PROLOGUE

5.3K 201 11
                                    

-Happy Reading-

***

Brakkk

"Sialan lo Alvar," umpat Kazakthan setelah membanting pintu kamarnya kencang.

"Arghhh kalian semua bajingan," lanjutnya dengan menghancurkan semua benda yang dapat ia jangkau.

Barang-barang berserakan dimana-mana, kamar yang semula terlihat rapih kini menjadi berantakan. Pecahan kaca yang berasal dari lampu tidur tercecer di lantai.

Tanpa mempedulikan keadaan kamarnya, Kazakthan terus menghancurkan seisi kamar untuk meluapkan semua emosinya. Namun emosinya kian membara ketika ia teringat undangan yang ada di atas meja kerja Papanya.

Harvey yang akan turun ke lantai bawah secara tidak sengaja mendengar suara berisik yang berasal dari kamar kembarannya.

Lantas ia langsung membuka kamar itu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Kazakthan hingga menimbulkan suara yang cukup mengganggu.

"Lo ngapain Za? Tantrum?" Ucap Harvey dengan wajah herannya.

"Harvey!" Sentak Kazakthan menatap Harvey dengan tajam.

"Wes santai dong, kenapa lagi lo?" Harvey bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Brukkk

Harvey yang mendapat serangan mendadak seperti itu cukup membuatnya terkejut. Untung saja dirinya tidak terjengkang ke belakang, jika sampai itu terjadi ia bersumpah akan menggantung kembaran cantiknya ini di pohon toge.

"Kenapa hm?" Mendapat pertanyaan dengan nada lembut seperti itu membuat Kazakthan tidak dapat menahan air mata yang sedari tadi dia tahan.

"A-alvar Pi, d-dia tunangan," setelah mengatakan itu dengan sesegukan Kazakthan menangis kencang.

Harvey yang melihat itu hanya terus mengelus lembut punggung dan rambut Kazakthan. Berharap perlakuannya dapat memberi sedikit ketenangan pada Kazakthan.

Setelah di rasa tangisannya mulai mereda, Harvey membisikkan sedikit kata-kata penenang di telinga Kazakthan.

"Lo tau dari Alvar?" Tanya Harvey lembut.

"Meja papa," balas Kazakthan dengan wajah yang tenggelam di dalam dada bidang Harvey.

"Lo udah tau hm? Maaf karena gue ga ngasih tau lo, gue dan papa setuju buat ngebiarin Alvar sendiri yang bilang sama lo. Tapi ternyata lo tau sendiri, padahal udah lewat dari 3 hari kejadian itu," Harvey menghela nafas kasar.

Menarik pelan wajah Kazakthan dari dadanya, ia tangkup kedua pipi berisi gadis itu. Menatapnya dengan tatapan sarat akan kelembutan.

"Za, dengerin gue ya? Mau seberat apapun rasanya, lo harus terima keadaan ini. Gue tau ini berat buat lo tapi gue gamau lo nantinya bakal stuck sama masalalu lo. Lo punya gue, lo punya papa, lo punya mama, lo punya temen-temen lo Za. Jangan pernah ngerasa lo gabisa ngelakuin apapun tanpa Alvar. Hidup lo ga terus berputar tentang Alvar Za, mungkin memang sekarang massa lo sama Alvar udah habis. Jadi gue harap lo bisa terima apapun keadaan yang terjadi di hidup lo, paham princessnya Jefkhael?" Ucap Harvey dengan diakhiri kecupan singkat di kening Kazakthan.

KAZAKTHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang