami merengut menahan rasa sedihnya. Hyuka menatap nanar pintu kamarnya yg tertutup berharap siapapun itu masuk dan melihat dirinya yg sedang sakit.
"Eomma... Appa.. Hyungdeul.. Kenapa? Kenapa tak ada satupun dari kalian menemaniku? Aku lagi sakit.. Aku juga sakit.. Hikss.."
Hyuka mendudukan dirinya. Rasa pusing membuat pandangannya kabur. Hyuka menurunkan kakinya dengan langkah pelan hyuka melangkahkan kakinya. Setiap langkah hyuka membuat tubuhnya limbung, pusing, mual semuanya menyatu. Hyuka kecil sungguh tak tahan lagi hingga ia berpegangan ke dinding kamar.
"Bibi irene..." Panggil hyuka lagi. Keringat dingin berjatuhan dari pelipisnya yg masih memerah bekas jatuh beberapa hari yang lalu.
Nafas hyuka semakin memburu dan peningnya kian menghantam hantam kepalanya. Hingga tak berasa cairan asin menetes ke kedua pipinya. Sakit. Sakit sekali dan tak ada yg peduli pada dirinya. Tungkainya gemetaran dan tak mampu menahan bobot tubuhnya. Hyuka terjatuh ke lantai keramik putih susu nan dingin itu.
Mata sayu itu masih terbuka meneteskan cairan asin membasahi lantai keramik nan dingin itu. Hyuka kecil merasakan rasa sakitnya yg berdenyut denyut itu sendiri. Ia masih berharap setidaknya salah satu keluarganya memeluknya tubuh dingin dirinya.
"Eomma.. Eomma... Hyuka sakit eomma.." Lirih hyuka.
"Hyuka...!!!"
Hyuka memaksakan matanya terbuka mendengar pekikan seseorang. Melihat seseorang itu berlari ke arahnya membuat hyuka tersenyum. Iya, setidaknya masih ada bibi irene.
Irene berlari mendekati tuan kecilnya yg tergeletak di lantai keramik nan dingin. Bubur dan seteko air hangat ia letakkan di lantai. Dengan tangan gemetar irene membawa tubuh hyuka ke pangkuannya.
"Hyuka ya.." Panggil irene penuh kelembutan. Irene selalu merasa ingin menangis melihat anak sekecil hyuka yg telah merasakan pahitnya hidup.
Hyuka menatap hangat manik irene yg mulai berlinang. Hyuka tersenyum menampilkan lesung pipinya yg hanya sebelah. "Bibi.. Bibi kemana?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya ke irene.
Irene menyentuh perlahan wajah pucat pasi hyuka. Masih terasa panas. "Bibi kebawah bentar ambil makanan dan minuman hyuka.. Hyuka kenapa keluar hmm?"
"Hyuka takut sendiri.." Jawab hyuka pelan. Senyuman hangat masih terpatri di bibir kecil bocah itu.
"Gwenchana.. Sekarang udah ada bibi.. Hyuka nggak bakal takut lagi.. Karena ada bibi yg menemani hyuka, hmmm.."
Hyuka mengangguk lemah di pangkuan irene. Irene tersenyum hangat memandangi wajah hyuka. Irene pun menggendong hyuka ala koala. Tangan kanannya membawa tatakan yg diatasnya ada bubur yg masih hangat dan seteko air hangat. Beruntung tuan kecilnya ringan sehingga ia tak kesusahan membawanya sekaligus.