Menyusut?

622 40 2
                                    

Haruto menggeram saat melihat Jeongwoo mematahkan salah satu gagang kacamata miliknya yang berhasil di rebut secara tak sengaja oleh pemuda bermarga Park itu.

Sekarang Haruto mengerti kenapa sejak dua minggu yang lalu dirinya dan Jihoon juga Karina selalu memenangkan perkelahian dengan trio genius itu―Jeongwoo, Yedam dan Minji―walaupun sebenarnya tidak se-genius Doyoung si kutu buku, tapi Haruto sama sekali tidak peduli. Karna yang sebenarnya terjadi adalah dimana mereka memang di biarkan menang dan trio sialan itu sedang menjalankan permainan yang mereka buat.

Jika permainan mereka seperti ini, baiklah. Haruto akan ikuti alurnya, tentunya bersama rencana yang akan ia buat seakan-akan menjadi sebuah istilah 'balas dendam didalam balas dendam'. Well terdengar berlebihan dan alay, tapi siapa peduli? Bahkan akan ia buat dramatis, se-dramatis saat Jeongwoo menjatuhkan kacamata miliknya yang sudah patah itu. Lalu berbalik meninggalkan sisa Euforia perkelahian yang bahkan terasa masih berdengung di telinga.

"C'mon boys! Bukan sekarang" Jihoon yang masih kesal mengikuti Karina yang berjalan ke arah motor ninja nya dengan gontai, sangat terlihat ia frustasi dengan kekalahan ini.

Haruto pun berjalan ke arah skateboardnya yang menyangkut di dahan pohon pinggir jalan karna Minji yang sempat melemparnya entah kapan itu Haruto baru menyadarinya sekarang.

Hanya dengan satu tendangan Haruto pada batang pohon skateboard nya langsung ia tangkap dan melemparnya ke aspal lalu menaikinya dengan cepat, meninggalkan dua temannya yang berdebat soal Jihoon tidak mau mengendarai motornya sendiri dan memilih dibonceng oleh Karina yang kelewat kesal.

Tak apa, Haruto bisa terima hari ini ia kalah. Lagipula kacamata itu tidak sebanding dengan rencana yang akan ia buat bersama kedua temannya. Jadi Haruto mencoba meredam semua rasa kesalnya dan selalu berkata pada dirinya sendiri bahwa 'semua akan worth it pada waktunya'.

Well, setidaknya sebelum ia membuat rencana, malam ini Haruto hanya berdoa pada tuhan agar lelaki sombong bernama Park Sialan Jeongwoo itu lekas mendapat karma. Seperti tiba-tiba ia terjatuh dengan tersandung kakinya sendiri lalu ditertawakan warga lokal, atau tiba-tiba Jeongwoo di beri coklat oleh seseorang lalu ia di culik om-om pedofil.

Oh baiklah itu konyol. Saat ini ia hanya ingin berendam dalam air dingin, dan akan memikirkan semuanya setelah kejadian hari ini berakhir sampai esok pagi.

~~~

Dan sekarang Haruto menyesal, karna telah memikirkan semua setelah apa yang terjadi di hadapannya sekarang.

Haruto mencoba bernafas dengan benar. Ini bahkan lebih konyol dari apa yang bisa ia jangkau dalam pikirannya. Maksudnya ia bahkan tak pernah memikirkan hal seperti ini akan terjadi!

IYA!! Kau pikir saja saat seseorang dengan cemas memberitahu padamu bahwa seorang bocah kecil yang terduduk di depan kedai roti yang masih tutup itu adalah temanmu. Lebih parahnya ia mengatakan kalau bocah itu adalah temanmu yang menyusut dan berubah menjadi bocah polos yang linglung melihat orang-orang mengerumuninya.

Dan Haruto benar-benar takut itu adalah kebenaran, karna setelah ia lihat dengan baik wajah polos itu memang menunjukkan kalau itu temanny―TIDAKKK! Itu adalah Jeongwoo!

Dengan tak sabaran Haruto mendorong orang-orang didepannya hanya untuk bisa mencapai kehadapan bocah berwajah familiar ini, lebih tepatnya menjengkelkan kata Haruto. walaupun dalam versi 'Jeongwoo kecil' ini lebih ia sukai, jujur.

Tapi bagaimana bisa???

"Jadi? Benar anak ini temanmu, nak?"

°You, me, heaven and earth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang