Part 30

1.8K 146 16
                                    

Seminggu berlalu, Shani mengalami banyak perubahan sikap. Salah satunya ia menjadi sosok yg jauh lebih pendiam dan tidak lagi mengganggu Gracia. Bahkan ia tidak lagi mencari-cari Gracia. Ia juga tidak membully siapapun lagi.

Dan soal Siska? Tentu saja ia tidak masuk sekolah lagi, kata guru mereka Siska lagi-lagi izin sakit. Shani tentu sangat paham betul alasan Siska tidak masuk sekolah, namun ia diam saja.

Anin yg merasa aneh tentu saja sudah berapa kali mengajak Shani untuk menjenguk Siska, namun Shani selalu punya alasan untuk menolak.

Soal taruhan mereka pun, ini sudah lebih dari 30 hari. Dan itu artinya Shani sudah kalah, namun mereka sudah tidak lagi membahas soal taruhan itu karena masalah Vino dan Shani itu sudah cukup menguras mental mereka.

"Tidak seharusnya kamu menghindari Shani." Ucap Gracia sambil menatap lurus ke depan, orang-orang di sekitar mereka terlihat asik dengan dunia mereka sendiri.

"Trus lo mau gue ngapain? Gue udah ga punya muka buat nemuin Shani." Jawab Siska lemah, tentu saja ia merasa sangat malu atas apa yg sudah ia lakukan.

"Setidaknya kamu harus menjelaskan semuanya dan meminta maaf padanya."

"Apa Shani bakal maafin gue?" Tanya nya dengan ragu.

Gracia mengangkat bahunya, ia pun tidak tau jawaban nya. Tapi ntah kenapa ia juga ikut merasa sedih dengan perubahan sikap Shani sekarang.

"Kalo seandainya dia ga maafin gue gimana?"

"Ya jelas saja itu sudah resiko kamu."

Jawaban Gracia membuat Siska menunduk, minggu pagi ini ia mengajak Gracia untuk bertemu, ntahlah. Ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi untuk di andalkan. Dan yg terlintas di pikiran nya saat ini hanyalah Gracia. Padahal, seharusnya ia malu pada Gracia.

"Jika dia tidak memaafkan kamu, itu wajar. Sebab sakit yg kamu torehkan itu tidak bisa di tolerir"

Air mata Siska seketika terjatuh, ia tertunduk dan menutupi wajahnya dengan telapak tangan nya.

Hiks...

"Tapi setidaknya kamu sudah mencoba untuk meminta maaf, saya yakin apapun yg di rasakan Shani sekarang. Dia tetap menganggap kamu teman baiknya."

"Apa lo yakin?"

"Lakukan saja jika ingin tau jawabannya."

"Sekarang Shani dimana?" Tanya Anin sambil menghapus air matanya.

"Dia ada di apartemen nya."

"Lo bisa anterin gue kesana?"

"Apa kamu mau naik motor butut saya?" Tunjuk Gracia pada motornya.

Siska lalu tertawa sambil menepuk pelan bahu Gracia, ia pun mengangguk. Gracia langsung berdiri dan mengantarkan Siska ke Apartemen Shani dengan motornya.






Seperti kemarin, Shani bermalas-malasan di apartemen nya, bunyi ketokan dan bel apartemen nya membuat senyuman tipis di wajahnya. Seolah tau siapa yg sedang menunggu di luar pintu apartemen nya.

Shani bergegas untuk membuka pintu, saat pintu terbuka, senyuman nya seketika ilang perlahan. Dan wajahnya berganti menjadi datar.

"S-shan?" Ucap Siska sedikit terbata dan sangat pelan, Shani menggeser tubuhnya memberi isyarat pada Siska untuk masuk ke dalam.

Setelah masuk, ia menutup pintunya dan menghampiri Siska yg sudah duduk di sofa, ia mengambil sesuatu di dalam kulkasnya.

Yaitu roti dan susu?

Kemudian cemilan itu ia letakkan di depan Siska, ia masih saja diam yg membuat Siska menjadi keringat dingin.

"G-gue g-gue...." Siska gugup dan tidak tau harus memulai dari mana. Ia hanya menunduk tidak berani menatap wajah Shani sama sekali.

Savage Love❕( On Trakteer )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang