Chapter 21

11 2 6
                                    

El menghampiri Glenn lalu duduk di lantai.

"Jadi, Kau pikir kalian bisa mengalahkan kami? Keroco seperti kalian?" ucap El.

Glenn mendengus. "Kami tinggal menghabisi kalian dari yang paling lemah -- petinggi Amerta Candala keempat, si bungsu, Manggala -- hingga sang Pemimpin!"

"Aku tidak yakin Kau tahu kami di mana," timpal Royyan, mengikuti alur.

Sudut bibir Glenn terangkat; ia menyeringai, ditambah matanya yang menatap mereka berdua seperti tatapan kemenangan.

"Kami tahu persis di mana kalian berada. Rekan petinggi kedua kalian suka sekali membocorkan informasi karena keangkuhannya itu. Tidak lama lagi, ketua divisi yang lain akan bergerak menuju Black Pool; tempat bilyar yang Eric jadikan markas," ungkapnya.

Royyan segera bergerak menuju laptop di dekat mereka, kemudian jarinya menari-nari di atas papan ketik. Ekspresi wajahnya sangat serius.

El melirik Royyan yang kemudian dibalas dengan anggukan.

Kemungkinan Royyan mendapatkan lokasi Black Pool ini.

"Kau tidak tahu bagaimana kekuatan petinggi kedua sampai yakin sekali untuk menyerangnya," aku menimpali, mengikuti alur permainan El.

Glenn tertawa kencang. "Aku? Tidak tahu? Asal Kau tahu saja, aku hampir menang melawannya saat peristiwa Malam Jumat Berdarah. Akulah yang berhasil memojokkannya hingga ia menggunakan kekuatannya yang luar biasa itu."

Jika kami meneruskan alur ini, mungkin kami akan mendapatkan informasi yang berguna; seperti sekarang.

"Wah, bahkan kami saja jarang sekali melihatnya menggunakan kekuatan itu," sahut El. 

"Tapi anggotaku tidak akan menyerang tempat bilyar itu. Mereka tidak bodoh," ucap Glenn tanpa menghiraukan El. "Mereka akan mencariku, dan menghancurkan kalian beserta tempat ini."

El tidak terlihat panik mendengarnya, begitu pula Royyan. 

Alina menggenggam tangannya sambil mengusap punggung jari-jemarinya, menandakan ia gelisah.

Diriku sendiri juga merasa khawatir jika yang dikatakannya benar. 

"Silakan saja. Aku hanya perlu mengirimkan dia untuk mengalahkan anak buahmu." El menunjuk Royyan. "Dan Kau, yang dengan mudahnya membeberkan rencanamu akan tetap di sini bersamaku karena Kau akan memberikan informasi lagi."

Alis Glenn bertaut. Rahangnya mengeras hingga memunculkan urat-urat di kepalanya.

"Siapa sebenarnya kalian?!" 

El tersenyum. "Kami hanya anak SMP."

Tepat setelah itu, alarm berbunyi, mendeteksi adanya penyusup yang datang.

El beringsut menuju dinding dekat Royyan duduk. Lalu, menekan tombol, dan muncul sebuah layar sentuh dari sana.

"Tampilkan layar proyeksi," ucapnya ke layar itu.

Sebuah hologram besar muncul di dinding menampilkan sekelompok orang yang tengah berjalan menuju rumah El dengan senjata di tangan mereka.

"Kusarankan kalian menulis surat wasiat sebelum dihabisi oleh pasukanku."

"Kau lumayan berisik sebagai laki-laki. Lihat saja siapa yang akan kalah." Royyan berdiri, meregangkan tubuhnya.

"El, senjataku Kau letakkan di mana?" tanya Royyan.

"Sebentar, biar kubawakan ke sini." El menggeser-geser layar di depannya, mengetikkan sesuatu. "Bawakan barang nomor 13 ke bawah tanah."

Dinding yang lain terbuka, memunculkan sebuah kotak hitam persegi panjang.

Tenang (remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang