Welcome, di sini bakalan banyak masalah yang belum di pecahkan di au, dan ceritanya akan di mulai dari awal, jadii enjoy.
"Bunda Isha mohon, kasih izin Isha buat ikut les melukis kali ini aja Isha mohon." Erisha maheswari dia sering kali meminta izin untuk ikut les namun Bunda tidak menggubrisnya sama sekali, tapi bagi Isha tidak ada kata menyerah dalam hidupnya.
"Isha kamu ngga cape kaya gini terus? Bunda sibuk, Bunda udah pernah bilang kan sama kamu?, kalo Bunda tidak mengizinkan kamu les" Isha tidak mengerti pola pikir Bunda, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa dengan keluarga.
Keluarga? Isha baru ingat bahwa keluarga dia sudah tidak lagi harmonis karna pekerjaan Ayah dan Bunda.
"Tapi Ayah dukung aku Nda, Ayah selalu ikuti isi hati Isha"
"Ayah sama Bunda beda Isha!, jangan samain kita."
Entah mengapa Bunda selalu naik darah saat Isha berbicara tentang Ayahnya, Bunda seperti benci tapi tidak mungkin mereka saja masih berkomunikasi walaupun lewat handphone, ldr.
Ayah saja sekarang jarang sekali pulang bahkan tidak pernah, dia selalu beralasan sibuk bekerja, entah mengapa Isha selalu memiliki pikiran buruk tentang keluarganya itu, ia takut secara tiba-tiba keluarganya hancur begitu saja.
***
"Sha bareng gue kan ya?" Teriak seorang laki-laki dari balkon. Dia Sangkara sahabat Isha dari kecil, Sangkara sudah menjadi Abang bagi Isha begitu juga Isha, Isha sudah menjadi adik bagi Sangkara.
"Gue mau minta tolong lagi sama lo ka, bantuin gue dapet izin buat ikutan les bareng Savana."
"Savana, Savana, lo ngga cape Sha? Udahlah kubur aja mimpi lo cari mimpi yang lain aja, lo ngga akan bisa bantah Bunda Sha."
"Kalo kayak gini terus kapan gue bisa jadi kayak Savana?" Savana idola yang Isha selalu bangga-banggakan setiap saat, karya dia yang selalu menjadi obat bagi luka Isha.
Dengan melihat karya Savana, Isha merasa pikirannya tenang yang tadinya ricuh, namun tenang dengan melihat karya Savana.
Savana seniman terkenal, karya dia selalu berada di museum besar, banyak orang yang sayang dengan Savana begitu juga dengan Isha ia sangat sayang dengan idolanya.
"Yaudah yu berangkat, kelas gue sebentar lagi mulai bel sekolah lo juga bunyi bentar lagi, udah pamitan sama Bunda?"
"Mana mau Bunda pamitan sama gue ka, dia tidur."
Isha selalu sendirian dia melakukan apapun sendiri, bahkan di saat ia sakit yang merawatnya bukanlah Bunda maupun Ayah, melainkan Sangkara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The last palette
Fiksi Remaja"aku ingin mati dengan keadaan bahagia karna karyaku sudah bisa di lihat oleh semua orang." Dalam cerita ini mungkin aku hanya seorang piguran bukan pemeran utamanya, jadi biarkan aku pergi.