7. Stranger

105 20 1
                                    

*****
Four years later

Empat tahun berlalu dengan cepat. Sangat cepat. Aku menyelesaikan kuliahku selama 3,5 tahun dan sudah 6 bulan ini aku menjadi wakil direktur di Jeon grup. Karirku sangat cepat? Tentu saja, karena mayoritas saham di perusahaan Jeon adalah milik keluargaku otomatis pewarislah yang akan menduduki posisi eksekutif walau kami baru lulus kuliah sekalipun.

Tidak seperti kakakku yang sangat serius dalam bekerja, aku seringkali bermain-main. Contohnya saja seperti saat ini. Aku pergi ke club milik salah satu temanku Park Jimin di siang bolong. Kepalaku pusing. Untuk itulah aku pergi kesana dan minum. Jimin hyung hanya bisa menggelengkan kepalanya melihatku terus meracau. Pria itu juga yang sudah kupaksa membuatkan diriku minuman dengan kadar alkohol yang cukup tinggi.

Aku mengenal Jimin saat di Amerika. Pria dengan tubuh yang lebih pendek dariku itu sama-sama mengambil jurusan bisnis. Namun bedanya Jimin sangat suka meracik minuman. Jadilah dirinya sering mengikuti kursus menjadi barista dan mengikuti kompetisi barista juga. Dan entahlah, tiba-tiba saat pulang ke Korea dirinya membuka sebuah klub malam. Sementara aku adalah salah satu pelanggan setianya.

Kalian mau tahu siapa yang membuat kepalaku hampir pecah?

Tentu saja tak jauh dari nama Choi Yuna. Iya Choi Yuna yang itu. Choi Yuna cinta pertama sekaligus pacar pertamaku. Sumber kebahagiaan sekaligus rasa sakitku.

*****

Sejak Yuna debut menjadi idola dan aku berkuliah ke Amerika hubungan kami memang sudah berakhir. Awalnya aku ingin fokus dengan kuliahku. Tak hanya itu, aku juga berusaha melupakan dirinya dengan berkencan dengan gadis lain. Namun ternyata gagal. Rasaku pada Yuna mungkin sudah terlalu dalam. Bahkan teman-temanku sering mengatai diriku karena itu.

Untuk menghindari Yuna aku sengaja jarang pulang ke Korea kecuali untuk acara penting. Aku juga dengan sengaja tak mau mengakses informasi tentang dirinya.

Aku pikir aku akan tetap bisa mencintai Yuna dari jauh dan dengan caraku sendiri. Aku pikir dirinya juga akan menjaga hatinya untukku dan akan selalu melihatku. Namun nyatanya aku salah. Semuanya telah berubah.

Saat debutnya aku menyempatkan diri datang ke acara musik untuk melihatnya namun gadis itu justru berpura-pura tak mengenalku. Tak hanya itu aku bahkan tak bisa menghubungi dirinya sama sekali. Ponsel, email, sosmed semuanya hilang. Aku tak bisa mengaksesnya lagi. Tak kehabisan cara aku masih berusaha menghubungi dirinya lewat keluarganya, namun ternyata sama aja. Bahkan keluarganya sendiri kesulitan menghubungi Yuna.

Dan puncaknya saat aku berhasil mengirim surat padanya untuk berpamitan menjelang kepergian diriku ke Amerika balasan yang kuterima malah menyakiti hatiku. Bukankah dulu ia bilang tak menyesal berkencan denganku. Namun di surat itu dirinya justru menyuruhku melupakan semuanya. Menganggap bahwa hubungan kami tak pernah ada.

Oh iya, Yuna pada akhirnya pindah ke SOPA, salah satu sekolah untuk calon idola. Dan saat kelas tiga dirinya akhirnya debut menjadi main vokal salah satu girl grup bernama Clover. Dirinya juga pada akhirnya debut di perusahaan kecil yang bahkan tak kuingat namanya.

Sepertinya keluarga Yuna menentang hal itu, tapi anak itu tetap bersikeras. Tak heran jika hubungannya dengan keluarganya sempat terputus. Begitupun hubungannya denganku.

*****

Setelah berusaha menghindari Yuna sekian tahun ini takdir seolah mempermainkan diriku. Tadi pagi aku melihat Yuna. Melihat dirinya dan teman-teman segrupnya berada di perusahaanku. Aku terkejut saat melihatnya dan setelah kuselidiki ternyata mereka sedang melakukan shooting iklan karena telah di dapuk menjadi brand ambassador salah satu produk elektronik milik keluarga Jeon.

Aku bukan orang yang bertanggung jawab di bagian pemasaran jadi diriku tak tahu jika merekalah yang ditunjuk sebagai model. Atau mungkin selama ini aku sibuk bermain-bermain jadi tak terlalu memperhatikan setiap rapat kerja yang kuhadiri. Entahlah.

Yang kutahu saat aku melihat Yuna setelah sekian lama tak melihat dirinya secara langsung aku merasa sangat rindu. Hatiku menghangat saat melihatnya tersenyum dari kejauhan namun tindakan Yuna selanjutnya berhasil mematahkan hatiku.

Kuabaikan rasa kecewaku saat mengingat surat balasan darinya empat tahun yang lalu. Dan dengan berani aku menyapa dirinya saat kami punya kesempatan berdua. "Yuna, lama tak bertemu. Apa kabarmu?"

Yuna terdiam. Tak menjawab ataupun merespon diriku. Ekspresinya juga terlihat datar seolah tak terkejut akan kehadiran diriku. Kemudian gadis itu berlalu begitu saja. Seolah tak menganggap aku ada. Aku shock. Tentu saja. Tanganku mengepal erat kemudian sebelum sempat kuraih tangannya Yuna berbalik dan menatap datar diriku.

"Maaf Tuan kurasa kita tak pernah saling mengenal. Permisi." Yuna membungkukkan badannya padaku lalu berbalik pergi. Sementara aku hanya bisa menatap dirinya dengan mulut terbuka. Tak hanya itu aku juga merasa seolah diriku telah dicampakkan. Bahkan ini lebih buruk dari itu. Aku merasa seperti orang asing yang tak pernah ada dalam hidupnya. Waktu memang bisa merubah semuanya namun apakah secepat itu?

Aku memikirkan banyak hal setelah itu, dan hal itulah yang membuat kepalaku sakit. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan perkerjaanku dan menenggak alkohol untuk melupakan semuanya. Tapi bahkan dengan alkohol terbaik pun, kepalaku masih penuh akan bayangan Yuna. Gadis yang sudah menganggap aku sebagai orang asing dalam hidupnya.

"Dia kenapa?" Kudengar suara Suga hyung samar saat aku masih menundukkan kepalaku. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan tersenyum padanya.

"Kemarilah hyung. Duduklah disampingku." Pintaku padanya sembari menepuk sofa di sebelahku.

Suga. Min Suga adalah teman yang kutemui juga di Amerika. Kami sempat tinggal di kompleks apartemen yang sama. Kemudian kami akrab begitu saja karena dirinya sering meminta bantuan diriku.

Suga lebih tua dariku dan dia bekerja di salah satu label musik ternama di Amerika. Dirinya adalah seorang producer musik yang cukup sukses namun menyembunyikan jati dirinya.

"Tolong bawa anak itu pulang hyung. Sebentar lagi tempatku buka. Aku tak mau Jungkook mengganggu." Pinta Jimin membuatku mendelik marah dan seketika berteriak.

"Aku masih belum mabuk ya Park Jimin!"

"Lihat kan? Pulanglah Jungkook, kakakmu bisa marah jika dirinya tau." Suara Jimin masih bisa kudengar namun malah kubalas dengan gelengan kepala.

"Penyakitnya masih sama?" Tanya Suga yang dijawab anggukan oleh Jimin.

Aku mendecih mendengar percakapan mereka. Mereka menganggap rasa cintaku pada Yuna yang susah untuk dilupakan itu adalah sebuah penyakit. Hal itu membuatku merasa miris. Kenapa kehidupan cintaku bisa seburuk ini?

Aku tampan, aku kaya, aku berkarisma namun kenapa Tuhan malah membuatku jatuh cinta pada gadis seperti Yuna? Hal ini membuatku kesal. Selama ini apapun yang aku inginkan bisa aku dapatkan dengan mudah tapi tidak untuk Yuna.

Aku menghela napas dalam kemudian mulai berdiri dengan sedikit sempoyongan.

"Mau kemana?" Tanya Jimin membuatku menoleh padanya. Suga hyung juga terlihat menunggu jawaban dariku.

"Pulang." Jawabku datar. Kemudian aku melangkah ke pintu keluar namun kakiku malah tersandung kursi sebelum aku bisa keluar dan selanjutnya aku tak ingat apa-apa lagi. Hal yang terakhir kuingat adalah senyum manis Yuna kemudian berubah menjadi wajah datarnya dan pandangan yang asing untukku.

*****

TBC












P.s.

Long time no see~
Terima kasih sudah membaca 👋🏻

Happy 2nd debut Anniversary juga buat Yuju 🎊🎂
Semoga tahun 2024 jadi tahunnya Yuju dan Luvu 💜💜🎉

YUNA MARRY ME!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang