Hellowwww
Hari pertama di mana Erisha memulai kehidupan yang baru, kegiatan baru, ia sangat senang saat hari ini akan tiba, di mana ia akan bertemu Savana.
Saat ini ia sedang terduduk diam di meja makan yang sepi hanya ada dirinya yang sedang mengaduk-aduk makanan sambil melamun.
"Biasanya Ayah ada di depan sambil menanyakan kegiatan aku pagi ini, dan ada Bunda yang menyiapkan kopi untuk Ayah. Tapi semua itu cuma kenangan." Ucapnya pada dirinya sendiri.
Ayah yang saat ini berada di kota besar yaitu Jakarta, sedangkan Erisha berada di Bandung, ia sudah di tinggalkan bekerja oleh Ayahnya saat ia berada di kelas 2 SMP, dan sampai sekarang belum juga bertemu dengan Erisha.
Ia jadi rindu dengan suasana rumahnya yang hangat, di mana Ayah yang selalu pulang, dan Bunda masih menjadi ibu rumah tangga dan selalu meluangkan waktunya untuk bermain dengan Erisha.
Sekarang? Mengobrol saja enggan, bahkan bermain pun tidak pernah lagi semenjak Bunda sudah bekerja seperti menggantikan peran Ayah.
"Sha sekolah kan hari ini? Udah siap-siap belum ayo gue udah siap nih." Teriak Sangkara yang sedang sibuk mengutak-atik motornya itu.
"Sha cepetan udah jam berapa ini?"
Erisha bangun dari duduknya dan berlari kecil menuju depan untuk menemui Sangkara.
"Iya gue sekolah, hari ini lo ada kelas pagi ka? Tumben lo udah wangi pagi-pagi gini?."
"Iya ada kelas pagi, ayo cepetan, bukannya sore ini lo mau ketemu Savana kan?"
"Iya, yaudah cepetan." Jawab Isha singkat.
*****
"Makasih ya Ka, yaudah gue masuk dulu ya lo hati-hati jangan ngebut."
"Siap, jangan lupa salamin gue ke Savana ya." Ledek Sangkara pada Isha.
Isha berjalan menuju ke dalam ruangan yang akan ia tuju saat ini, hati ia berdebar tak karuan tangannya gemetar, hati dia bergemuruh tidak jelas.
Isha jangan kayak gini please....
Tiba-tiba matanya berbinar saat ia melihat seseorang berjalan di depannya, iya itu Savana idolanya. Savana berjalan entah akan ke mana.
"Erisha ya? Sini masuk" ucap seseorang ramah pada dirinya, mungkin itu guru yang akan mengajarinya di sini.
"Eh... Iya K-a..." Ucapnya bingung.
"Katanya kamu suka banget sama melukis ya? Nanti kamu di sini akan bertemu bintang, Savana ada di sini saat ini." Ucapnya, dia El guru yang mengatur semuanya.
Saat ini isha ingin berteriak keras, ia tidak sabar ingin berbicara dengan idolanya secara langsung dan bertatapan.
Savana berjalan ke arah Erisha dan Ka El, dia sangat cantik persis seperti di handphone, matanya indah senyumannya indah.
"Ha-llo aku Eri-sha, salam kenal.."
"Hallo Erisha salam kenal juga aku Savana, semoga kita bisa berteman ya di sini, ayo ikut aku."
Erisha tersenyum kepada Savana, ia menahan supaya ia tidak memeluk Savana begitu saja, tapi wajahnya tak bisa bohong, wajahnya merah seperti kepiting rebus.
Savana bingung melihat tingkahnya Erisha yang sedari tadi tersenyum tanpa henti padanya di tambah dengan mukanya yang merah merona.
Sesampainya di sebuah ruangan, ruangan itu penuh dengan cat, Savana menutup pintunya dan langsung mendudukkan tubuhnya di kursi yang sudah tersedia di sana tanpa menggubris Erisha yang masih berdiri.
"Lo ngga mau duduk? Duduk sini." Ucap Savana ketus
"Langsung ke intinya aja deh ya, sebenernya gue ngga suka sama kedatangan lo di sini. Lo berharap mau jadi kayak gue kan di sini? Ogah banget gue punya saingan kayak lo."
Itu Savana gempitala? Mengapa ia menjadi seperti itu? Ia berubah 180°.
"Iya gue Savana yang lo sebut idola sama lo, gue aslinya kayak gini, tapi orang bilang gue ramah iya itu emang bener tapi sama lo gue nggak."
"Mendingan lo mundur deh dari sini, percuma lo datang ke sini ngga guna."
Erisha hanya bisa terdiam, ia lemah saat mengetahui sifat Savana seperti itu.
Mengapa Savana berubah menjadi seperti itu? Mengapa dia benci padaku? Itulah yang saat ini terlintas di pikiran Erisha.
Erisha duduk di salah satu meja di sana, dan ia kembali melihat Savana di ruangan itu, Savana sedang melanjutkan mewarnai lukisannya yang tadi tertinggal.
Lukisannya indah banget, indah.....
Ia ingin sekali berbicara dengan Savana tapi niat itu ia urungkan, karna percuma jika ia berbicara tidak akan di gubris oleh Savana.
Erisha berjalan menuju luar untuk melihat isi ruangan di sana, ia melihat banyak lukisan hasil Savana banyak juga piala hasil Savana.
Kapan aku kayak Savana? Baru mulai aja udah sakit.... Apalagi selanjutnya ya
Okee segitu dulu heheheh
Pantengin ig aku yuuu
: urfairyysetia
KAMU SEDANG MEMBACA
The last palette
Teen Fiction"aku ingin mati dengan keadaan bahagia karna karyaku sudah bisa di lihat oleh semua orang." Dalam cerita ini mungkin aku hanya seorang piguran bukan pemeran utamanya, jadi biarkan aku pergi.