Chapter 9

8 3 8
                                    

Suasana di tempat Pallapa terasa kurang mengenakkan.

Udara di sini membuat dadaku berat.

Perasaanku mengatakan ada yang aneh; sesuatu terjadi.

Aku mulai berjalan memasuki lebih dalam komplek perumahan ini yang dihiasi gedung-gedung terbengkalai.

Biasanya di pinggir-pinggir jalan ini banyak orang yang duduk ataupun tiduran tapi kali ini tidak ada.

Perasaanku semakin tidak enak.

Dari dalam rumah-rumah kosong, terdapat orang-orang bersenjata; senapan api.

Mereka menatapku dengan waspada.

Kuperhatikan mereka satu per satu yang jumlahnya sekitar dua puluh orang dengan sebuah kain yang menutupi wajah mereka.

Di lengan kanan mereka, terikat sebuah simbol dengan gambar membentuk lingkaran namun terpisah menjadi empat bagian tapi tetap berdekatan, dan dilengkapi tulisan mandarin di antara empat bagian tersebut.

Mereka tiba-tiba menodongkan senjatanya kepadaku sembari salah satu dari mereka berjalan mendekat.

Mungkin pemimpinnya.

"Siapa Kau?" Tanyanya dengan logat yang aneh.

"Aku hanya seorang murid yang penasaran isi tempat ini."

Dia diam sambil menyelidikku.

"Pergilah dari sini," perintahnya. "Sebelum kupaksa Kau pergi."

Dia menodongkan senjatanya ke arahku.

Aku tidak merasakan gugup ataupun takut sama sekali. Tidak.

Justru aku merasa ada yang tidak beres di tempat ini.

Apa yang mereka lakukan? Dan apa tujuan mereka?

"Baiklah, aku akan pergi dari sini." Ucapku.

Kemudian pemimpinnya--mungkin--memberikan sebuah isyarat lewat tangannya agar menurunkan senjatanya.

Kupikir itu adalah waktu yang tepat untuk menyerang mereka, tapi sebuah rentetan tembakan tiba-tiba terjadi dari belakangku mengakibatkan pecahnya penembakan antara dua pihak.

Aku segera berlari dan menggunakan kemampuanku agar tidak terkena tembakan itu.

Mereka yang menyerang tiba-tiba ternyata pasukan Pallapa. Entah dari mana mereka mendapatkan senjata itu.

Pasukan Pallapa terus maju tanpa henti sedangkan para penyusup itu kalang kabut mencari tempat perlindungan, dan salah satu dari mereka berlari ke arahku.

Ia menodongkan senjatanya sembari berteriak dengan bahasa Mandarinnya.

Aku sudah bersiap untuk melawan balik tapi sebuah tembakan melesat ke kepalanya.

Aku menoleh ke arah tembakan itu, dan melihat Pallapa yang mengarahkan senjatanya.

Anehnya aku merasa senang bertemu dengannya.

Setelah para penyusup itu tidak terlihat lagi, Pallapa mengerahkan pasukannya lebih banyak untuk memeriksa area ini.

Dia membagi orang-orangnya ke segala arah.

"Periksa semuanya! Jangan sampai ada penyusup yang tersisa, bawa mereka hidup-hidup meskipun harus membuat mereka cacat!" Titahnya.

"Dan bawa masuk mayat mereka!"

Dengan cepat perintahnya menggerakkan belasan manusia ke segala area pertempuran.

Satu per satu mereka menemukan sisa-sisa penyusup, dan terdengar suara tembakan.

Tenang (remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang