Chapter 19

14 2 6
                                    

Sebuah kafe dihiasi dengan nuansa klasik memanjakan mataku yang menatapnya dari luar.

Bel pintu berbunyi ketika aku memasuki kafe itu.

El dan beberapa anggota OSIS sudah berada di sini.

El yang melihatku langsung memanggilku dan menyuruhku duduk.

"Kau tepat waktu juga ternyata," cetus dari anggota OSIS yang tidak kukenal.

Ia mengulurkan tangan, "Royyan."

"Tara." Aku mengambil uluran tangannya.

Beberapa menit sebelumnya aku menerima pesan dari El.

Dia bilang agar menemuinya segera di kafe ini karena ingin membahas sesuatu.

Aku kira ini adalah hal yang mendesak, dan untungnya lokasi kafe itu dekat dengan rumahku.

"Kafe ini lumayan dekat dengan rumahku, jadi aku berlari ke sini."

Royyan tertawa. "Tidak usah terlalu terburu-buru begitu, apakah El memintamu agar segera menemuinya?"

Aku mengangguk.

Perempuan di samping El memukul pelan lengannya.

"Hei, kasihan dia panik gara-gara Kau," ucap perempuan itu.

El tertawa pelan. "Maaf, maaf, aku tidak bermaksud begitu, Tara. Itu hanyalah kebiasaanku."

"Tidak apa-apa," gelengku. "Apa yang ingin Kau bahas, El?"

"Tidak banyak, aku mendapatkan informasi tentang Pinokio dari Sera." Dia menunjuk perempuan yang memukul lengannya.

Aku masih mendengarkan.

"Pinokio mempunyai tiga markas yang berbeda juga diketuai oleh orang yang berbeda juga. Katanya, salah seorang dari ketua ini adalah Manusia Berkemampuan -- Sera menguping pembicaraan anggota mereka. Namanya ialah Glenn, ketua dari divisi 1. Nah, anggotanya jarang melihat dia bertarung secara langsung, biasanya dia mengawasi dari belakang. Namun, ketika Glenn bertemu salah satu petinggi Amerta Candala, anggotanya melihat tinjunya berubah menjadi batu."

"Artinya, Glenn bisa mengubah dirinya menjadi sekuat batu atau mungkin lebih kuat dari itu," timpal Sera.

Aku mengangguk paham.

"Lalu, apa hubungannya dengan memanggilku ke sini?" tanyaku.

"Glenn akhir-akhir ini terlihat di dekat rumahmu. Entah apa yang dilakukannya tapi menurut saksi dari warga sekitar, mereka keluar masuk sebuah klub malam dengan perempuan-perempuan--"

"Tunggu, tunggu," potongku. "Kau ingin aku menyelidiki ke tempat itu?"

"Betul sekali," seru Sera dengan satu tepukan tangan dan jempol.

"Ini gila, aku tidak akan ke sana apalagi sendiri."

El menyengir.

"Kau tidak akan pergi sendiri karena Royyan akan menemanimu."

Royyan menoleh cepat ke arah El.

"Apa?!" teriak Royyan, menarik perhatian pengunjung lain.

"Sstt, pelankan suaramu," tegur Sera.

"Kau belum membicarakan ini sebelumnya, El," protes Royyan.

El mengedikkan bahu.

"Bukankah kita selalu terbiasa dengan dadakan?"

Royyan mengerang kesal.

"Oke, fine, asal Kau memberikan kami uang untuk di sana."

"Hei! Aku belum bilang setuju." Sekarang aku memprotes.

Tenang (remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang