🌿Chapter 04. Takjub 🌿

92 18 10
                                    

                           🌿Happy Reading🌿

Malam minggu telah tiba Illa memutuskan untuk pergi makan bakso, bersama teman semasa kecilnya bernama Rea. Kebetulan Rea sudah putus dengan Alvin.  Illa hanya turut perhatian memberi semangat. Sekali kali mereka berdua keluar malam. Biasanya Rea punya kesibukan di luar sekolah. Illa sangat penasaran siapa mantan Rea. Dia ingin memberi pelajaran kepada Alvin. Rea melarangnya tak ingin Illa buat ulah lagi.

"Re lu itu harus semangat, jangan mikirin cowok berengsek itu? Lagian ya dunia ini bukan hanya dia. Masih banyak cowok lebih baik dari dia. Gue harap lu bisa melupakan cowok laknat itu," Ucap Illa suara sangat lantang sambil, memukul meja membuat  para pelanggan geleng kepala ia benar-benar tidak peduli.

"Santai La marah boleh, tapi jangan sampai mukul meja gitu. Kasihan Pak tukang bakso kalau mejanya rusak lu ganti rugi. Gua yang putus kenapa lu emosian gini?" tanya Rea sambil menggeleng kepalanya.

"Habis mantan lu, sok jagoan si paling sempurna jaga raya. Tenang uang ayah tiri gue banyak kok. Jadi nanti biar dia ganti gue tinggal terima bersih," Balas Illa terlihat percaya diri sambil menggoyangkan kaki.

"Sombong lu ya, sekarang mentang dapat Ayah baru. Udahlah tak perlu bahas dia lagi gue udah muak. Lebih baik kita fokus buat makan bakso. Udaranya dingin banget gue suka sih makan di sini," ujar Rea merasa sangat takjub melihat suasana keindahan malam banyak bintang di malam hari.

"Bukan sombong tapi emang, faktanya begitu. Tiap buat masalah sama orang terdekat ayah tiri yang belain gue. Nah tidak ada satupun berani melawan. Habis mereka selalu mencari perkara sama gue. Ya tentu gue balas balik biar tahu rasa," ujar Illa sambil menguyah bakso seperti seorang, sedang kelaparan berbulan-bulan.

"La makan baksonya pelan-pelan, nanti tersedak kalem gitu. Malau di liatin orang banyak. Lu cewek tapi enggak ada kalem kalemnya. Coba lu kalem malam ini gue mohon sama lu sekarang." Rea meminta Illa untuk penampilan lebih anggun seperti layaknya gadis pada umumnya.

"Oke deh, akan gue turuti" balas Illa menatap sendu.

Mereka berdua merasa bahagia bisa bersama seperti dulu lagi. Semenjak pacaran sama Alvin. Ia jarang dekat Illa lebih memilih, Alvin di bandingkan sahabat sendiri. Beruntung Illa tidak pernah sakit hati kepadanya. Masih mau berteman dengan dirinya padahal, Rea udah menyakiti hati Illa. Walaupun Illa terlalu judes di mata semua orang. Tetapi dia baik hati dan tegas. Ia lakukan demi kebaikan dan ingin hidup penuh kedamaian.

****

Lalu bagaimana dengan Chocolatos Illa sejauh ini tidak memikirkan, hal itu lagi karena punya kesibukan? Jadi Chocolatos udah terlupakan di hati Illa. Ia tidak akan mengingatkan sedetik pun. Padahal si Chocolatos nonton bioskop Illa tidak berpikir ke arah sana. Illa sedang asyik asyik malam bakso. Sedangkan Chocolatos hanya di rumah sendirian. Chocolatos tak jadi nonton bioskop sama Fanny.

Masih ada sesi pemotretan super sibuk. Terpaksa di tunda lain waktu. Ia ingin mengajak Illa sayangnya tidak punya nomor WA gadis tomboi itu. Mau keluar tidak ada teman. Chocolatos merasa sangat bosan di rumah, ia memutuskan untuk mencari makan di sekitaran komplek.

Chocolatos berjalan kaki menuju ke arah warung Mak Iyem, sambil bersiul-siul dan agak sedikit galau. Ia melihat dua gadis di pinggir jalan seperti, Chocolatos mengenali mereka berdua. Ia sangat penasaran siapa dua gadis itu. Setelah mendekat ternyata tak di sangka Illa dan Rea. Chocolatos begitu kaget dan bingung. Illa dan Rea saling mengenali satu-sama lain.

"Oh jadi Rea dan gadis burik itu, berteman dekat kelihatan akrab sekali. Gue kira dia tidak punya teman di sekolah. Ternyata teman dekatnya mantan gebetan, gue sendiri. Aneh bukannya, Rea itu pacarnya Kevin seharusnya malam mingguan. Gue sedikit kepo persahabatan mereka," batin Chocolatos sambil memantau dari jauh.

Chocolatos mengurungkan niat buat beli ayam geprek kelihatannya bakso lebih agak menggoyang di bandingkan ayam. Ia sudah bosan beli ayam geprek terus. Illa dan Rea saling bercanda tawa tiba-tiba, Chocolatos langsung mendekati Rea. Tak lupa pula ia basa-basi menanyakan kabar gadis itu.

"Hai Rea, apa kabar?" tanya Chocolatos.

"Oh gue baik kok," balas Rea singkat.

"Loh Kevin mana kok, kalian berdua enggak pernah barengan? Padahal ini malam mingguan sih," celetuk Chocolatos pura-pura tidak tahu tentang, sikap Kevin suka gonta-ganti pacar.

"Rea di putusin sama cowok laknat itu, alias Kevin. Mau malam mingguan kek malam satu suro. Apa hubungannya  udah putus bukan barengan lagi bego!"

"Lu ngatain gue bego, merasa pintar ya cewek burik. Gue lagi ngomong sama Rea bukan lu ya. Jangan nyambung kek tali listrik nanti kesetrum. Lu di mana selalu ada bosan gue ketemu lu terus," ketus si Chocolatos  tersenyum sinis.

Tak ada satu katapun yang di ucap oleh Illa dia sudah lelah untuk berdebat. Ia tak suka Chocolatos berada di sana, mungkin masih cemburu kepada Chocolatos. Rea menatap Illa penuh keheranan. Biasanya Ila tidak pernah bersikap dalam kecemburuan.

"Kenapa lu La, cemberut gitu?" tanya Rea penasaran.

"Enggak apa-apa kok, lu kenal sama tuh cowok sok puitis itu. Lu kok, gak pernah cerita ke gue kalian pernah dekat," balas Illa sambil  tersenyum terpaksa.

"Kenal namanya Chocolatos, dia itu si kapten basket di sekolah kita. Kami satu organisasi musik. Sorry ya La gue belum sempat cerita ke lu. Lagian lu sendiri tak mau bergabung Club' basket. Padahal lu juga jago main bola basket," kekeh Rea melihat Illa tampak kebingungan.

"Oh keknya familiar tuh, cowok perasaan pernah ketemu di kantin. Pantas di sukai banyak cewek. Menurut gue biasa saja tuh cowok gak ada istimewanya? Gue paling malas ikutan club' basket," celetuk Illa sambil menguyah bakso.

"Yakin lu gak mau ikutan!" seru Rea sambil merayu Illa ikut mengikuti keinginannya.

"Nanti gue pikir-pikir dulu ya, soalnya masih dalam keadaan bingung? Lu tahu kan sore nya gue tidak ada waktu, untuk bermain. Sibuk kerja mencari uang untuk diri sendiri tanpa orang tua," ujar Illa.

"Berhenti kerja La tinggal minta, sama bokap tiri lu banyak duit. Lu tidak repot nyari duit segala. Masih sekolah juga lu udah di suruh kerja banting tulang." Rea bicara ketus ke Illa karena, merasa kesal terhadap Illa menolak keinginannya.

Di suatu sisi Chocolatos diam-diam untuk menguping pembicaraan, dua gadis itu saling berdebat satu-sama lain. Ia rasa ingin tahu tentang kehidupan Illa dan merasa sangat takjub. Chocolatos tak menyangka Illa bisa hidup mandiri, dan tanpa beban orang tua. Akankah ia akan mencari tahu tentang hal itu?





























Cinta Yang Tersimpang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang