2

520 73 6
                                    

Di mobil Samudra.

Keduanya sama-sama terdiam. Samudra sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Chika hanya terdiam sambil meremas tangannya. Mobil itu sama sekali belum bergerak, laki-laki berlesung pipi itu hanya diam sambil mencengkram setir kemudinya.

"Terima kasih...."

Suara Chika menyadarkan lamunan Samudra. Dia langsung menoleh ke arah Chika yang tengah tersenyum, wajahnya pucat namun harus Samudra akui jika wajah gadis kurus itu sangat cantik.

"Namaku Samudra Natio, tapi kau bisa memanggilku Samudra." Samudra spontan mengulurkan satu tangannya ke arah Chika, yang tentu saja tidak di sambut oleh gadis itu.

Chika tersenyum lagi.

"Aku Yessica Tamara. Kau bisa memanggilku Chika." jawab Chika, dia juga mengulurkan tangannya namun berbeda arah dengan Samudra.

"Dimana tanganmu..?" tangan Chika meraba mencoba mencari tangan Samudra, membuat hati laki-laki yang tengah menatapnya itu mencelos seketika.

Samudra meraih tangan pucat itu, menjabat tangan kurus itu dengan hangat. Ya, tangan Chika hangat, itu yang Samudra rasakan sekarang.

"Baiklah, sekarang kita pulang ya.." tautan tangan mereka terlepas, lalu Chika mengangguk lucu. Samudra mulai melajukan mobilnya meninggalkan area pasar malam. Tanpa laki-laki itu sadari, hatinya menghangat. Wajah dingin yang jarang tersenyum itu kini terlihat tersenyum walau tipis.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sampai di rumahnya, dia membantu Chika turun dari mobil, tentunya setelah mobil itu terparkir rapi di garasi samping rumahnya.

"Hati-hati.." Samudra menggenggam tangan Chika, tangan satunya membawa tongkat milik gadis itu. Laki-laki itu menggandeng Chika untuk masuk ke dalam rumahnya.

Samudra membuka pintunya dan menuntun Chika untuk masuk. Chika meraba dinding hanya untuk menghafal tata letak rumah Samudra, walaupun gadis itu buta, namun Chika mempunyai kemampuan mengingat yang cukup bagus hanya dengan meraba benda di sekitarnya.

"Kau duduk disini saja dulu.."

Chika mengangguk. Duduk di atas sofa yang sangat empuk, berbeda dengan kursi di rumahnya yang sangat keras dan menimbulkan suara berdecit jika di duduki.

Samudra mengambil air putih dan kembali menemui Chika. Dia meletakkan air putih itu dan duduk di sebelah gadis itu. Laki-laki itu tersenyum simpul saat menatap wajah pucat milik Chika dari samping.

"Ini minumlah.." Samudra menyodorkan gelas berisi air putih itu di depan Chika. Gadis itu tidak langsung meraihnya, dia mengerjapkan mata beberapa kali, tangannya perlahan terulur, namun Samudra dengan lembut meraih tangan Chika dan menuntunnya untuk mengambil gelas itu.

"Terima kasih, Samudra.." laki-laki itu mengangguk dan tersenyum.

"Rumahku tidak terlalu besar. Sekarang kita berada di ruang tengah, biasanya aku disini jika sedang menonton televisi atau hanya sekedar bersantai. Di samping ruang tengah adalah dapur bersih, lalu di sampingnya ada kamar mandi. Nanti aku antar kau ke kamarku. Tenang saja, percaya padaku aku tidak akan macam-macam." jelas Samudra.

Chika mengangguk paham.

"Tapi aku bisa tidur di sofa. Kau tenang saja, tidak perlu mengantarku ke kamarmu."

VOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang