Harusnya Jeongwoo mengikuti saran Yujin agar berpura-pura pergi ke perpustakaan lalu kabur saat keadaan sekolah mulai sunyi. Dengan begitu para kakak tirinya tak akan curiga dan tentunya tak akan berakhir seperti ini.
Sekarang Jeongwoo hanya bisa meratapi jas tuxedo―yang kemarin ia beli dengan uang tabungan hasil les private anak-anak didiknya―telah robek sana-sini dengan lubang robekan yang luasnya bukan main. Jeongwoo menatap sengit kepada kedua kakak tirinya yang kini sedang tersenyum puas sambil menggoyangkan gunting di jari masing-masing.
"Ck! Udah gue duga lo emang gak beres dari dua hari yang lalu, ternyata beli baju baru toh..." ujar salah satu kakak tirinya, Yeji.
"Kan? Lo si gak percayaan waktu gue bilang pernah liat dia pergi ke mall" sahut saudaranya, Hyunjin.
Jeongwoo tak menghiraukan debat kedua kakak tirinya. Yang ia lakukan hanya melipat kembali tuxedo rombeng(?) dengan asal dan beranjak dari tempatnya karna sudah muak dengan suara-suara tak jelas di depannya. Sebelum Yeji kembali menginstruksi.
"Hey listen, harusnya lo bersyukur karna My Mom gak tau hal ini. Jadi kalo lo lagi-lagi berbuat sesuatu yang aneh jangan kaget kalo nanti lo bakalan ngebabu sehari semalam buat bersihin satu rumah sampe ke atap, you understand?"
"...Hmm"
Hyunjin tiba-tiba maju selangkah dan menatap sengit Jeongwoo "Heh lo jangan main-main ya. Kita tau lo punya rencana buat ikut birthday partynya Haruto malam besok, lo gak usah berlagak anak sultan dengan sok-sok pake tuxedo biar diterima, lagian pake tuxedo ke acara ultah kek apaan deh anak pejabat lo?"
Tawa kakak-beradik itu menggelegar di kamar Jeongwoo yang sempit, setelahnya mereka meninggalkan Jeongwoo dengan suara bantingan pintu yang keras membuat sang empu hanya bisa memutar bola matanya selagi tangannya berusaha mengepal kuat karna menahan amarah.
"Bacot banget"
Melemparkan diri ke atas ranjang lalu menghela nafas berat dengan pelan. Ia memang tak akan pernah bisa melawan langsung di depan mereka, Jeongwoo kecewa pada dirinya sendiri yang pengecut dan hanya bisa melampiaskannya pada hal-hal yang tak berguna. Dalam hatinya, Ayah pasti juga kecewa dengan Jeongwoo.
Detik selanjutnya seolah tak membiarkan Jeongwoo terlarut dalam amarahnya, ringtone Next Level yang super berisik dari ponsel Jeongwoo berbunyi membuatnya yang sudah tak punya mood baik begitu malas mengangkat panggilan seseorang.
"Wooooo lo beneran ikut besok malam, kan? Undangannya udah sampe di gue, tadi juga baru abis beli kado sama punya lo sekalian juga"
"Hmm gak tau deh Jin, keknya gue batal aja. Tapi gue boleh nitip kado sama lo aja gak papa kan yak?"
"Bjir pamaksud lo?! Pasti gegara pikmi Siblings itu kan? Gak ya, pokoknya kalo gue ikut lo harus ikut juga!"
"Sumpah Jin gak boong gue keknya gak bisaaaa"
"Ya tapi kenapaaaa? Lagian kalo cuma gue ntar gue di sana ngobrol sama siapa? Gak mungkin sama kue ultah Ruto kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
°You, me, heaven and earth
FanfictionHajeongwoo oneshot Saat mata ini lihat lirikanmu, saat telinga ini dengar lantunan damaimu, saat bibir ini melengkung karnamu, duniaku berhenti sejenak. Dengan tangan yang kotor ini, diantara hamparan langit dan bentangan bumi, kutulis kisah sebuah...