Kecewa

177 24 2
                                    

🍃🍃🍃

Derap langkah nyonya choi itu menggema di antara lorong rumah sakit. Langkah gontai nan anggun melenggok lenggok dengan santai. Irene hanya bisa berjalan mengikuti nyonya keluarga choi itu membawanya. Tak ada yg membuka suara, hanya hembusan angin yg memainkan anak rambutnya.

Tiba tiba langkah nyonya choi itu terhenti, begitu juga irene. Tangan lentik Mia membuka pintu bercat putih. Terlihat mewah dan elegan. Cahaya matahati menyambut kedatangan mereka. Netra gelap irene membesar melihat pemandangan asri dan sejuk yg berada di dalam rumah sakit tersebut. Tak pernah terpikir oleh irene, ada taman di dalam gedung rumah sakit. Taman yg tak boleh sembarangan orang masuk kecuali keluarga choi itu sendiri.

"Irene.. Berhenti melongo!! Dan duduklah.." Titah Mia dengan dingin. Mia telah duduk manis di bangku yg menghadap ke dinding kaca. Disana ia bisa melihat dengan jelas lalu lalang kehidupan manusia.

"Baik nyonya.." Saut irene pelan. Dengan langkah ragu, irene mendekat dan duduk di sebelah nyonya besar keluarga choi itu. Jantungnya berdegup kencang. Takut dan tertekan.

"Bagaimana anak anakku?" Tanya Mia tanpa mengalihkan pandangannya dari dinding kaca.

Irene menghembuskan nafas dalam lalu tersenyum hangat. "Anak-anak dalam keadaan baik, nyonya.. Yeonjun dan soobin sangat tekun dalam belajar.. Nilai akademis mereka mengalami peningkatan tiap semester.. Beomgyu pun anak yg sangat ceria dan lincah.. Anaknya baik hati dan mudah tersenyum.. Taehyun, anak yg cerdas dalam mempelajari apapun. Anaknya cepat tanggap dan sangat peduli pada saudara saudaranya.. Terus.." Ucapan Irene terpotong karena tiba-tiba Mia mengalihkan pandangannya ke dirinya.

"Lanjutkan.." Ucap Mia sembari menatap dalam wajah Irene.

"Terus hyuka.. Hyuka anaknya yg sangat ekspresif.. Anak itu suka menolong dan penurut, nyonya.." Jawab Irene dengan sendu.

Mia yg melihat raut wajah Irene yg berubah tersenyum tipis. "Hyuka.. Choi hyuka.. Anak bungsu ku itu, apa kau menyayanginya?" Tanya Mia dengan menaikkan alisnya sebelah dan tak lupa seringai tipisnya.

"Eh? Maksudnya apa? Aah, tentu!! Tentu aku sangat menyayangi nya.." Saut Irene gelagapan. Ia bingung dengan pertanyaan Mia. Takut takut ia salah jawab dan menggundang amarah Mia.

"Hmm.. Begitu.."

Mia mengangguk anggukan kepalanya. Lalu kembali ia menatap seksama wajah keibuan Irene. Dan mungkin itu salah satu faktor yg membuat Mia percaya kepada Irene untuk mengasuh kelima anak anaknya. "Jika begitu, kau hanya menyayangi satu anakku saja.. Tidak yg lainnya?"

Irene yg mendengar pertanyaan jebakan Mia sontak berdiri. Ia tak ingin terjadi kesalah paham apalagi itu dengan nyonya choi. Irene menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak nyonya.. Saya juga menyayangi semua anak anak nyonya.. Tidak terkecuali.. Mereka berlima adalah anak anak yg baik. Tidak mungkin saya membeda bedakan mereka, nyonya.."

Mia ikut berdiri dan berhadapan dengan Irene yg tampak panik. Mia sangat menikmati berbagai ekpresi ekspresi yg tergambar di raut wajah Irene. Seringai tipis masih bertengger di bibir bervolume nan merah. "Benarkah?!! Berarti rasa sayangmu ke hyuka hanya sebatas majikan dan pengasuh?"

Irene semakin bingung. Ia tak tahu kemana arah pembicaraan ini dan ia juga takut salah salah dalam berucap, bisa berdampak ke perkerjaan nya dan Irene tak mau itu. Irene menatap ragu ragu manik tajam Mia lalu mengangguk pelan.

SEMUA AKU DIRAYAKAN [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang