Chapter 2: Afraid

14.5K 1K 28
                                    

Don't Like Don't Read

.

.

.

Warning! Penulisan EYD Kurang Tepat dan Typo Bertebaran⚠️

.

.

.

-Happy Reading-

•●•●•

Pernahkah kau merasa bahwa dunia seakan menjadi penjara bagi orang yang berperang untuk mendapatkan kebahagian?

Pernahkah juga kau merasa semestamu luluh lantak karena dunia yang terus mengurungmu tanpa cela sedikitpun?

Dipukul oleh garis kehidupan yang rusak hingga takut untuk melangkah pergi dari dunia abu-abu. Jiwa yang bebas hanyalah ilusi semata bagi semesta mereka yang hancur.

Mati akan terlintas dalam pikiran orang dewasa namun bagaimana dengan Rafka seorang anak kecil yang masih berusia dua tahun, lebih tepatnya tiga bulan lagi anak itu akan menginjak usia tiga tahun.

Jika anak yang lain melangkah kehidupan bersama orang tua yang menyayanginya maka Rafka adalah anak yang terus terjatuh menjalani kehidupan karena orang tuanya lebih tepatnya ibu angkatnya.

Keheningan di sebuah gudang menjadi tempat teraman Rafka setelah ayahnya pergi meninggalkannya. Cukup langit malam dan taburan bintang yang menemani Rafka yang kini berusaha menyelimuti tubuh mungilnya dengan kedua tangan kecilnya.

Waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam, hawa dingin terus meningkat hingga Rafka merasa kulitnya tertusuk oleh dinginnya angin malam.

Lampu kecil yang menyinari gudang kecil itu cukup membuat Rafka merasa sedikit tenang, setidaknya kamar tidurnya tidak semenyeramkan itu.

Brak!

Sebuah pintu gudang terbuka denga kasar hingga membuat Rafka tersentak dan langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuh mungil itu seketika bergetar hebat ketika melihat Anna berjalan sempoyongan menuju ke arahnya.

Bau alkohol yang kuat membuat Rafka mengernyitkan keningnya bahkan tangan kecil iu menutup hidungnya agar tidak mencium bau yang berasal dari tubuh Anna itu.

Tubuh Rafka perlahan mundur menghindari Anna yang semakin mendekat ke arahnya.

"AKU KALAH LAGI! INI SEMUA MEMANG GARA-GARA KAU! AKU TIDAK PERNAH BERUNTUNG" Teriak Anna dengan frustasi. Wanita itu baru saja kalah bermain judi dan alhasil kemarahannya itu akan dilampiaskannya pada Rafka. Seorang anak kecil yang hanya tahu kalau dirinya adalah manusia yang tak berguna untuk ibunya.

"Sini tanganmu!'' Dengan kasar Anna menarik satu tangan Rafka kemudian tanpa perasaan wanita itu memukul kuat tangan berkulit putih itu.

PLAK!

PLAK!

PLAK!

Rafka seketika menutup matanya dan menggigit bibirnya dengan kuat menahan suaranya agar tidak keluar.

"AKHH!" Anna semakin semangat mengeluarkan emosinya dengan menarik kuat rambut Rafka yang terlihat sedikit panjang dan meludahinya tepat di wajah kecil itu.

Rafka meneteskan air matanya, rasa sakit di dalam hatinya kembali menghujamnya. Suara teriakan dalam hati karena putus asa untuk pergi dari ibu angkatnya seolah hanya sia-sia.

Semesta Rafka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang