Bagian 1 - 2

66 17 1
                                    

1

Hai, namaku Bayu, Bayu Sastrowijaya. Saat menulis cerita ini usiaku genap 23 tahun, aku tinggal disebuah kota kecil di pulau jawa. Kota dimana aku tumbuh dan belajar tentang arti kehidupan, kota yang sangat indah dan berarti bagi hidupku, terlebih lagi kenangan masa lalu sewaktu aku duduk di bangku SMA yang sampai sekarang masih membekas di ingatanku saat ini.

Di cerita ini aku ingin bercerita tentang kisahku sewaktu masa sekolah dulu, kisah yang masih terukir jelas di dalam kepalaku yang tidak sebegitu pintar ini. Entah apa yang membuatku begitu susah untuk melupakan semuanya, mungkin karna ada cinta pertamaku kala itu. Tapi, apa dia merasakan hal yang sama denganku diluar sana? Haha, aku rasa tidak, mungkin dia sudah bahagia diluar sana menurutku. Tapi entahlah.

Misel, Misela Adinda, nama dari seorang siswi SMA yang berusia 17 tahun saat itu. Gadis yang polos dan manis, dengan rambut hitam pendek dan kacamatanya, dia tampak seperti karakter di animasi jepang yang hidup di dunia nyata. Tak heran jika banyak orang yang sering memanggilnya gadis wibu, tapi itu bukan masalah bagi dia. Aneh seharusnya banyak orang yang tersinggung dengan julukan itu. Namun dibalik itu semua, misel memiliki sisi lain yang tidak banyak orang tahu, dia memiliki masalah keluarga dan penyakit yang dideritanya.

Pertemuan awal kami terjadi secara tidak sengaja, aku yang berjalan di area taman sekolah tak sengaja melihat misel yang sedang duduk sendirian dibawah pohon. Aku yang keheranan melihat dia duduk sendirian di bawah pohon, apalagi saat waktu sore, membuatku agak sedikit merinding saat itu. Jadi aku putuskan untuk menghampiri dan ngobrol dengannya aku takut sedang terjadi sesuatu padanya, maaf kalo dialog percakapannya tidak aku tulis, karna saat itu dia bercerita panjang lebar tenang masalah pribadinya, dan aku tidak ingin membahasya disini. Hingga sejak saat itu kami mulai saling mengenal satu sama lain.

Inilah awal ceritaku, sebuah cerita tentang pertumbuhan, persahabatan dan cinta remaja yang manis dan pahit. Cerita tentang awal aku mengenal dan merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya dalam hidupku, cinta yang mengajarkan banyak hal dalam hidupku setelahnya.

Kenangan Abu, semoga bisa membawamu kembali mengenang masa-masa yang indah sewaktu SMA, masa yang indah dan sederhana, masa dengan sejuta kenangan yang tidak dapat mungkin untuk diulang.

2

Setelah pertemuan itu aku dan misel mulai dekat, kami mulai sering bertemu dan mengobrol tentang pelajaran sekolah dan terkadang kami juga sering bermain bersama disaat senggang sewaktu pulang sekolah.

Sore itu aku melihat misel sedang duduk di taman sekolah, dia nampak kebingungan dan kelihatan sedang mengerjakan sesuatu. Akupun datang menghampirinya,

“Eh lagi apa? Sibuk bener kelihatannya” tanyaku.

“Ini nih lagi ngerjain tugas matematika dari pak joko, bantuin dong.. dah bingung, dari tadi jawabannya gak ketemu. Pusing nih aku!.”

“Oalah.. tugasnya pak joko, emang gimana tugasnya?” Tanyaku sambil mengambil bukunya.

Aku mulai menjelaskan cara menyelesaikan soal itu kepada misel. Dia mendengarkan dengan seksama, sesekali  dia mengangguk dan bertanya jika ada penjelasan yang tidak dia mengerti. Setelah beberapa menit aku menjelaskan, misel akhirnya bisa menyelesaikan tugas dari pak joko tersebut.

“Huft, akhirnya.. untung ada kamu yu, kalo ngak, ngak tau deh jadi apa” ucap misel dengan senyum lega di wajahnya.

“Selow aja, sebagai sahabat aku siap membantu apapun itu. Asalkan gak disuruh nangkep kecoa aja, haha!”

“Yeee.. lakik kok takut sama kecoa.”

“Biarin wleee..” ucapku sambil mengejeknya.

Setelahnya kami kekantin bersama-sama dan kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan jam pelajaran terakhir.

* Ting.ting.ting.ting!  *

Terdengar suara lonceng sekolah yang menandakan waktu jam sekolah sudah habis. Aku yang bersiap untuk pulang dikagetkan dengan misel yang sudah berada di depan pintu kelas menungguku keluar. Kita selalu saling tunggu didepan kelas sewaktu pulang sekolah, itu karna misel selalu minta untuk ditemenin nyari angkot kalo pulang, dia takut kalo sendirian nunggu. Katanya banyak orang jail dan terkadang ada om-om yang suka gangguin dia kalo lagi nunggu angkot.

“Yu, nonton bareng yok, ada film baru nih seru! Iya yah?”ucap misel sambil memperlihatkan skill muka memohonnya biar aku iyain.

“Hah? film apaan?, lagian aku lagi bokek sel, lagi miskin aku tuh” jawabku dengan ngeluarin skill juga tapi dengan wajah melas.

“Huft, bilang aja kalo gak mau.”

“Lah, emang bener lagi kere ini..” sambil nunjukin kantong kosong.

“Yodah aku traktir deh, tapi nanti anterin aku pulang kalo gitu.” ucapnya dengan nada terpaksa.

“Okeh siap bu boss! Hehe..” jawabku dengan ekspresi senang karna ditraktir nonton.

Kamipun pergi ke tempat kawasan kota bersama, sepanjang perjalanan kami bercerita tentang keseharian kami tadi disekolah. Tidak lupa juga dia ngasih tau kalo tugas tadi yang aku bantuin dapat nilai 90. “Yah walaupun kere gini tapi otak aku gak kerekan?” Ucapku dengan sedikit nada sombong, dan langsung dibalas dengan pukulan ke arah helmku.

Sesampainya di lokasi kami langsung menuju ke bioskop IIX yang ada di kawasan kota. Sampainya di bioskop kami langsung membeli tiket, popcorn, dan minuman. 2 jam durasi film berlangsung, cukup membuat pinggangku hampir encok saat itu. Akan tetapi itu adalah awal momen kedekatan kami makin terasa seperti ada sesuatu yang sulit di jelaskan didalamnya, ah mana mungkin akan seperti itu, hanya perasaanku saja.

2 jam pun berlalu, tak terasa filmnyapun selesai. Waktu menunjukkan pukul 7 malam, kamipun bergegas untuk pulang karena takut sampai rumahnya kemalaman.

Selama perjalanan kami kelelahan karna duduk terlalu lama. Terpaan angin malam dijalan perlahan-lahan membuat misel beberapa kali tersentak karena matanya yang sudah mulai ngantuk,

“Sel, kamu gapapa?” Tanyaku sambil melihat ke spion motor.

“Gapapa yu, cuma agak sedikit ngantuk sih.” Jawabnya

aku yang saat itu menyadari hal itu refleks langsung menyuruhnya untuk memelukku dari belakang,

“Udah meluk aja sel, nanti kamu jatuh aku juga yang repot sel.” Ucapku menawarkan solusi.

Dia mengangguk dan mulai memelukku dari belakang. Tak butuh waktu lama dan miselpun tertidur, aku kembali memacu motorku dengan lebih hati-hati.

Sesampainya dirumahnya, dengan hati-hati aku matikan motor dan membangunkannya,

“Sela dah sampai sel bangun.” Ucapku sambil membangunkannya.

“Oalah dah sampai, maaf ya yu aku ketiduran tadi.” Jawabnya sambil mengusap matanya.

“Udah gapapa, dah masuk gih dah ditunggu tuh didalem. Hati-hati jalanya nanti nyungsep lagi di got.”

“Iya-iya bawel..”

Sambil tersenyum dan bilang terimakasih diapun berjalan masuk kerumahnya. Aku menunggunya sampai dia masuk kerumahnya dan menutup pintu sebelum akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

Itulah momen ketika aku untuk pertamakalinya aku meraskan hal yang menjanggal di hati. Ntahlah, jika aku mengingat kembali masa-masa itu rasanya seperti ingin kembali SMA saja.

Kena-ngan AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang