5. Lover

115 19 5
                                    

*****

Satu bulan. Aku kira itu waktu yang lama namun karena diriku merasa bahagia aku pun terlena. Dan satu bulan berlalu dengan cepat begitu saja.

Pagi ini saat melihat kalender aku baru sadar jika kemaren adalah tepat satu bulan aku berpacaran dengan Yuna. Itu artinya waktuku sudah habis. Itu artinya mulai hari ini aku resmi menjadi mantan pacarnya.

Aku seolah masih belum menerima ini. Aku ingin tetap menjadi pacarnya walaupun itu hanya pura-pura. Itu sebabnya aku bahkan tak mengatakan kata putus untuknya. Dan aku juga tak mau mendengarkan kata putus dari Yuna. Jadi yang bisa kulakukan sedari tadi adalah menghindari Yuna.

Dimulai dari absen menjemput dirinya. Padahal selama sebulan ini tak pernah dalam satu hari saja aku tak menjemput dirinya. Bahkan agar tak jenuh aku sengaja menjemput dirinya dengan berbagai macam kendaraan termasuk sepeda.

Dalam sebulan ini juga aku selalu pergi ke berbagai tempat bersama Yuna. Diriku yang tak punya pengalaman berkencan ini bahkan mengajaknya untuk berkuda, latihan boxing atau taekwondo. Entahlah, aku hanya ingin melakukan hal-hal yang biasa kulakukan namun bersama Yuna. Selama itu pula aku sering melihat Yuna tertawa atau terdiam seolah menyimpan beban. Namun satu hal yang belum pernah kulihat. Yakni melihat Yuna menangis. Jujur aku juga tak suka melihat orang lain menangis tapi terkadang aku ingin melihat Yuna menangis dan menumpahkan isi hatinya daripada melihatnya terdiam dengan pandangan kosongnya itu.

Sampai sini apa kalian paham kenapa aku seolah berhenti berjuang? Aku sadar Yuna belum benar-benar bisa menerima diriku. Yuna belum benar-benar membuka hatinya untukku dan mengijinkan aku masuk ke dalam hidupnya. Gadis itu belum mau berbagi bebannya padaku dan masih menyimpan semuanya sendiri.

Tapi aku terlanjur mencintai dirinya. Pasti butuh waktu yang lama bukan untuk melupakan dirinya. Kehadiran Yuna di hidupku walau cuma sebentar terasa sangat sulit untuk kubuang. Aku terbiasa dengannya. Aku bahkan sudah sangat merindukan dirinya sekarang. Hah!

*****

"Kook, tumben hari ini lo nggak berangkat bareng Yuna?" Tanya Mingyu saat kami mulai berjalan menuju kantin. Selama jam pelajaran berlangsung tadi aku juga seringkali melamun, sampai salah satu guru menegurku karena hal itu. Dan mereka, Mingyu, Jaehyun dan Eunwoo tentu sadar akan hal itu.

"Kalian berantem?" Sahut Eunwoo terlihat sangat penasaran.

Aku bingung harus menjelaskan apa. Haruskan aku jujur pada mereka tentang status hubunganku dengan Yuna sekarang?

"Nggak papa kok. Yuk lah buru kita ke kantin. Udah laper banget nih gue." Ujarku sembari terkekeh dan mempercepat langkah. Kulihat Jaehyun hanya mengangkat kedua bahunya melihat keanehanku hari ini sebelum kami melanjutkan perjalanan ke kantin.

Namun, belum sempat sampai ke kantin kehadiran Yuna menarik perhatianku. Gadis itu tengah mengikuti jadwal olahraga di lapangan outdoor. Lebih tepatnya melakukan pertandingan basket dengan teman perempuannya yang lain.

Seketika aku berhenti melangkah dan memperhatikan dirinya. Melihat Yuna mencetak angka, bersorak dengan bahagia kemudian berpelukan dengan timnya. Aku menikmati permain basket yang dilakukan Yuna. Gadis itu cukup atletik ternyata. Mingyu bahkan sudah bersorak menyerukan nama Chaeyeon. Salah satu teman Yuna yang memang kutahu adalah pacarnya.

Teriakan Mingyu mengalihkan perhatian Yuna dari bola basket yang tengah ia dribble. Matanya tiba-tiba menatapku membuat jantungku berdegup. Dan karena konsentrasi Yuna teralihkan padaku salah satu temannya yang kutahu bernama Jihyo berhasil merebut bola dari tangan Yuna. Tak hanya itu Yuna yang sadar kehilangan bolanya segera berlari mengejar tapi tiba-tiba gadis itu terjatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri. Seketika hal itu membuat permainan terhenti. Chaeyeon juga ikut berteriak menghampiri dirinya. Begitupun diriku yang refleks sudah memasuki lapangan dan bergegas mendekati Yuna.

YUNA MARRY ME!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang