WHY?

821 80 5
                                    

WHY?

°°°¶¶¶°°°

Jutaan tahun berlalu, kini zaman telah berubah menjadi lebih modern. Gedung gedung pencakar langit berdiri kokoh dimana mana, pun dengan kendaraan yang berlalu lalang di setiap jalanannya.

Seorang wanita paru baya duduk di sofa, menyaksikan lekat siaran televisi di pagi hari.

~Permisa. Telah ditemukan kembali jasad seseorang tanpa kepala, di bawah jembatan lintang. Jasad itu diduga merupakan anak perempuan dari konglomerat Citampi~

~Para polisi masih belum mengetahui motif dari pembunuhan tersebut dan masih melakukan penyelidikan lebih lanjut hingga saat ini~

Saat wanita paru baya itu masih hanyut dalam tontonannya, seorang gadis dengan rambut sebahu diam diam menyelinap, mendekat ke arahnya.

"Heh! Mama! " Teriaknya, mengagetkan.

Wanita paru baya itu tersentak kaget. "Ehh. Freya, ih.. Ngagetin mamah aja, kamu nih! "

Freya tertawa jahil kemudian duduk di sebelah ibunya. "Maaf Mama. Habisnya Mama sih, fokus banget sampe salam Freya nggak dijawab..."

"Iya iya, Walaikumsalam, Freya anak Mama Dewi dan Papa Gracio sekaligus Adik Gracia... " Ucap Dewi penuh kesabaran.

Freya terkekeh geli, memeluk ibunya dengan manja. " Mama lagi liat apa sih, fokus banget tadi...? "

Dewi menghela nafas. Kembali menatap fokus pada televisi. "Itu loh, ditemuin lagi mayat tanpa kepala di televisi. Katanya anak konglomerat. Mama jadi khawatir sama kalian... "

Freya manggut-manggut. " Di temuin di televisi, ya. Bukan di bawah jembatan? " Tanyanya jahil.

" Itu maksud mama, Freya. Gitu aja dipermasalahin. "

Melihat ibunya cemberut, Freya memberikan ciumannya pada pipi sang ibu. " Nggak usah takut, Mama. Freya sama Ci Gre bisa jaga diri... "

Dewi beranjak dari sofa lalu mematikan televisi. " Kamu beneran udah mau sekolah. Udah sembuh? "

Freya menangguk sembari mengikuti langkah ibunya ke arah dapur. " Udah sembuh dan sehat! " Jawabnya riang.

Freya memeluk manja ibunya saat ibunya itu menyiapkan sebuah bekal untuknya. " Makasih mama... "

Dewi mengukir senyum tipis pada wajahnya. " Oh iya, Ci Gre mana. Udah bangun, dia? "

"Masi turu. Turu turu.. " Jawab Freya.

Mendengar itu, Dewi menghela nafas kasar. " Kebiasaan emang cici kamu itu. Bisa bisanya hobi begadang... "

Freya terkekeh. " Biasa mama. Ci Gre pacaran sama Kak Tara tiap malam. Jadi begadang terus. "

" Iya. Biarin. Kamu jangan ikut ikutan pacaran, ya? "

Freya mengangguk gemas lalu melepaskan pelukannya pada ibunya. " Siap, bos! "

" Kamu mau mama anter, atau... "

TINNNN TINNNN

Freya tersenyum. "Itu dia. Udah dateng... "

" Fureyaa! Fureyaa! " Teriak seseorang dari luar rumah.

" Siapa? " Tanya Dewi, penasaran.

" Kepoan ih, nggak asik! " Ucap Freya lalu berlari untuk keluar rumah. Tidak lupa ia membawa bekal yang telah ibunya siapkan.

Dewi menepuk jidat-nya, lelah. "Hadeuh... Pusing deh, Mama sama kalian berdua. "

Dewi lanjut naik ke lantai dua untuk membangun putri sulungnya, Gracia. " Gre. Bangun. Udah jam berapa ini! "

CHAOS | Who's The Princess? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang