4

451 67 8
                                    

Samudra dan Chika tengah duduk di ruang tengah. Jam dinding menunjukkan pukul 21.00, belum terlalu malam. Samudra mencomot camilan keripik kentang dan mengunyahnya, sesekali dia akan menyesap coklat hangat sambil melirik Chika yang tengah asyik mendengarkan lagu-lagu JKT48 lewat mp3 player yang tersambung dengan headphone.

Kepala dengan surai hitam yang panjang itu sesekali mengangguk-angguk mengikuti irama musik. Gadis itu terlihat senang dengan mp3 player yang Samudra berikan saat pulang dari mall waktu itu.

"Minumlah coklatmu. Nanti dingin.." Samudra menyentuh lengan Chika agar gadis itu memperhatikannya.

"Iyaaa..." Chika melepas headphonenya dan mematikan musik di mp3 player yang tergeletak di sampingnya. Tangannya meraba untuk mencari cangkir berisi coklat hangat buatan Samudra.

Laki-laki berlesung pipi itu tersenyum. Menyodorkan cangkir berwarna merah itu di dekat tangan Chika.

"Terima kasih, Samudra."

"Uhum.." Samudra tersenyum, menampilkan deretan gigi rapinya yang putih dan terawat, jangan lupakan juga lesung pipinya yang menambah ketampanan laki-laki itu.

Gadis bermata cemerlang itu menyesap pelan coklat hangatnya, duduk di dekat Samudra seperti ini membuatnya hangat dan juga tenang.

"Sepertinya kau mulai menyukai JKT48 hum.." ucap Samudra sambil memainkan ujung rambut Chika yang tergerai.

"Iyaa, lagu mereka bagus-bagus! Ah dan aku paling suka dengan lagu First Rabbit dan Hanya Lihat Ke Depan, kedua lagu itu membuatku menjadi lebih bersemangat." ucap Chika dengan nada antusias. Samudra terkekeh, melihat Chika seantusias ini membuatnya gemas. Laki-laki itu mengacak pelan pucuk kepala Chika, membuat pipi gadis itu bersemu merah.

"Kau tau? Ada salah satu membernya yang mirip denganmu.."

"Benarkah?! Aku mirip dengan idol terkenal??" wajah Chika terlihat semakin antusias.

"Uhum. Dia cantik sepertimu, suaranya juga bagus, lalu dia seperti vitamin mood yang selalu bisa membuat suasana menjadi lebih ceria."

"Pasti banyak yang menyukainya bukan? Ah.. beruntung sekali dia.."

Samudra tersenyum. Mengusap surai hitam itu dengan pelan, memperhatikan wajah Chika yang sedang tersenyum sambil memegang coklat hangatnya.

"Samudra.."

Laki-laki itu langsung berhenti bermain dengan rambut Chika.

"Apa??"

Tangan Chika terulur, menyentuh wajah Samudra pelan. Samudra hanya terdiam membiarkan gadis itu menyentuh bagian-bagian dari wajahnya.

"Kau sangat tampan. Pasti ibumu juga cantik yaa. Soalnya aku pernah mendengar, jika wajah anak laki-laki akan mirip dengan ibunya." Chika menarik tangannya dari wajah Samudra.

"Ibu memang sangat cantik. Bahkan orang-orang bilang bahwa aku adalah versi laki-laki dari ibu."

"Ceritakan tentang keluargamu.."

Chika bersandar pada bahu tegap Samudra.

"Aku adalah anak tunggal. Ayahku seorang dokter dan ibuku adalah ibu rumah tangga biasa. Ayah bekerja di salah satu rumah sakit di pusat kota. Keluargaku bisa di bilang keluarga yang sangat bahagia, walaupun ayah memang sibuk, tapi beliau selalu menyempatkan waktu untuk bermain dan menghabiskan waktu bersamaku dan ibu. Ibu adalah perempuan yang tegas namun penyayang. Ibu juga istri yang penurut dan sangat perhatian. Ibu pernah bilang, bahwa aku harus tumbuh menjadi laki-laki yang baik dan tangguh, itu mengapa saat ibu dan ayah meninggal, aku selalu berusaha untuk tetap bertahan dan tidak terlarut dalam kesedihan. Ya, walaupun kadang aku tidak memungkiri, bahwa untuk bisa sampai di titik ini, prosesnya sangatlah tidak mudah." jelas Samudra. Dia tersenyum sambil memperhatikan foto keluarga yang terpajang di dinding ruang tengah.

VOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang