↷ 𝗠𝗬 𝗞𝗜𝗠 𝗗𝗢𝗞𝗝𝗔 ❀࿔

317 49 7
                                    

[ ini waktunya masih berbeda denga MW ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ ini waktunya masih berbeda denga MW ]

cuma mereka udah jadian
____________________
◌┆ . ⊹ ┆ ☽

Gue bersyukur dia gak sekaku dulu waktu awal-awal pacaran. Ya, sekarang udah mendingan lah.

"Ja, menurut kamu ini atau ini?" Ya, untung saja aku handal dalam mencampur bahasa. Menggunakan aku-kamu bukan hal yang sulit.

Cuma, gue harus lebih lunak sama dia bagaimana pun juga. Bukan cuma karena status, ini juga tentang kesopanan agar gue masih terlihat seperti cewek.

Mau bagaimanapun juga gue cewek, yakali boti.

Ya, harus kalem dikit minimal biar gak ditendang nyokap-bokapnya.

[ingpo ges]
: (Name) itu belum ketemuan
langsung sama Persephone dan
Hades, lalu Mama kandung Dokja.

Cuma tau mereka orang penting
dalam hidupnya, jadi dia agak ngeri.

"Mungkin ini? Sesuai selera kamu aja."

"Dua-duanya juga boleh buat stok."

"Dua-duanya, ya? Tapi, kalau gak cocok ..."

"Udah, yakin aja." Dia mengambil kedua botol saos itu dan meletakkannya di keranjang.

Kemudian dia mendorong-dorong bahu gue untuk cepat-cepat. "Ayo kita cari cemilan yang kamu suka."

"Gue suka semuanya, sih." Sekarang kami berada di rak yang penuh cemilan pedas, manis, gurih.

"Yaudah, kamu ambil aja," ucapnya enteng sambil mengambil beberapa cemilan.

"Semuanya?"

"Boleh, yang penting kamu suka." Bjir, dia gak ngejokes 'kan?

Tapi, dia Dokja.

Walaupun begitu gue ambil secukupnya aja, sih.

"Udah segitu doang?" tanyanya heran. "Emangnya cukup?"

"Ya? Ya cukup, sih ..."

"Gak mau nambah?"

"Gak usah ....."

My Kim Dokja terlope-lope sorry yah gue nolak duluan, sebenarnya gue mau-mau aja nambah tapi melihat kita belum sedekat dan gue pikir gue juga bukan prioritas lo nanti lo pikir gue matre.

Gue 'kan sebenarnya juga bisa beli sendiri, kalau gue yang punya bank.

PAPER RINGS -

Seperti biasa, di mobil gue selalu melihat ke jalanan. Gak terlalu istimewa, sih, alasannya, cuma biar gue gak terlalu gugup aja.

Gue sekarang bersyukur gue gak mabok kayaknya dulu-dulu. Syukurlah, cocok untuk jadi orang kaya.

"Kenapa kamu terus lihat ke luar?" Aku sontak meliriknya.

"Cuma pingin lihat pemandangan, sih."

"Ohh ..." Gitu doang?

"Emang kenapa? Kamu gak nyaman?" Gue langsung bertanya, abaikan dulu gengsi yang melebihi tinggi gunung everest.

"Aku yang ngira kamunya gak nyaman." Dia juga langsung menjawab.

Apakah ini reflek?

"Aku? Gak nyaman? Nyaman-nyaman aja, sih."

"Tapi, kenapa yang kamu perhatiin cuma pemandangan dari luar?" Kayaknya ini udah tanggalnya deh.

"Kenapa emangnya? Kamu mau aku perhatiin?" Gue menoel-noel pipinya, gue niatnya cuma bercanda sih.

"Jelas." Anjir.

Dokja kalau udah to the point gak ada obat anying.

Gue kira gengsi dia tetap gede kalau sama gue. Tapi, ini gue harusnya senang gak sih? Gue kok rada ngeri nih.

 Tapi, ini gue harusnya senang gak sih? Gue kok rada ngeri nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________

Dan kedepannya,
Dokja bakalan lebih lengket deh sama neng nem.

𝐏𝐀𝐏𝐄𝐑 𝐑𝐈𝐍𝐆𝐒 ੭ ࿔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang