Bagian 3 - 4

42 13 0
                                    

3

Dan akupun sampai dirumah, tubuh ini mau copot saja rasanya. Jam menunjukkan pukul 9 malam, setelah aku mencuci muka, mengganti pakaian melakukan beberapa ritual untuk mendatangkan ngantuk dan segera bersiap untuk tidur. Aku mulai memejamkan mataku.

5 menit…

10 menit…

20 menit…

“Arghhh.. sial! Kenapa aku selalu memikirkan kejadian tadi sih.” gumamku sambil kesal bercampur bingung.

Entahlah semalaman aku terus dibuat bingung dengan kejadian itu, perasaan yang menjadi sangat tidak karuan, perasaan yang sangat sulit dijelaskan. Aku selalu bertanya-tanya “Perasaan apa ini sebenarnya?”. Aneh rasanya jika dipikir-pikir, tanpa sadar akupun tertidur dengan sejuta pertanyaan malam itu.

Besok paginya, aku bangun dan segera bersiap untuk pergi ke sekolah. Namun di pagi itu sangat terasa aneh, tidak seperti biasanya, di pagi itu aku merasa ditemani dengan perasaan aneh yang masih belum terpecahkan misterinya sedari malam.

Sepanjang perjalanan, aku berusaha untuk melupakan perasaan itu, entah apa dan kenapa, setiap aku memikirkan perasaan itu, dadaku terasa berdebar dengan ritme yang aneh. Entahlah mungkin hanya kebetulan saja, gumamku.

Hingga sesampainya disekolah, akupun langsung menuju ke kelasku. Yah.. Seperti siswa pada umumnya, aku langsung menyelesaikan beberapa PR yang belum sempat aku kerjakan dirumah, bukannya aku sengaja tapi lupa, lagian namanya juga PR  “Pekerjaan Rame-rame”, hahaha… agak cringe ya dahlah lupakan.

“Huwa.. akhirnya selesai juga.” Ucapku sambil meluruskan pergelangan tangan dan jari-jari yang sudah mulai keriting.

“Ting…ting…ting…ting…”

Suara lonceng yang menandakan dimulainya jam pertama pelajaranpun berbunyi.

Tak terasa 4 jam pun berlalu, lonceng berbunyi menandakan jam pelajaran telah selesai dan dilanjutkan dengan jam istirahat pertama. Aku saat itu hanya terduduk diam sambil menatap keluar jendela, pikiranku melayang kembali ke kejadian malam itu. Aku berpikir ada sesuatu yang aneh tentang kejadian itu, kejadian yang membuatku bertanya-tanya sampai detik ini.

“Apa aku lagi jatuh cinta ya? Ah enggak mungkin, masa sih aku suka sama si misel? Kan kita temenan.. yu.. bayu.. dahlah gosah aneh-aneh pikiranmu!" Gumamku.

“Tapi masa iya sih..” gumamku lagi sambil mengalihkan pandanganku ke arah pintu kelas.

Saat itupun tiba-tiba misel muncul dengan senyumannya dan menuju kearahku, senyuman yang sudah biasa aku lihat setiap misel berkunjung ke kelasku untuk mengajak aku ke kantin. Tapi, entah kenapa kali ini terasa sangat berbeda, dadaku semakin berdebar diiringi dia yang semakin mendekat.

“Oy yu! Ayok ke kantin, lu gak laper apa? Entar asam lambung loh.” Ucap misel sambil menarik tanganku.

“Eh.. eh.. iya-iya sabar! Buru-buru banget kek mau ketemu presiden aja.” jawabku dengan nada sedikit kesal.

Kamipun beranjak ke kantin untuk makan. Selama dikantin kami makan dan mengobrol tentang beberapa materi pelajaran di hari itu. Tanpa sadar, akupun menatap matanya, sambil bertanya-tanya dan bergumam dengan tidak jelas tentang perasaanku saat itu, “perasaan apa ini tuhan?..”, berkali-kali aku bertanya di dalam kepalaku

“Woi!” Panggil misel yang sontak buat aku kaget.

“Woilah jangan ngagetin napa?”

“Lagian kamunya ngelamun, aku ngomong dari tadi kamu ngelamun aja” ucapnya sambil menunjukkan ekspresi jengkel.

Kena-ngan AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang