02. Ibu Kandung Vs Ibu Tiri

5.8K 29 0
                                    

Selamat Membaca

"Tolong, maafkan kesalahan anak saya, Jelita," ucap Tiara

Dalam ingatan Jelita, yang sangat membenci hal - hal yang beraroma masa lalu. Apalagi masa lalu itu memiliki hubungan erat dengan kejadian menyedihkan dalam hidupnya. Jelita tidak bisa dan sepertinya tidak akan pernah lupa, dengan sosok wanita bernama Tiara.

Tiara adalah sosok wanita pintar yang selalu dijodoh - jodohkan dengan Adrian. Mereka berdua adalah sepasang murid cerdas andalan sekolah, untuk menggaet piala - piala olimpiade. Sampai, Jelita yang dulu jatuh cinta pada Adrian, selalu kesulitan untuk mendekati Adrian.

Kemudian, setelah masa itu. Kenapa bisa Jelita Kinara yang kini sudah menjadi Nyonya Orlando, lagi - lagi harus berhadapan dengan sosok mengganggu bernama Tiara?

"Apa dia adalah tamu yang ingin bertemu dengan saya?" tanya Jelita pada manager hotel.

"Benar, Nyonya Orlando," balas manager hotel.

"Kalau begitu, tinggalkan kami sekarang," perintah Jelita.

Terlihat Tiara mengeluarkan sapu tangan dari balik tas hermez miliknya, membiarkan jarinya dengan penuh perhatian membersihkan wajah Reina dari noda kopi hitam. Membuat Jelita bisa melihat pemandangan ibu dan anak, yang saling perhatian.

"Jadi pelakor itu adalah anak kamu, Tiara?" tanya Jelita.

Mendengar pertanyaan dari Jelita, yang pernah menjadi primadona sekolah. Karena wajah Jelita yang memang begitu cantik, ditambah dengan tubuh langsing yang dimiliki wanita itu. 

Tiara pun harus memberikan sapu tangan miliknya pada Reina, sebelum kemudian Tiara menghadap ke arah tempat Jelita duduk. Perlahan tubuh Tiara bergerak menekuk separuh tubuhnya, membungkuk di hadapan Jelita.

"Mama..." lirih Reina.

"Tolong maafkan anak saya, Jelita," pinta Tiara lagi.

Seketika Reina menoleh ke arah Tiara, melihat ibu tirinya membungkuk pada Jelita. Reina bersiap ingin melarang Tiara, dia terima ibu tirinya harus meminta maaf pada wanita yang bahkan tidak ingat pernah punya anak.

"Anak? Saya tidak habis pikir, bagaimana bisa orang kaya raya seperti kamu, mendidik anaknya untuk menjadi pelakor. Dan kamu tiba-tiba datang untuk meminta maaf dari saya? Drama macam apa ini?"

Apa yang diucapkan oleh Jelita memang benar, karena Tiara Ayunda adalah istri dari Pemilik PT. Agasen Arc, perusahaan yang bergerak di bidang arsitek dan properti di Indonesia. Jadi, sudah pasti ucapan Jelita barusan, ingin menghina didikan dari Tiara untuk Reina.

"Hentikan ucapan Anda! Anda tidak berhak---" ucapan Reina terpotong.

"Cukup Rein," ucap Tiara melirik ke arah Reina.

"Tapi, Mama!" seru Reina tidak terima, kalau Tiara justru membela Jelita.

"Pergilah, ada teman kamu yang mencari kamu di luar," perintah Tiara pada Reina.

"Baiklah," ucap Reina, yang akhirnya mengikuti perintah Tiara.

Reina yang mendengar Tiara lebih membela Jelita, dia pun memilih berjalan meninggalkan ruangan itu. Dia tidak menyangka, pertemuannya dengan sang ibukandung untuk pertama kalinya, harus dalam situasi yang sangat dia pas seperti sekarang.

Lebih parahnya lagi, Tiara melarang dirinya untuk melawan Jelita.

Setelah memastikan Reina benar-benar keluar dari ruangan, Tiara mulai menatap tajam pada Jelita. Tiara kenal betul sosok yang dilihatnya sekarang, dia adalah mantan istri  dari suaminya--Adrian.

"Saya memang telah gagal mendidik anak saya, Jelita," akui Tiara pada kemampuan didikan yang dia lakukan pada Reina.

"Baguslah kalau kamu mengakuinya, setidaknya kamu tidak melawan seperti pelakor---"

"TAPI!!! Tapi Anda tidak berhak melakukan kekerasan pada anak saya. Jika memang ini ada hubungannya dengan hal berbau 'pelakor', Anda bisa menyelesaikan masalah itu bersama suami Anda," jelas Tiara dengan tatapan tajam miliknya.

"Suami saya? Setelah anak jalang kamu merebut suami---" ucapan Jelita terhenti karena tiba-tiba wajahnya disiram minuman milik Reina.

Byuurr.

Kejadian itu begitu cepat terjadi, sampai Jelita hanya bisa sadar kalau ternyata tangan Tiara mengambil minuman milik Reina. Kemudian wanita itu menyiram minuman itu ke arah wajah Jelita, sampai Jelita sempat menutup matanya.

Tiara meletakkan kembali gelas yang sudah kosong itu ke atas meja lagi. Wanita itu masih sama, masih tetap berani melawan Jelita. Sama seperti ketika mereka masih duduk di bangku sekolah dulu.

"Jaga ucapan Anda, Jelita. Anda kira, Anda orang suci yang berhak menghakimi orang lain? Anda sendiri pun pasti memiliki dosa yang Anda tutupi bukan?"

Bibir Jelita bergetar, mendengar Tiara mengungkit masa lalu miliknya. Jelita memang bukan orang suci, yang tidak memiliki dosa dalam hidupnya. Karena, meskipun Jelita sudah menyumpal seluruh saksi hidup atas masa lalu Jelita, dengan kekuatan milik Orlando.

Hanya saja, tetap ada orang yang tidak bisa mempan dengan uang milik Orlando. Contohnya saja adalah Tiara Ayunda, karena memang Tiara juga orang kaya raya.

"Jadi kamu mengancam saya? Apa kamu lupa siapa saya sekarang, Tiara Ayunda?" balas Jelita.

"Jelita Kinara Orlando, istri sah Tuan Orlando. Itu yang Anda katakan pada anak saya," jawab Tiara.

"Kalau begitu, kamu tidak berhak mengancam saya, Tiara. Karena saya bisa dengan mudah memberi pelajaran pada perusahaan milik suami kamu," ancam Jelita.

"Ancaman?" ulang Tiara.

"...." Jelita memilih diam, dia tidak paham dengan maksud ucapan Tiara yang mengulang ucapannya Jelita.

"Dengar Jelita, saya tidak pernah mengancam Anda. Tapi, meski uang yang Anda miliki mampu menutup mulut teman - teman kita, ada beberapa hal yang tidak bisa Anda tutup kebenaran masa lalu Anda," jelas Tiara.

"Itu semua adalah salah bajingan itu! Dia yang memperkos---"

PLAKK!!!

Tanpa bisa dicegah oleh akal dan pikiran sehat Tiara, tangan Tiara secara nyaman memilih untuk menampar mulut Jelita. Membuat Jelita bisa merasakan rasa perih pada bibirnya, akibat tamparan keras dari Tiara.

"Tidak ingatkah kamu, siapa yang mengemis cinta pada Adrian? Tidak ingatkah kamu, siapa yang menjebak Adrian tidur sama kamu? Tidak ingatkah kamu, siapa yang membuang Adrian dalam kemalangan? KAMU! SEMUA ADALAH SALAH KAMU JELITA!!"

"...." Lagi - lagi Jelita hanya bisa menutup mulutnya sendiri. Apa yang dikatakan oleh Tiara memang adalah kebenaran, semua karena perasaan menjijikkan Jelita yang pernah jatuh cinta dan rela melakukan segala hal, hanya demi bisa memiliki Adrian.

"Dan lebih parahnya lagi, kamu membuang bayi kecilmu sendiri, Jelita! Jadi, bukankah tanpa adanya Rein sebagai pelakor, suami kamu tetap akan meninggalkan kamu. Seandainya semua aib masa lalu kamu terbongkar," jelas Tiara.

"Kamu!!!" desis Jelita menahan amarah besarnya.

"Jadi, lebih baik kamu tidak pernah menyentuh Rein dengan tangan kotor kamu lagi, Jelita. Karena saya akan memastikan sendiri, kalau ini adalah terakhir kalinya kamu menyakiti Rein," ancam Tiara.

Bagai permainan catur yang sudah ditentukan pemenangnya, saat ini Jelita kalah telak. Ketika masa lalunya yang dia kubur rapat, tiba-tiba diungkit oleh orang lain. Jelita hanya bisa terdiam melihat kepergian wanita bernama Tiara itu.

"Sial! Kenapa dari sekian banyak kesialan, kenapa masa lalu busuk itu harus mengganggu hidup aku? Apa Tuhan belum puas, melihat aku akan menjadi janda. Dan sekarang, aib masa lalu aku menjadi sumber ancaman baru," kesal Jelita.

Jelita menggigit bibir bawahnya, tangan mulusnya menyentuh meja dan menyapu gelas di atas meja itu. Membiarkan gemuruh keramik bertabrakan dengan lantai marmer itu.

"Apa yang harus aku lakukan, Tuhan? Apa salah kalau aku menyakiti pelakor itu, untuk mengusir dia dari hidup suami aku? Kenapa seolah, di sini aku yang salah?" keluh Jelita.

Bersambung


01. Simpanan Ayah Tiri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang