♡♡♡
Keesokan harinya, selepas pulang sekolah, Aza menuju ruangan yang konon katanya sudah tak terpakai lagi oleh ekstra tari.
Aza memasuki ruangan itu dan membersihkanya. Menyapu latar lantai ruangan itu dan mengepelnya.
Ia lakukan semuanya sendiri. Tak lupa pintunya ia tutup supaya tidak ada yang tau kalau dia masuk kedalam ruangan itu. Soalnya, dia belum izin sama sekali ke guru maupun Asyad yang sudah memperkenalkannya.
Ia melepaskan sepatunya hanya berdiri dengan kaus kakinya.
Ia tersenyum lepas setelah memutarkan alunan lagu dari ponselnya.
Ia mulai melemaskan otot-otot kakinya yang sudah lama kaku karena tak dilatih kembali.
Yah, dia adalah balerina sejak kecil. Sejak kecil ia tinggal di Paris. Jadi, tradisi dan budaya daerah sana masih suka kebawa sampai dia disini.
Ia melakukannya diam diam tanpa sepengetahuan papanya kembali. Karena papanya tak pernah mendukung apa yang ia sukai. Ia jadi teringat mamanya yang telah tiada 5 tahun yang lalu, saat ia masih kecil. Masih berusia 11 tahun.
Dia sangat menyukai balet. Sudah menjadi hobinya untuk melakukannya sepanjang waktu ditengah kesibukannya.
Ia menari berpacu dengan alunan lagu yang telah berputar daritadi.
Sambil meratapi dan mengingat kembali semua kenangan indah bersama mamanya tercinta.Andai, mamanya masih ada disini.
Tanpa ia sadari, ada sesosok orang yang mengamatinya dari jauh. Ia melihat dari bilik jendela yang terbuka sedikit karena tirai yang bergeser.
Matanya lekat tak berkedip melihat gadis itu tengah menari sendirian.
Karena merasa diamati, Aza menghentikan tariannya dan menoleh ke belakang.
Namun, orang tadi sudah bersembunyi dan pergi.
"Gawat, ada yang liat, cabut ah sebelum disamperin guru" batin Aza resah.
Ia langsung memakai sepatunya dan mengambil tasnya keluar dari ruangan itu.
♡♡♡
Keesokan harinya, suasana kelas kembali riuh seusai Pak Samuel keluar dari kelas setelah mengajar.
"Han, ini caranya gimana sih, ajarin yaa" ucap Asyad
"Biar tali silaturahmi tidak terputus, pinjam dulu seratus" canda Hankey
"Ah, bisa aja lu Han, gue lagi bokek seriusan dah." Ucap Asyad mengelaknya
Hankey tertawa candaan saja.
"Candaa, yakali beneran" ucap Hankey lalu mengajari Asyad.
Mayson Hankey, murid terpandai katanya satu angkatan kelas 11 SMA Alberto Goncalves. Dikenal dengan cowok friendly yang ramahnya diluar Nurul. Dan senyumnya yang manis aduhai memboikot seluruh para kaum wanita yang ada di sekolah itu. Hahaha canda. Tapi memang seperti itulah dirinya sebenarnya.
Di lihat dari jauh oleh sepasang mata yang daritadi tak lepas menatap kearah dua sosok pria yang tengah belajar mengulas kembali apa isi materi tadi.
"Suka loh sama mereka berdua?" Tanya Selina
"Hah?" Kaget Aza menoleh langsung ke Selina
"Daritadi ngeliatin mereka mulu. Siapa yang lo suka? Asyad/Hankey? Gue rasa jangan dua dua nya deh. Mereka sama sama terkenal friendly disini. Jadi, bakalan susah dapetin mereka berdua." Ucap Selina berbicara pelan
"Engga kok, gue cuman heran aja, materi udah usai masih aja mereka bahas" ucap Aza
"Terlalu pinter tu anak, tapi ga cape buat ngajarin sekelas" ucap Selina
"Siapa?" Tanya Aza
"Hankey. Mayson Hankey namanya. Panggilannya Han key, agak aneh sih namanya. Tapi ya begitulah dirinya" ucap Selina
Aza hanya ikut menjawabi senyuman candaan dari Selina.
"Ikut ke kantin ga?" Tanya Selina
"Gue nyusul aja" tukas Aza
"Oke gue tunggu bareng yang lain ya" ucap Selina tersenyum
Aza mengangguk.
Setelah dia mengambil dompet dari tasnya dan ia masukan kedalam sakunya. Ia beranjak dari bangkunya dan mulai berjalan hendak keluar.
"Aza, mo kemana? Kantin?" Tanya Asyad tiba-tiba memanggilnya
Aza hanya mengangguk tak menjawab.
"Udah dulu ya Han, gue laper. Aza tungguin dong" ucap Asyad meninggalkan Hankey sendiri
Asyad merangkul sok gaul dengan Aza. Namun karena risih, tangan Asyad ia turunkan dengan senyuman miris berlambang No touch me.
"Engga, disambungin belajarnya?" Tanya Aza
"Pusing tau, Lo sendiri gimana? Sama pinter nya dengan dia?" Tanya Asyad
"Samasekali engga. Hehe" kekeh Aza
"Udah bisa tersenyum lo?" Tanya Asyad
Aza mengangguk.
"Ehm, Syad, gue boleh ngomong ga?" Tanya Aza
"Lah daritadi Lo ngapain kalau ga ngomong Azaa Hadeuh ni bocil heran gue" tukas Asyad
Mereka ngobrol sambil berjalan menyusuri kantin. Dengan dibelakangnya Hankey yang ikutan menyusul namun berjarak beberapa langkah dengan mereka berdua.
"Gue boleh pakai ruangan yang lo bilang udah ga terpakai itu ga? Yang punya nya tari" ucap Aza
"Lo buat apa emangnya?" Tanya Asyad
Seketika Aza langsung berbisik pelan di samping telinga Asyad. Yang bikin Asyad terenyah sedikit terkejut.
"Balet" bisik Aza
Asyad terbengong karena tadi.
"Syad?" Tanya Aza menyadarkan lamunannya
"Gapapa, pake aja. Nanti gue bilang ke Bu Rachel. Kenapa ga sekalian kita aktifkan saja ekstra nya?" Tanya Asyad
"Emang ada ekstra itu?" Tanya Aza
"Oh Lo ambilnya balet o ya, nari tradisional bisa? Dance gitu?" Tanya Asyad
"Dance bisa juga cuman kalau yang tradisional engga bisa. Kayaknya gausah diaktifkan aja deh. Cuman pengen latihan sendiri aja" tukas Aza
"Oh gitu, oke nanti kapan-kapan gue mampir buat liat lo latihan boleh?" Tanya Asyad
"Ha?" Tanya Aza agak bingung dengan maksudnya
♡♡♡
Hello Everyone!!👋
Gimana ceritanya? Suka?😍
Pantengin terus yaa😇
Jangan lupa Vote and Komen😘
AILE Lovers! Stay Read yaw 🤗
See you next chapter 💖💖
Belles Ailes🌹💟
KAMU SEDANG MEMBACA
AILE
Teen FictionSebuah sayap yang harusnya terbang, namun terkendala dengan realita dan dukungan. Akankah sayap sayap mereka berterbangan kembali?