My Kim Dokja terlope-lope sorry yah gue nolak duluan, sebenarnya gue mau-mau aja nambah tapi melihat kita belum sedekat dan gue pikir gue juga bukan prioritas lo nanti lo pikir gue matre.
Gue 'kan sebenarnya juga bisa beli sendiri, kalau gue yang punya bank.
↷PAPER RINGS -
Seperti biasa, di mobil gue selalu melihat ke jalanan. Gak terlalu istimewa, sih, alasannya, cuma biar gue gak terlalu gugup aja.
Gue sekarang bersyukur gue gak mabok kayaknya dulu-dulu. Syukurlah, cocok untuk jadi orang kaya.
"Kenapa kamu terus lihat ke luar?" Aku sontak meliriknya.
"Cuma pingin lihat pemandangan, sih."
"Ohh ..." Gitu doang?
"Emang kenapa? Kamu gak nyaman?" Gue langsung bertanya, abaikan dulu gengsi yang melebihi tinggi gunung everest.
"Aku yang ngira kamunya gak nyaman." Dia juga langsung menjawab.
Apakah ini reflek?
"Aku? Gak nyaman? Nyaman-nyaman aja, sih."
"Tapi, kenapa yang kamu perhatiin cuma pemandangan dari luar?" Kayaknya ini udah tanggalnya deh.
"Kenapa emangnya? Kamu mau aku perhatiin?" Gue menoel-noel pipinya, gue niatnya cuma bercanda sih.
"Jelas." Anjir.
Dokja kalau udah to the point gak ada obat anying.
Gue kira gengsi dia tetap gede kalau sama gue. Tapi, ini gue harusnya senang gak sih? Gue kok rada ngeri nih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
____________________
Dan kedepannya, Dokja bakalan lebih lengket deh sama neng nem.