Chapter 12

13 3 4
                                    

Aku mengambil kalung bulan sabit itu; memperhatikan detail yang terukir.

Satu kata yang menggambarkannya adalah indah.

Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana ukiran ini. Namun, satu hal yang pasti, aku melihat seseorang menaiki seekor naga.

Entah itu salah lihat atau tidak, tapi itu adalah seekor naga yang sedang menyemburkan api.

Lalu, untuk tabung kecil ini, aku akan menyimpannya beserta kain ini. Kemudian, aku meletakkan kembali kotak itu, dan memakai kalung bulan sabit ini.

"Sebaiknya kita bergegas, Tara," Enzo mendesakku.

"Oke." Aku berlari secepat mungkin menuju ujung ruangan yang dimaksud Enzo.

Sesampainya aku di ujung ruangan, yang kudapati hanya sebuah tembok dengan berbagai lukisan yang terpajang.

Biasanya di belakang lukisan-lukisan ini terdapat sebuah ruangan rahasia--aku tahu itu dari film.

Aku menunggu Enzo memberitahuku sesuatu tapi dia masih tetap diam. Mungkin sedang mencari jalan masuk.

Tabung kecil yang kusimpan di saku celanaku bergetar dan memancarkan cahaya hijau.

Aku mengambil benda kecil itu. Cahaya yang terpancar tiba-tiba mengarah ke lukisan yang paling besar; ke mata seseorang di lukisan itu.

"Sudah kuduga," aku mengepalkan tangan; puas karena tebakanku benar bahwa tempat rahasianya berada di belakang lukisan.

Beberapa detik kemudian, suara dari mesin-mesin terdengar, dan lukisan ini membukakan jalan untuk kami; aku dan Enzo.

Aku berjalan masuk ke dalam sembari menerangkan jalan yang gelap menggunakan tabung kecil ini diikuti dengan Enzo yang melayang di dekatku.

Tempat ini menuju ke bawah tanah karena sejak aku masuk, aku masih menuruni tangga ini. Dan ketika aku menginjak salah satu anak tangga, terdengar bunyi klik.

Perasaanku sesaat menjadi tidak enak, tiba-tiba dua buah obor menyala di belakangku; tepat setelah aku memasuki jalan ini.

Obor-obor itu terus menyala sampai bawah.

Aku memandang ke ujung jalan yang jauh ini, "tangga ini benar-benar panjang." Gumamku.

"Sepertinya Kau harus melompat. Tenang saja, dirimu akan kutangkap." Enzo memberikan saran.

Aku menghela napas. "Bersiaplah, Enzo!" Teriakku sembari melompat.

Aku jatuh ke bawah dengan sangat cepat. Enzo menangkapku tepat sebelum aku menyentuh tanah padahal jarakku sekitar satu sentimeter dengan ujung jalan ini.

Hal pertama yang muncul di pikiranku saat melihat ruangan bawah tanah ini adalah penjara.

Aku berjalan lurus seraya melihat isi penjara ini yang mana kebanyakan kosong.

Aku secara tidak sengaja menghitung jumlah penjara yang ada; terhitung sekitar sebelas penjara termasuk satu penjara yang ada penghuninya.

Inikah yang dimaksud Enzo?

Aku mengambil obor di dekatku, mengarahkannya ke arah penjara itu untuk menerangkannya, dan terlihat seorang perempuan memakai baju lusuh, rambutnya panjang berwarna putih dengan sedikit warna hijau, telinganya panjang.

Perempuan ini sedang tertidur.

Enzo muncul di samping kakiku, dia menghampiri perempuan tersebut, menatapnya dengan rasa sedih.

"Sungguh kejam yang membuatmu seperti ini." Ucap Enzo.

Perempuan itu pelan-pelan membuka matanya, kemudian menatap kami berdua bergantian.

Tenang (remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang