rewrite

26 6 1
                                    

Deburan ombak, serta desiran angin satu-satunya hal yang bisa dia dengarkan.

Natsu selalu bilang dia menyukai semua hal tentang pantai.

Udara segar dari laut.

Hamparan pasir yang lembut.

Warna biru langit dan air.

Suara kegembiraan dari orang-orang sekitar.

Menonton atau bermain voli pantai... Dia bilang itu akan selalu menjadi hal favoritnya.

Hinata pikir dia juga menyukai hal itu.

Namun.

Tidak ada apa pun di pantai ini.

Pantai berpasir yang sepi, daerah berbatu yang kasar, hamparan air gelap yang luas - itu saja.

Semua tampak kosong.

Tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan hari ini selain duduk di pasir kasar, dia menekuk betisnya dengan lengan serta dagu bertumpu di atas lutut, mata jingga menatap lurus pada garis cakrawala dilangit. Hinata tidak memikirkan apa pun ketika dia datang, dia hanya sangat lelah sekarang. Akhir-akhir ini emosinya selalu tidak stabil, jadi sebelum dia meledak dan menyakiti apa yang berharga baginya. Dia segera lari kepantai dan hanya mulai duduk disana, memandang dengan tenang arus lautan.

Matanya terpejam dan telinganya sesekali mendengarkan suara gemuruh ombak yang tak ada habisnya. Dia memikirkan tentang Natsu–adik kesayangannya. Dia rindu bertengkar dengannya dan dia sangat merindukan rumahnya...

Dia tidak menyesal telah pergi. Satu-satunya hal yang dia sesali adalah meninggalkan orang yang dia cintai tanpa pamit.

Hinata egois, dia tau. Aku merindukan mereka tapi aku lah yang meninggalkan mereka. Dia selalu berfikir berulang kali. Apakah yang aku lakukan ini benar?

Dia selalu ingin kembali, namun ketika dia melangkah keluar dia selalu teringat akan alasan mengapa dia pergi.

Itu mengingatkannya tentang mengapa sekarang dia berada disini, dan apa yang membuatnya tetap bertahan.

Mau tidak mau pikirannya mengembara pada kejadian pagi itu setahun yang lalu.

*———*

Hal pertama yang dia lihat ketika dia bangun adalah langit atap yang asing. Dia tidak ingat kelembutan selimut yang membalut tubuhnya, atau baunya, dia pikir aromanya seperti farfum berkualitas tinggi dari hotel mewah---

Hinata teringat apa yang terjadi tadi malam dalam sekejap, seolah-olah ada bunga api yang beterbangan, dan dia terbangun dengan sentakan tajam. Segera setelah dia melompat ke atas tempat tidur empuk, dia merasakan sakit yang tumpul di bagian bawah. Rasa sakit itu membuktikan bahwa kejadian kemarin bukanlah mimpi. Hinata secara refleks menahan erangan yang akan muncul dan dengan cepat melihat sekeliling ruangan.

Tidak ada seorang pun di ruangan itu. Ruangan ini berbeda dari ruangan yang dia tempati kemarin. Tidak ada tanda-tanda siapa pun di sofa atau di pintu kamar mandi yang terbuka.

Hinata menghembuskan nafas yang tanpa sadar ia tahan.

Smartphone, dompet, dan pakaian Hinata diletakkan di atas meja elegan di samping tempat tidur. Di samping setelan kelas atas Hinata yang terlipat rapi dari tadi malam, ada juga jeans, T-shirt, dan bahkan hoodie. Penasaran, Hinata  mengambilnya dan memperhatikan bahwa lipatannya menunjukkan bahwa semuanya baru, tetapi tidak ada label apa pun yang terpasang sehingga dapat langsung dipakai. Kalau dipikir-pikir, dia saat ini mengenakan pakaian dalam di balik mantel kamar hotel. Ini pasti hal baru juga---aku yakin dia yang melakukannya.

I think I'm so stupid [Kagehina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang