🌿Chapter 07. Benar-Benar Gila🌿

63 11 3
                                    

                         🌿Happy Reading🌿

Chocolatos tidak bisa menahan emosinya ia pun berteriak cukup keras. Karena dia benar-benar frustasi. Illa menoleh ke arah belakang menatapnya penuh keheranan sambil menggeleng kepala. Ia tidak begitu peduli tanggapan orang lain. Chocolatos langsung merasa lega. Salah-satu cara untuk meredakan amarah. Ia memberikan tanda cinta kepada Illa. Namun, sikap Illa tetap acuh seperti biasanya.  Sumpah ini benar-benar gila yang Chocolatos pernah rasakan. Ia tidak boleh pantang mundur untuk mendapatkan hati Illa kembali.

Rea menahan tawa melihat Chocolatos menabrak papan mading sekolah. Hampir jatuh berusaha menahan malu. Ia pura pura melihat Chocolatos. Lebih fokus ke Illa berusaha menenangkan gadis tomboi itu.

"Lo kesambet apa Re barusan?" tanya Illa semakin menjengkelkan, melihat musuh sendiri berubah menjadi Romeo yang ingin terlihat romantis di hadapan Juliet. Kalau seandainya kisah percintaan mereka itu seperti Romeo dan Juliet. Pasti sangatlah indah akan tetapi sayangnya, Illa tidak menyukai Chocolatos sendiri.

"Hm ya udah lupain aja, deh La kita pulang yuk udah lapar nih. Gue tidak bisa berlama lama di sini membosankan. Nanti habis ini kita mampir makan bakso. Jangan terlalu di pikirin musuh lu tuh. Biasalah dia itu cari perhatian sama para wanita," balas Rea sambil memegang tangan sahabatnya, dan Illa melepaskan genggaman tangannya.

"Chocolatos maksud lo gue rasa, dia bukan tipe cowok seperti itu? Setiap kali lihat dia teringat sama seseorang. Sumpah Rea gue belum sanggup ketemu dia lagi," jawab Illa tangannya agak sedikit gemetaran dalam keadaan ketakutan mengalami trauma kejadian di masa lampau begitu pahit.

Rea memeluk tubuh Illa berusaha untuk menenangkan pikiran sahabatnya, agar tidak berlarut dalam kesedihan. Ia tahu kehidupan Illa sangat berat. Menyebuh goresan luka butuh waktu cukup lama.

"La tenang saja gue bakal bantu, lo buat keluar dari masalah ini. Terpenting adalah jaga kesehatan mental lo. Buang jauh-jauh orang yang udah buat lo depresi. Gue yakin Chocolatos bukan dia orangnya!"

Illa mengangguk paham Rea mulai bersikap baik kepada Illa. Hanya Illa cuma satu satu nya teman paling tulus. Ia memang mudah bergaul namun, tidak ada satupun benar benar menerima Rea apa adanya? Illa pun kembali tersenyum mengacungkan jempol sambil menghapuskan air matanya.

*******

Alvin tidak bersemangat tertunduk lesu setelah putus dari Rea. Ia benar-benar sangat menyesal. Dia berusaha menjadi lelaki lebih baik lagi. Demi memperbaiki hubungan mereka kembali. Nyatanya Rea menolak berkali-kali buat balikan. Rasa kecewa Rea tidak sebanding dengan kegalauannya.

Ia tetap kekeh ingin minta balikan kepada mantan kekasihnya.

Alvin berdiri sendirian di depan kelas dua belas IPA 3 tiba-tiba dengan tergesa-gesa menabrak dia dari belakang. Hingga ponsel Alvin terjatuh ke lantai. Ternyata dia Fanny dalam keadaan ketakutan. Fanny langsung kabur tidak ingin minta maaf. Alvin terlihat kesal akibat ulah Fanny ponsel kesayangan jadi rusak layar kacanya rusak parah.

Lalu ia pun mengejar Fanny untuk minta ganti rugi atas kerusakan benda elektronik itu. Namun sayangnya, Fanny tetap tidak begitu peduli pada Alvin.  Fanny hanya menganggap Alvin remeh di pandang sebelah mata kata-kata hinaan itu buat  dirinya sakit hati dan tersenyum sinis.

"Gue mau lu tanggung jawab, atas ganti rugi kerusakan ponsel. Kalau jalan itu lihat dulu orang di depan ya. Gunanya mata lu buat apa sebenarnya?" tanya Alvin agak sedikit emosi.

"Sorry gue ke buru-buru, ponsel lo tidak ada harganya. Lo punya uang bisa beli sendiri lebih bagus lagi. Makanya jangan main ponsel sembarangan," celah Fanny nada bicara agak sedikit ngegas.

Alvin tidak bisa menahan amarah dia ingin menampar Fanny dengan sigap Illa datang menangkis tangannya. Lalu ia menatap Illa tajam penuh kebencian. Ketika ia hendak pergi tapi di hadang oleh Illa teman mantan kekasihnya sendiri. Alvin merasa bosan mendengarkan celotehan Illa terus.

"Heh cowok buaya darat, lo jangan main kekerasan gitu dong. Sok jagoan banget Lo ya berani nya sama cewek. Tak boleh  sama kasar  cewek enggak baik!" tegas Illa tidak ingin ada kekerasan fisik.

"Bukan urusan lo, sibuk banget ikut campur masalah orang lain. Lo tidak tahu apa-apa lebih baik diam.  Apa lu enggak capek ngomel-ngomel mulu?" tanya Alvin nada bicara agak sedikit sinis.

"Hm mulut-mulut gue, di kasih tahu malah melawan dasar anak durhaka. Lelaki yang baik itu tidak akan memperlakukan wanita secara kasar. Makanya lo jadi cowok itu jangan suka nyakitin cewek," sindir Illa dengan gaya yang sangat santai, mau dia tertawa atas penderitaan orang lain. Sebab Alvin sudah menyakiti sahabatnya sendiri.

Alvin diam tidak bisa berkutik langsung pergi tanpa permisi. Kata-kata sindiran itu membuat dia sadar diri. Atas apa dia laku kan selama ini tidak benar. Alvin terlihat malu kepada Illa. Sepertinya dia akan menghindar dari gadis tomboi itu.

*****

Chocolatos masih di parkiran hari ini dia pulang lebih awal. Tak ingin berlama-lama di sekolah sangat membosankan. Saat ia merapikan rambut Fanny sudah berada di depan matanya sambil tersenyum manis.

"Hai Cho pulang bareng yuk," ajak Fanny sambil melambaikan tangannya, di paksa biar terlihat anggun.

"Sorry banget Fan, gue masih ada urusan ini sangat penting. Lain kali saja kita pulang barengan. Gue duluan udah telat nih lu bisa  naik taksi sendirian oke," tolak Chocolatos secara halus.

"Ya udah deh," balas Fanny singkat tertunduk lesu.

Fanny benar-benar kecewa Chocolatos menolak ajakan darinya. Sakit rasanya di cuekin seperti ini. Timbul sebuah ide gila
di pikirannya.  Ia akan menyusun rencana untuk mendapatkan hati Chocolatos.

*******

Illa dan Rea sedang menunggu angkutan umum di depan gerbang sekolah, tiba tiba Alvin datang menghampiri mereka berdua sambil menawarkan tumpangan. Namun sayangnya Rea menolak tawaran itu. Illa sendiri tidak bisa berbuat apa-apa? Dan sebenarnya dia merasa kasihan kepada Alvin tapi semuanya sudah terlambat.

"Heh ada bidadari yang satunya, dedemit datang dari gunung kidul. Kebetulan gue sendirian mau pulang bareng enggak?"

"Ogah lebih baik lu pulang sendiri, sama ani ani sana. Gue tidak butuh tawaran lu mending naik angkut umum," tolak Rea sambil menahan emosinya.

"Dih daripada muka, lu kek jamet ngatain orang dedemit? Buaya darat seleranya emang suka sama ani-ani. Mau lu sendirian tidak ada hubungan sama Rea!" sambung
Illa agak sinis.

"Sembarangan lu ya kalau ngomong suka ngadi-ngadi. Jangan menyebarkan cerita hoax tanpa ada bukti. Suatu nanti lu juga terkesima lihat ketampanan gue," balas Alvin bergaya sambil menyisir rambutnya.

Belum sempat membalas percakapan Alvin Rea langsung menarik tangan Illa . Ia tidak ingin lagi membuat keributan depan umum. Padahal Rea masih mencintai mantan kekasihnya dari gerak gerik Illa sudah tahu gadis berambut ikal itu belum bisa melupakan seseorang.































Cinta Yang Tersimpang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang